JAKARTA - Menyebut nama Slipknot bukan lagi bicara soal genre musik tertentu. Menyaksikan konser band numetal asal Iowa ini bukan tentang suka atau tidak suka. Ini adalah perkara banyak hal. Di sana ada sisi produksi yang mewah, visual yang membelalak mata, sampai aksi panggung yang gila. Singkatnya, Slipknot adalah paket lengkap sebuah pertunjukan musik.
Betul! Mayoritas penonton Hammersonic Festival 2023 memang berbaju hitam, berambut gondrong, dan tubuhnya dipenuhi tato. Tapi, jangan salah. Ada segelintir 'penggemar' k-pop yang hadir di Pantai Carnaval Ancol, Jakarta pada 18-19 Maret kemarin. Juga ada 'penyuka' koplo, pun 'pengagum' EDM. Mereka ada karena tujuan yang sama.
Para penyuka musik non metal - atau lebih tepatnya pria-pria yang tidak terlalu 'mengenal' Slipknot - ini ingin melihat sisi lain dari aksi brutal sebuah band metal. Itu adalah sisi entertainment.
Beberapa hari sebelumnya, mantan pemimpin redaksi majalah HAI, Danie Satrio menuturkan dalam sebuah obrolan santai. Menonton Slipknot bukan urusan kita penyuka musik metal atau bukan.
"Slipknot selalu menarik, kok (untuk ditonton)," kata Danie Satrio di kawasan M Bloc Space, Jakarta Selatan.
"Produksi panggung mereka mengagumkan. Apalagi sisi kanan dan kiri yang dihuni dua perkusionisnya. Bagian ini akan maju dan berhenti tepat di atas penonton. Lalu mereka beraksi di tengah konser," Danie Satrio bercerita pengalamannya saat menyaksikan Slipknot di Ozzfest dan Rock In Rio beberapa tahun silam.
Slipknot dikenal dengan pertunjukan live kisruh dan energik yang berkontribusi pada kesuksesan mereka. Drumer Jay Weinberg bahkan pernah menyebut Slipknot lebih seperti tim atletik ketimbang sebuah band karena konser mereka berpotensi menguras tenaga para personelnya.
Selama konser, sebagian besar anggota band melakukan headbang dengan keras. Penampilan awal Slipknot meliputi aksi ekstrem seperti stage dive dari balkon tinggi dan anggota band saling membakar. Perkusionis Shawn "Clown" Crahan dikenal sering masuk ke kerumunan dan mengikat orang dengan kabel mikrofon.
Pada tahun-tahun berikutnya, Slipknot cenderung menahan diri dari tindakan ekstrem ini. Mendiang bassis Paul Gray mengungkapkan alasannya, mereka tidak ingin merugikan orang lain sekaligus sebagai "langkah lebih baik" agar band ini berumur panjang.
Seiring dengan penampilan yang energik dan tidak dapat diprediksi, Slipknot sering menggunakan pengaturan panggung rumit yang menggunakan kembang api, area panggung yang ditinggikan, drum hidrolik, dan layar komputer.
Mengomentari aksi panggung Slipknot, Alistair Lawrence dari majalah Kerrang! berkata, "kesemrawutan koreografi terlalu multi-segi untuk dijelaskan sepenuhnya". Dan NME menggambarkan salah satu konser Slipknot sebagai "adegan kekacauan".
Set panggung Slipknot di Hammersonic Festival 2023 memang tidak seperti narasi di atas. Tapi, itu sama sekali tidak mengurangi kadar ketakjuban penonton terhadap aksi Shawn "Clown" Crahan dan Michael Pfaff. Dua perkusionis band ini.
Mereka 'ngamuk' tanpa henti di balik set perkusinya masing-masing. Jejingkrakkan, sesekali menginjak alat musiknya, sambil membantu Corey Taylor bernyayi. Sekilas, dua orang ini seperti 'enggak ada kerjaan' karena hanya memukul perkusi dan misuh-misuh. Tapi, tanpa Clown yang berperan sebagai penulis lagu Slipknot, dan tandemnya yang menggantikan Chris Fehn sejak 2019, band ini seperti kurang garam.
Belum lagi, kebrutalan Craig "133" Jones (samples, media, kibor), Mick Thomson (gitar), Corey Taylor (vokal), Sid Wilson (turntables, kibor), Jim Root (gitar), Alessandro Venturella (bass), dan Jay Weinberg (drum) juga tidak tanggung-tanggung. Artinya, kita tidak bisa lagi menilai Slipknot dari salah satu personelnya. Tapi, secara keseluruhan.
Sekitar pukul 22.45, para Maggot - sebutan fans Slipknot - dibuat kelojotan oleh lagu Disasterpiece, yang dicomot dari album Iowa (2001). Di tengah hawa panas yang menyengat, sebanyak 15 lagu berguling penuh bara. Mendidihkan gairah penonton yang sudah sangat lama menantikan aksi Slipknot di Tanah Air.
"Akhirnya, Slipknot ada di sini di Indonesia malam ini," ujar Corey Taylor yang disambut teriakan para Maggot.
"Butuh waktu yang sangat lama. Ketika kalian berpikir kami akan berada di sini, dunia ditutup (karena pandemi COVID 19)," lanjut sang frontman.
Sejak diumumkan pada pertengahan tahun 2019, Hammersonic Festival sangat ditunggu-ditunggu para pemuja musik rock dan metal. Semula, event metal terbesar di Asia Tenggara ini akan digelar pada 27-28 Maret 2020. Mereka juga telah mengumumkan line up di mana salah satunya adalah Slipknot.
BACA JUGA:
Namun, pandemi COVID-19 menunda gelaran Hammersonic Festival ke Maret 2022. Lagi-lagi, tanggal itu ditunda ke Maret 2023. Tapi, penantian itu kini berakhir. Dan Slipknot tahu benar bagaimana cara memuaskan rasa penasaran para metalhead.
Usai Disasterpiece, 14 nomor disemburkan penuh api. Wait and Bleed, All Out Life, Sulfur, Before I Forget, The Dying Song (Time to Sing), Dead Memories, Unsainted, The Heretic Anthem, Psychosocial, Duality Custer, Spit It Out, People = Shit, dan Surfacing berkumandang nyaris tanpa cela.
Total, Hammersonic kali ini menampilkan 53 unit musik cadas. Selain Slipknot, juga ada Amon Amarth, Trivium, Story Of The Year, Born Of Osiris, Watain, Black Flag, Comeback Kid, Sinister, Stillbirth, Tiny Moving Parts, Vio-lence, Rocket Rockers, DeadSquad, Saint Loco, Burgerkill, dan banyak lagi lainnya.
Mereka tampil di lima panggung yang disediakan Ravel Entertainment selaku penyelenggara. Ada The Beast Stage, Avalanche Stage, Hammer dan Sonic Stage, serta panggung utama Empire Stage.
Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap para penggemar band internasional lainnya, aksi teatrikal Amon Amarth dan keliaran Trivium seakan tak berbekas begitu para monster bertopeng Slipknot meneror umat Hammersonic Festival 2023.