Bagikan:

JAKARTA - The Jansen jadi salah satu band Indonesia yang berhasil melebarkan sayapnya ke beberapa negara Asia. Penjualan album fisik mereka di Singapura mendapat sambutan baik, Bani (vokal, gitar) dan Adji (bass) juga berkesempatan manggung di luar negeri beberapa kali.

Band punk-rock asal Bogor itu menyebut keberhasilan tampil di luar negeri berkat jejaring sosial yang mereka bentuk dengan.

Bani menyebut The Jansen justru lebih memilih untuk membuat event bersama jejaring mereka di luar negeri ketimbang main di festival musik. Bagi mereka, dapat menggelar konser bersama orang atau komunitas di luar negeri jadi kenikmatan tersendiri.

“Kalau tawaran festival itu sebenernya nggak nyari ke situ. Cuma yang lebih menyenangkan itu kalau kita temenan sama orang sana (luar negeri), terus bikin event atau bikin gigs (sendiri),” kata Bani saat ditemui di Blok M, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.

“Sebenarnya kita nggak ngejar festival, lebih senang kayak kenalan sama orang sana, sama kayak kita berjejaring ke kota-kota lain di Indonesia. Itu lebih menyenangkan buat saya, sementara festival bonus aja,” lanjutnya.

Menurut Adji, berjejaring dengan penikmat atau pelaku musik indie masih jadi cara yang efektif untuk mencapai panggung di luar Indonesia. Terlebih, tidak ada perbedaan yang cukup signifikan antara komunitas di dalam dan luar negeri.

“Karena hampir sama kok budaya jejaring punk di Indonesia sama di luar. Band-band indie masih pakai cara itu,” ucap Adji.

Namun begitu, bukan berarti The Jansen menolak untuk tampil di ajang festival musik. Mereka juga mendaftarkan diri di beberapa festival musik luar negeri, meski tidak begitu berharap diterima.

“Untuk submit festival lokal di luar sana sih udah mulai dari sekarang, udah dipersiapkan, cuma keterima atau nggaknya kita belum tahu,” kata Adji.

Sementara itu, mengenai pasar musik di Eropa, The Jansen masih mempertimbangkan banyak hal. Adji menyebut permasalahan dana jadi satu hal yang menjadi pertimbangan.

“Masalah supaya main di sana (Eropa) itu kan di dana, karena tiket pesawat itu cukup mahal untuk main di Eropa. Sedangkan acara kolektif punk itu nggak mampu membiayai tiket. Yang pasti, kita udah mulai nabung dari sekarang,” pungkas Adji.