Bagikan:

JAKARTA - Keberadaan artificial intelligence (AI) dalam proses penciptaan dan produksi karya musik menjadi bahasan yang menarik. Pasalnya, terdapat perbedaan pandangan yang seakan membuat musisi berada pada dua sisi yang berseberangan, menolak dan mendukung.

Endah Widiastuti sebagai musisi dan pencipta lagu mengatakan, dampak penggunaan AI dalam musik masih harus dikaji lebih jauh.

“Kalau buat aku sih, aku masih belum bisa bilang ini bagus atau buruk, karena masih banyak yang harus dikaji,” kata Endah saat dihubungi VOI pada Rabu, 13 Desember.

Endah tidak khawatir kemunculan AI membuat kreativitasnya sebagai musisi terancam. Meski belum pernah benar-benar menggunakannya, ia melihat, musisi Indonesia menggunakan AI hanya sebagai alat untuk membantu proses penciptaan dan produksi musik.

Namun, vokalis dari duo Endah N Rhesa itu menyoroti kemungkinan musisi yang sepenuhnya tergantung pada AI. Menurutnya, sebagai musisi yang sudah berproses selama puluhan tahun, ada permasalahan jika pencipta lagu hanya berorientasi pada hasil.

“Kalau aku sih tidak takut dengan keberadaanku sebagai seniman, dengan adanya AI. Karena aku memang berkarya dan melakukan ini udah sepanjang tahun. Justru aku belum tahu dampak ini, ketika misalnya ada orang-orang yang mungkin pakai AI dan mengklaim sebagai pencipta lagu, apakah itu akan berdampak ke mereka dari segi psikologis atau kreativitas,” ujar Endah.

“Kenikmatan berproses dengan AI dan tanpa AI itu berbeda. Mungkin kalau AI itu berorientasi pada hasil, tapi kalau tanpa AI itu berorientasi pada proses. Jadi, ada proses untuk menuju hasil. Nah, proses ini yang membuat aku sebagai seniman bisa belajar banyak hal. Jadi, ada kepuasan bukan cuma di hasil, tapi juga di proses,” lanjutnya.

Hal lain yang juga disorot Endah adalah kemungkinan adanya pelanggaran hak cipta. Namun, hal tersebut juga masih harus dikaji lebih lanjut.

“Memang masih kontroversial, tapi kalau dibilang mengancam itu perlu banyak kajian ke depan,” katanya.

Menurut Endah, dampak sesungguhnya dari AI terhadap musik bisa diketahui sekitar 20 tahun ke depan. Dia melihat musisi di generasinya bermusik dengan melewati berbagai proses, dan tampaknya masih menggunakan AI sebagai alat untuk membantu.

Namun, pada generasi selanjutnya, bukan tidak mungkin jika muncul musisi atau pencipta lagu yang tidak melewati proses, meski juga terbuka kemungkinan AI membuat industri musik jadi lebih baik.

“Cuman aku nggak tahu nih dampaknya buat generasi sekarang yang mungkin mereka nggak melewati proses dan langsung ke AI. Itu kan baru bisa terlihat 20 tahun ke depan. Kalau aku sendiri tidak merasa terancam, karena menurut aku itu hal yang berbeda, di kepuasan dan orientasi penggunaannya. Dan aku merasa tidak ada ancaman sama sekali,” ucap Endah.

“Tapi kalau ancaman-ancaman di hal lain, aku nggak tahu ya apakah ada sisi psikologis, masalah hukum dan kreativitas di masa depan. Itu kan perlu dilihat. Kita nggak tahu apa yang akan terjadi ke depan,” pungkasnya.