JAKARTA - Chris Shiflett membahas tentang tugasnya sebagai seorang vokalis dalam proyek solonya. Ia menggambarkannya dengan kata “menantang”.
Penyanyi-penulis lagu dan gitaris utama Foo Fighters ini telah merilis tiga album solo sejak tahun 2017. Namun, seperti yang dia ungkapkan dalam sebuah wawancara terbaru, dia merasa lebih betah di samping panggung sebagai gitaris Foo Fighters ketimbang berada di bawah sorotan utama sebagai frontman.
Berbicara kepada Classic Rock, dia menggambarkan transisi menjadi vokalis sebagai sesuatu yang “menantang”, menambahkan: “Bermain gitar adalah zona nyaman saya.”
“Tetapi untuk menjadi penyanyi dan juga harus berbicara kepada penonton, saya harus mengusahakannya. Apa yang Anda sadari adalah bahwa orang ingin bersenang-senang. Mereka menyewa pengasuh, membeli tiket, membeli beberapa minuman, mungkin membeli kaos, mereka berinvestasi di malam hari.”
BACA JUGA:
“Jadi itu tugas saya di atas panggung, memberikan mereka waktu yang menyenangkan,” lanjutnya. “Setelah saya mengetahuinya, segalanya menjadi jauh lebih baik.”
Shiflett mengumumkan rincian tur Inggris dan Irlandia, yang akan berlangsung pada Maret 2024. Dia akan membuka tur tersebut dengan pertunjukan di Dublin Academy pada 20 Maret. Dari sana, dia akan melanjutkan perjalanan ke Belfast, Glasgow, Manchester dan Birmingham, sebelum ditutup pada 27 Maret di Electric Ballroom di London.
Sang gitaris bergabung dengan Foo Fighters pada tahun 1999, tak lama setelah perilisan album ketiga mereka There Is Nothing Left to Lose. Dia mengambil bagian di seluruh delapan album Foos, sejak itu.
Pada Oktober, dia merilis album studio solo ketiganya, 'Lost At Sea', yang sebagian besar ditulis selama lockdown akibat COVID-19. Perilisannya terjadi hanya beberapa bulan setelah Foo Fighters merilis 'But Here We Are', rekaman pertama mereka tanpa mendiang drumer Taylor Hawkins.