Bagikan:

JAKARTA - Dua belas wanita mengajukan tuduhan pelecehan seksual kepada pentolan band Anti-Flag, Justin Sane.

Tuduhan terhadap Sane pertama kali muncul pada Juli lalu ketika seorang wanita mengklaim dalam podcast bahwa dia diperkosa oleh vokalis band punk itu, yang awalnya tidak disebutkan namanya.

Anti-Flag kemudian dibubarkan, namun Sane kemudian mengeluarkan pernyataan yang menyebut tuduhan tersebut “sangat salah”.

Mantan rekan bandnya lantas mengeluarkan pernyataan terpisah mengenai perpecahan dan tuduhan yang berbunyi: “Prinsip inti dari band Anti-Flag adalah mendengarkan dan mempercayai semua penyintas kekerasan dan pelecehan seksual."

"Tuduhan baru-baru ini tentang Justin bertentangan langsung dengan prinsip tersebut. Oleh karena itu, kami merasa satu-satunya pilihan yang ada adalah membubarkan diri.”

Pihak band menambahkan, mereka “belum pernah melihat Justin melakukan kekerasan atau agresif terhadap wanita” selama 30 tahun berdirinya band tersebut.

Sekarang, Rolling Stone menerbitkan laporan dari banyak wanita lain yang menuduh Sane melakukan pelecehan seksual dalam insiden yang terjadi sejak tahun 90-an hingga 2020.

Laporan mereka mengikuti pola yang sama – Sane diduga melakukan kontak mata dengan mereka saat tampil dan kemudian mendekati mereka setelah konser.

Banyak dari wanita ini mengklaim bahwa mereka jauh lebih muda dari Sane ketika insiden ini terjadi, dan artikel tersebut juga menuduh Sane berhubungan seks dengan remaja.

Salah satu insiden ini diduga melibatkan anak berusia 12 tahun (walaupun Sane masih remaja saat itu).

Selain itu, wanita pertama yang melontarkan tuduhan membenarkan bahwa Sane adalah pria yang dia sebutkan.

Beberapa wanita menyatakan bahwa pertemuan mereka dengan Sane bersifat kekerasan dan tanpa persetujuan. Salah satu dari mereka dikatakan telah melaporkan sebuah kejadian ke polisi, mengklaim Sane memborgol dan menyerangnya, di Inggris pada tahun 2020.

Wanita yang terlibat mengatakan polisi telah memutuskan untuk tidak menuntut.

Selain itu, banyak wanita yang terlibat dalam artikel tersebut menuduh rekan band Sane berpuas diri.

“Mereka tahu betapa mudanya semua orang itu. Ada batas jelas yang terus dia lewati yang seharusnya membuat semua orang mengibarkan bendera,” kata salah satu dari mereka.

Dalam sebuah pernyataan kepada Rolling Stone, anggota Anti-Flag lainnya mengatakan: “Kami mempercayai semua orang yang terkait dengan band untuk menjaga lingkungan yang aman dan saling menghormati. Pemahaman bahwa pelaku kekerasan bisa berada di mana saja semakin memperkuat pentingnya para penyintas untuk bersuara dan berbagi cerita mereka.… Lebih jauh lagi, kami sangat yakin bahwa semua predator harus menebus tindakan mereka yang tidak pantas dan dimintai pertanggungjawaban.”

Sane, sementara itu, tidak menanggapi permintaan komentar dari pihak Rolling Stone.