Bagikan:

JAKARTA - Kasus pembajakan lagu, dimana seseorang mengunggah hasil cover lagu ke Digital Service Provider (DSP) seperti Spotify, menjadi perbincangan belakangan ini.

Beberapa waktu lalu, Mahalini mengeluhkan adanya versi cover lagu Sial yang diunggah ke Spotify. Lebih dari itu, kredit lagunya pun diubah sedemikian rupa.

Menanggapi kasus pembajakan lagu tersebut, Franki Indrasmoro alias Pepeng eks Naif mengatakan kasus serupa memang kerap ditemukan dalam beberapa tahun terakhir.

“Belakangan ini sih memang sudah terdengar cukup banyak, jadi bukan cuma Mahalini doang. Dari The Fly juga, gitarisnya bilang ada lagu dia yang di-upload ke digital platform tapi judulnya diganti kalau nggak salah,” kata Franki Indrasmoro saat dihubungi VOI pada Senin, 22 Januari.

Pepeng yang saat ini juga disibukkan dengan aktivitasnya di dunia publishing bersama Massive Music Entertainment bahkan menyebut Naif pernah menjadi korban pembajakan. Beberapa karya mereka diunggah ke Spotify tanpa adanya izin terlebih dahulu.

“Di Massive juga ada. Waktu itu Naif juga pernah, ada dua album yang ada di Spotify dan digital platform lainnya. Jadi, Naif dulu punya album judulnya Let's Go tahun 2008, nah album itu nggak ada di DSP, Spotify dan lain-lain,” ungkap Franki.

Selain itu, penampilan Naif dalam sebuah acara yang kemudian diunggah ke platform YouTube juga pernah menjadi objek pembajakan. Pihak tidak bertanggung jawab mengunggah audio dari penampilan Naif itu ke DSP.

Franki sempat mengumumkan lewat media sosial terkait pembajakan karya Naif, namun tidak ada respon, hingga akhirnya ia meminta Massive Music Entertainment untuk menurunkan konten pembajakan tersebut.

“Ya gua cuma pengin kita ngobrol dan berbagi aja.Cuma pada saat itu nggak ada yang merespon, akhirnya 1 × 24 jam minta di-take down,” tuturnya.

Namun begitu, Franki juga menilai para pelaku tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Pasalnya, perihal hak cipta belum cukup tersosialisasikan dengan baik di Indonesia.

“Secara pribadi, aku sendiri nggak bisa menyalahkan si orang yang meng-upload tanpa izin sih, nggak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka. Karena terkadang mereka itu nggak ngerti, bukan bermaksud untuk jahat. Kadang-kadang nggak ngerti,” pungkas Franki Indrasmoro.