Bagikan:

JAKARTA - Penggunaan artificial intelligence (AI) dalam produksi karya musik membuat musisi dunia terbelah dalam menanggapinya, dukungan dan ketidaksepakatan silih berganti disuarakan.

Di Indonesia sendiri, belum banyak ditemui karya musik yang benar-benar menggunakan AI. Namun, kajian lebih jauh harus dilakukan untuk mengantisipasi hal-hal yang merugikan pelaku industri musik itu sendiri.

Endah Widiastuti yang lulus dari Universitas Pelita Harapan Conservatory of Music berpendapat perlunya pembahasan terkait AI dan musik. Dengan begitu, pelaku musik pun bisa mengetahui hasil dari kajian yang dilakukan dunia perguruan tinggi.

“Mungkin di beberapa jurusan mestinya perlu dibahas, supaya bisa lebih dalam mengetahui teknologi ini. Karena menurut aku ini kan semacam teknologi yang baru, apalagi dia bisa lekat dengan dunia kreatif. Dan kita harus tahu,” kata Endah Widiastuti saat dihubungi VOI beberapa waktu lalu.

“Tujuannya kuliah kan memang untuk mengkaji ini lebih dalam, terus melihat apakah ini berdampak pada masyarakat atau tidak. Kalau berdampak positif gimana, dan kalau berdampak negatif gimana,” sambungnya.

Endah belum tahu pasti sejauh mana pembahasan soal AI di perguruan tinggi Indonesia, namun ia berharap adanya peranan aktif civitas akademika dalam mengkaji dampaknya terhadap masyarakat.

“Sebenarnya secara pengetahuan ini harus dimasukkan, entah harus di kurikulum atau cuma jadi pembahasan. Tapi menurut aku sih perlu, karena sebagai pengetahuan, dan dari situ kan akan muncul kajian-kajian mengenai penggunaan AI di masyarakat,” tutut Endah.

“Kalau misalkan memang ada jurusan music technology, seharusnya sih ini ada di pembahasan itu ya,” imbuhnya.

Sementara itu, Reza Ryan yang lulus dari Jurusan Musik, Institut Seni Indonesia Yogyakarta menyebut perlunya pembelajaran soal AI untuk menjaga relevansi keilmuan dengan teknologi yang berkembang saat ini.

“Kalau AI sendiri, apakah perlu diajarkan di dunia penciptaan musik di kampus-kampus musik, saya pikir sih dunia manusia itu kan sangat dinamis, jadi perlu. Musik pasti akan jadi satu objek yang dinamis juga,” katanya.

Reza merasa perguruan tinggi musik serta ilmu yang dipelajarinya harus bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dan industri saat ini, jika tidak ingin ditinggalkan.

“Kenapa perkembangan teknologi perlu dimasukkan dalam kurikulum musik, karena ilmu itu kan harus punya kemanfaatan, dia nggak cuma indah kita lihat di atas langit, tapi dia harus punya kemanfaatan, harus bisa turun ke bumi. Kalau keilmuan-keilmuan nggak bisa menjangkau kebutuhan zaman sekarang, maka akan ditinggalkan juga,” pungkas Reza Ryan.