Bagikan:

JAKARTA - Awal Januari 2023, dunia maya digemparkan oleh unggahan para personel Dewa 19 di media sosial Instagram. Dalam foto dan video yang tersebar di internet, Andra Ramadhan (gitar) dan Ahmad Dhani (kibor) berpose bersama sederet musisi kelas dunia.

Mereka, antara lain adalah Ron 'Bumblefoot' Thal (Sons of Apollo, eks Guns N' Roses), Simon Phillips (eks Toto), Derek Sherinian (eks Dream Theater), Dino Jelusick (Whitesnake), Billy Sheehan (Mr Big, Talas), dan Jeff Scott Soto (Sons Of Apollo, eks Yngwie Malmsteen).

Delapan musisi ini berdiri di lokasi syuting untuk sebuah video klip dengan latar belakang green screen. Tidak tampak wajah Agung Yudha (drum) dan Yuke Sampurna (bass) dalam foto itu.

Pada unggahan berikutnya, video kolaborasi yang ditandai oleh akun @alghazali7, Andra terlihat melakukan jual beli solo gitar bersama Bumblefoot.

Mereka memainkan lagu Cinta Itu Buta milik Mahadewa, karya Dhani yang dikemas dalam versi baru dan berlirik bahasa Inggris. Berselang satu bulan, lagu yang diberi tajuk Love Is Blind itu secara resmi dirilis melalui platform musik digital di bawah bendera Dewa 19 Feat. All Stars.

VOI lantas menghubungi Bumblefoot, salah satu musisi internasional yang terlibat dalam proyek kolaborasi ini. Kami meminta waktu untuk mewawancarai gitaris Guns N' Roses di era album Chinese Democracy (2006-2014) ini tentang proses penggarapan lagu Love Is Blind.

"Let's do it, yes! Terima kasih!" jawabnya antusias.

Saat ini, Bumblefoot berstatus sebagai gitaris untuk supergrup Sons of Apollo. Band yang juga digawangi drumer Mike Portnoy, bassis Billy Sheehan, kibordis Derek Sherinian, dan vokalis Jeff Scott Soto ini telah merilis dua album penuh, Psychotic Symphony (2017) dan MMXX (2020).

Sejak memulai karier solo pada pertengahan 1990-an, Bumblefoot telah merilis delapan album dan muncul sebagai bintang tamu dalam sederet album artis lain serta di berbagai album kompilasi. Selama dua puluh tahun terakhir, dia juga bekerja dengan banyak band dan artis, baik sebagai produser, enginer, penulis, arranger, atau pemain. Bahkan, dia pernah menjabat sebagai gitaris dan vokalis untuk band Asia dari 2019 hingga 2022.

Sementara itu, bersama supergroup Art of Anarchy, musisi bernama lengkap Ronald Jay Blumenthal ini merilis dua album: Self-titled pada 2015 dan The Madness dua tahun berselang. Dalam band ini, Bumblefoot ditemani oleh Jon dan Vince Votta (gitar dan drum) dan bassis Disturbed, John Moyer, serta vokalis Creed, Scott Stapp yang menggantikan mendiang Scott Weiland (Stone Temple Pilot).

Bumblefoot beberapa kali muncul dalam sampul majalah GitarPlus Indonesia. Gitaris ini dikenal sebagai pribadi yang ramah, rendah hati dan low profile. Kemampuan bermain gitarnya juga luar biasa di mana dia mampu memainkan berbagai lagu secara spontan.

Gitaris berjanggut panjang ini sudah beberapa kali datang ke Indonesia, antara lain pada November 2012 ketika tampil di MEIS, Ancol, Jakarta, bersama Guns N' Roses, Oktober 2013 saat beraksi di Jakarta Blues Festival lewat iringan Ponch Satrio dkk, dan November 2017 kala ambil bagian dalam event Hi-End Guitar Experience di Plaza Semanggi. Artinya, kolaborasi Bumblefoot dengan musisi Indonesia sesungguhnya bukan lagi hal langka. 

Tapi, banyak hal menarik yang dibongkar Bumblefoot kepada VOI terkait kolaborasinya dengan dua pentolan Dewa 19, Andra dan Dhani, dalam lagu Love Is Blind. Juga pandangannya tentang musisi Indonesia secara keseluruhan. Apa itu? Simak wawancara lengkapnya di bawah.

Bagaimana kolaborasi Anda dengan Ahmad Dhani dan Andra Ramadhan dalam lagu Love Is Blind terjadi?

Ini dimulai setahun sebelumnya, ketika kami bekerja sama dalam lagu penggalangan dana Human Race untuk ForestNation.com, termasuk vokalis Once Mekel (eks Dewa 19) dan gitaris Edo Widiz (Voodoo), yang diorganisir oleh Indra Putra (sahabat sekaligus rekan bisnis Dhani, Red). Proyek itu bekerja dengan sangat baik, dan Indra mengusulkan ide (kolaborasi dengan Dewa 19) tersebut kepada Derek Sherinian (eks Dream Theater) untuk lagu Love Is Blind.

Love Is Blind adalah versi baru dan bahasa Inggris dari lagu Cinta Itu Buta milik Dhani (Mahadewa), bagaimana proses rekamannya?

Dhani memberi kami demo lagu, setiap pemain menggunakan ini sebagai panduan untuk merekam bagian mereka. Saya menerima bagian semua pemain dan melakukan mixing lagu, lalu mengirimkan trek mixing-an saya kepada Dhani, dan dia menambahkan bagian tambahan dan melakukan mixing terakhir dan produksi lagu tersebut.

Apa yang paling bikin Anda bersemangat tentang lagu ini?

Yang membuat saya senang adalah melihat reaksi positif dari orang-orang. Banyak gitaris hebat Indonesia membuat video cover solo yang dengan senang hati saya tonton dan bagikan di media sosial, saya berterima kasih atas dukungan semua orang.

Bumblefoot (Foto: Diego Iost Do Amaral)

Berapa banyak persiapan yang dilakukan sebelum merekam gitar?

Saya mencoba untuk tidak berpikir terlalu banyak, tidak merencanakan terlalu banyak atau terikat pada ide... tetap jernih dan terbuka, dan percayalah pada insting Anda.

Apa hal pertama yang terlintas di benak Anda saat membuat solo gitar untuk lagu ini?

Saya mendengarkan lagunya – ritme, melodi, bagaimana saya merasakan lagu itu. Dari sana saya memilih sound gitar, dari plugin Line 6 Helix Native ke perangkat lunak perekaman Steinberg Cubase, dan memainkan apa yang saya rasakan.

Ada arahan atau permintaan khusus dari Dhani dan Andra untuk solo gitar?

Mereka mempercayai saya untuk melakukan apa yang saya lakukan, dan saya senang mereka menyukai apa yang saya lakukan.

Saat berkolaborasi dengan musisi lintas negara, Anda lebih suka merekam materi dengan berkirim data (jarak jauh) atau duduk bersama di studio?

Keduanya memiliki keunggulan masing-masing. (Merekam) bersama (di studio) mendapatkan perasaan yang sangat terhubung antara pemain dan dan pertukaran ide, sementara merekam secara terpisah memberi setiap pemain lebih banyak waktu untuk mengembangkan ide mereka sendiri dan setiap orang dapat merekam tanpa tantangan mengatur jadwal perjalanan setiap orang.

Mengapa Anda memilih untuk menggunakan gitar fretless?

Saya hanya melakukan apa yang terasa alami, saya sangat sering menggunakan fretless dalam bermain solo.

Bisa gambarkan sound gitar Anda untuk lagu ini?

Suasananya, fretless, pilihan nada... Saya hanya menjadi diri saya sendiri. Setiap orang yang terlibat hanya menjadi diri mereka yang sebenarnya, semua melakukan apa yang kita lakukan. Dan itulah yang membuat semuanya bekerja, identitas setiap orang digabungkan untuk membuat kombinasi yang unik.

Bumblefoot (Foto: Gunner Kal)

Dalam hal bermain gitar, dapatkah Anda menjelaskan perbedaan utama antara proyek solo Anda atau Sons Of Apollo dengan proyek ini?

Musik solo saya 'Bumblefoot' adalah ekspresi lengkap dari diri saya dalam segala hal – penulisan, penampilan, produksi. Dengan Sons Of Apollo, Derek (Sherinian) dan saya menulis sebagian besar musik, sedangkan penampilan serta produksi ada di tangan semua orang. Dengan Dewa 19 Feat. All Stars, lagunya sudah ditulis, saya menulis solo saya sendiri, dan memainkan apa yang terasa pas untuk lagu itu.

Apa hal terpenting yang Anda dapatkan saat mengerjakan Love Is Blind?

Persahabatan. Orang-orang dalam hidup Anda membuat hidup Anda apa adanya. Saya diberkati telah bertemu dengan orang-orang yang luar biasa ini.

Anda dan Dhani juga Andra baru pertama kali bekerja sama. Bagaimana Anda menggambarkan chemistry kalian?

Sangat nyaman, santai, sama sekali tidak terasa seperti pertama kali bagi saya.

Setelah bekerja sama dengan Dhani dan Andra, apa pendapat Anda tentang musisi Indonesia?

Saya sudah mengenal bakat luar biasa musisi Indonesia selama bertahun-tahun, dimulai dengan teman saya Ponch Satrio – kami sudah saling kenal selama 20 tahun, dia seorang gitaris yang hebat, guru, dia adalah co-gitaris saya dan mengaransemen band saya saat bermain di Jakarta Blues Festival 2013. Ada juga (I Wayan) Balawan, Dewa Budjana, Tohpati, Zendhy Kusuma, Andra Ramadhan, begitu banyak gitaris hebat, musisi hebat di Indonesia!

Ada rencana untuk bekerja sama lagi dengan Dhani dan Andra di masa mendatang?

Segalanya mungkin, masa depan terbuka untuk semua hal.

Bumblefoot (Foto: Hristo Shindov)