Bagikan:

JAKARTA - Penikmat karya Avenged Sevenfold terus mengalami perkembangan dari satu album ke album lain. Meski di Indonesia banyak yang belum move on dari karya-karya lawas, band asal California ini lumayan produktif soal berkarya.

Juni tahun lalu mereka merilis album 'Life Is But a Dream... yang membagi penggemar jadi dua kubu. Ada yang nyaman dengan kebaruan ini, tapi ada juga yang kurang menyukainya.

Bicara soal reaksi tersebut, Zacky Vengeance mengutarakan pendapatnya. Kepada NME, ia mengatakan hal seperti itu tidak mengagetkan dirinya dan para personel lain.

"Ada saatnya di karier kami merasakan adanya krisis identitas karena orang-orang yang bilang 'kau akan jadi Metallica jika terus seperti ini'', dan banyak opini-opini lain tentang arah musik kami ke depan," ujarnya.

Avenged Sevenfold sendiri berprinsip bahwa dalam berkarya mereka tak mementingkan kepuasan orang lain.

"Kami tak pernah memikirkan apakah orang akan suka dengan karya kami, tapi berkarya karena kami menyukainya. Sekarang pun, beberapa orang tak memahami album-album kami terdahulu," tambahnya.

Sang gitaris kidal ini juga bicara soal memposisikan diri sebagai musisi yang visioner. Ia juga mengatakan album terakhir mereka adalah satu bentuk kepuasan tersendiri.

"Jadi untuk menjadi visioner, kau harus membuat orang yang mengikutimu. Dan lewat album ini, kurasa kami sudah menentukan ke mana kami akan melangkah," pungkas personel Avenged Sevenfold itu.