JAKARTA - PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) mencatat kenaikan pembiayaan baru hingga 22 persen menjadi Rp31,7 triliun pada 2022.
Presiden Direktur PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (Adira Finance) I Dewa Made Susila menyatakan, capaian tersebut dipengaruhi kenaikan penjualan industri mobil baru sebesar 17 persen atau 1 juta unit yang didorong perpanjangan masa berlaku insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
Selain itu, lanjutnya, membaiknya iklim bisnis mengingat kebijakan pembatasan sosial sudah dicabut pada kuartal II-2022.
“Kenaikan ini menyebabkan pertumbuhan piutang sebesar 10 persen. Ini pertumbuhan yang pertama kali sejak tahun 2020, karena 2020 kita turun, 2021 juga begitu, baru kita bisa membalikkan pertumbuhan di tahun 2022,” ujar dia mengutip Antara.
Mengingat pertumbuhan piutang sudah meningkat dan adanya asset quality yang baik, lanjut I Dewa Made Susila, perusahaan tersebut memperoleh profit bersih Rp1,6 triliun atau 32 persen dibandingkan tahun lalu. Pembukuan laba itu terutama disebabkan penurunan biaya bunga dan biaya kredit sepanjang tahun 2022.
Beban bunga tercatat menurun sebesar 34 persen year on year (yoy) menjadi Rp729 miliar akibat adanya penurunan jumlah pinjaman dan biaya pendanaan. Begitu pula dengan biaya kredit yang tercatat menurun sebesar 35 persen yoy menjadi Rp907 miliar.
“Secara NPL (Non-Performing Loans) juga mengalami perbaikan menjadi 1,7 persen dari 2,3 persen pada tahun lalu. Terima kasih atas kondisi ekonomi yang kondusif, orang sudah pekerjaan, mobilitas sudah bagus, angka komoditas naik,” ucap I Dewa Made.
Dalam kesempatan tersebut, dia menceritakan awal perjalanan Adira Finance pada tahun 2022 yang menghadapi pandemi COVID-19 dan diiringi kebijakan pembatasan sosial, sehingga mempengaruhi aktivitas ekonomi yang sangat melemahkan perusahaannya
Setelah pandemi kian teratasi, gangguan pasokan kendaraan baru menjadi tantangan lain dari Adira Finace. Kata dia, untuk pertama kali pihaknya mengalami gangguan kendaraan baru yang saat itu terjadi pada kuartal II-2022.
“Gangguan ini baik motor dan mobil disebabkan kelangkaan chip karena banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya faktor situasi geopolitik, disrupsi supply-chain, dan banyak hal lainnya,” ungkapnya.
BACA JUGA:
Namun, membaiknya kondisi perekonomian secara perlahan pada kuartal II/2022 yang dipengaruhi pembukaan pembatasan sosial menciptakan normalisasi aktivitas ekonomi sehingga meningkatkan konsumsi.
Kinerja ekspor yang baik menimbang harga komoditas sangat tinggi dan kenaikan tingkat investasi terutama di sektor tambang turut menjadi dua faktor tambahan mengapa perekonomian Indonesia membaik.
“Semua itu membuat ekonomi Indonesia tumbuh 5,31 persen. Angka lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang mengalami perlambatan pertumbuhan, “ kata dia.