Pendiri Partai Ummat Amien Rais: Reformasi, Tuduhan Pengkhianatan, dan Hal-Hal yang Tak Ia Pikirkan
Ketua Dewan Syuro Partai Ummat Amien Rais (Sumber: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Amien Rais resmi mendeklarasikan pendirian partai politik baru bernama Partai Ummat. Amien Rais yang merupakan tokoh reformasi menjanjikan perjuangan dalam penegakkan keadilan dan perlawanan terhadap kezaliman. Siapa Amien Rais? Seperti apa pemikiran dan perannya dalam demokrasi dan perubahan politik Indonesia?

Deklarasi dilakukan di Yogyakarta, Kamis, 29 April atau 17 Ramadan 1442 Hijriah, dengan Amien yang didampingi jajaran pengurus Partai Ummat. "Bismillahirahmanirahim, saya deklarasikan kelahiran Partai Ummat di persada Bumi Pertiwi Indonesia yang kita cintai bersama," tutur Amien Rais.

"Kami abdikan seluruh salat kami, seluruh ibadah kami, kehidupan kami. Kami persembahkan hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam ... Kami yakin, seluruh mekanisme demokrasi kita dan konstitusi kita lebih dari cukup untuk melakukan perbaikan dalam kehidupan nasional sehingga kita tidak perlu cara-cara ekstra parlementer dan cara-cara ekstra konstitusi."

Ada yang menarik antara Amien dan demokrasi. Ia ada di barisan depan ketika gerakan reformasi mencapai puncaknya tahun 1998. Saat itu Amien Rais menduduki jabatan Ketua PP Muhammadiyah. Ia terpilih dalam Muktamar Muhammadiyah di Banda Aceh pada 1995. Amien mengumpulkan 98 persen suara. Berhasil meski tak direstui Istana.

Tangkap layar pemberitaan AP News (Sumber: YouTube)

Amien kritis sejak lama. Bahkan ketika ia berada dekat dengan lingkaran kekuasaan. Kala itu Amien jadi bagian dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) yang ada di bawah kepemimpinan BJ Habibie.

Namun tak bertahan. Amien didesak keluar karena mengungkap sejumlah kebusukan pemerintah, mulai dari nepotisme hingga ketamakan elite mengontrol tambang emas Busang yang nyatanya bodong.

Demonstrasi mahasiswa sepanjang 1998 jadi rangkaian momentum yang terus memojokkan Soeharto dari posisinya. Amien ada di hari-hari itu. Senin, 18 Mei 1998, ketika Gedung DPR/MPR telah berhasil diduduki demonstran, Amien berencana membawa mereka ke lapangan Monumen Nasional (Monas) untuk merayakan Hari Kebangkitan Nasional.

Rencana Amien dicegah Pangkostrad Prabowo Subianto dan Yusril Ihza Mahendra. Militer konon dipersiapkan untuk langkah-langkah keras kala itu. Mereka tak segan jika kekuasaan Soeharto terusik. Iya, kala itu dilaporkan sudah ada sekitar 150 ribu tentara yang disiagakan di wilayah Jakarta Pusat.

Amien mendengar peringatan itu. Rencana batal. Titik konsentrasi massa tetap di Gedung DPR/MPR. Sejumlah tokoh juga berada di sana kala itu, sebut saja AM Fatwa, Emil Salim, hingga Adnan Buyung Nasution. Amien kemudian dijemput dari Masjid Al Azhar, Jakarta. Tiba di kompleks parlemen, ratusan mahasiswa menyambut Amien dengan sorak sorai.

Pada Kamis, 21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri. Rangkaian peristiwa pelengseran Soeharto mengangkat nama Amien sebagai "Bapak Reformasi".

Kritik pengkhianatan reformasi

Seharum itu nama Amien pada masa-masa reformasi. Namun di momen-momen setelah reformasi, Amien dihujani kritik. Ia bahkan disebut pengkhianat reformasi. Saat itu Amien berhasil membawa Partai Amanat Nasional (PAN) yang ia dirikan ke lima besar Pemilu Legislatif 1999. Amien kemudian terpilih menjadi Ketua MPR periode 1999 hingga 2004.

Di periode kepemimpinan Amien di MPR itu, tercatat empat kali amandemen UUD 1945. Amandemen-amandemen itulah yang memojokkan nama Amien. Sejumlah aktivis 98, seperti Faisal Assegaf dan Sri Bintang Pamungkas bahkan menyebut semangat reformasi Amien telah luntur.

Amien Rais (Sumber: PAN.or.id)

Bukan tanpa alasan. Empat amandemen di periode Amien itu mendorong sejumlah perubahan. Di antaranya, pemilihan langsung presiden dan keterbukaan sistem ekonomi. Amien pernah menjawab perihal ini. Ia mengaku tak memikirkan julukan-julukan yang disematkannya, entah itu yang baik ataupun yang buruk.

Amien menyebut ia bekerja untuk ajaran Tuhan. "Itu terserah. Jadi saya enggak pernah sedikit pun ingin seperti itu karena saya ini bekerja bukan untuk manusia," tutur Amien, dikutip dari CNN, Jumat, 30 April.

"Saya dikatakan brengsek, diejek, ditipu, saya ketawa aja. Kalau kamu suka, Alhamdulillah. Enggak suka, ya enggak apa-apa," tambah Amien.

Disebut Sengkuni

Pada Pemilu 2019 lalu, sosok Amien disoroti karena berbagai kontroversi. Salah satunya adalah ucapan Amien yang menyebut 9 Juli --tanggal dilaksanakannya pemilihan-- sebagai "Baratayuda politik."

Baratayuda adalah sebuah perang besar di Padang Kurusetra antara Pandawa dan Kurawa. Amien dikritik atas analoginya itu.

"9 Juli itu semacam Baratayuda politik. Seram. Di sini tapi mungkin kecil-kecilan. Tetapi saudara-saudaraku, kita harus khusnul yang bulat dan jangan ragu-ragu," kata Amien, dalam sebuah tausyiah di Masjid Al Azhar, dikutip Merdeka.

Amien Rais (Sumber: Antara)

Meski begitu Amien tak merinci pihak mana yang ia analogikan sebagai Pandawa dan Kurawa. Analogi-analogi pewayangan ini berlanjut.

Amien belakangan disebut sebagai sosok Sengkuni dalam perpolitikan Indonesia. Bahkan, Paguyuban Masyarakat Tradisi (Pametri) Yogyakarta sempat menggelar ruwatan terhadap Amien di depan rumahnya di Sawit Sari, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta.

Mbah Sukir, tokoh yang memimpin upacara merapal doa berbahasa Jawa dan menyalakan dupa. Ia mendoakan agar karakter Sengkuni lepas dari diri Amien. Sengkuni adalah tokoh di epos Mahabharata yang memiliki sifat licik. Sengkunilah yang menghasut para Kurawa untuk memusuhi Pandawa.

"Semoga Bapak Amien Rais lepas dari Sandikolo dan kembali bersih. Semoga bangsa ini terhindar dari bencana dan segala hal yang tidak baik. Semoga rakyat Indonesia bisa sejahtera."

Internal PAN sendiri pernah menyebut Amien sebagai Sengkuni. Kala itu, mundurnya Hanafi Rais dari PAN menjadi sinyal bakal berdirinya partai baru. Wakil Bendahara Umum DPP PAN Rizki Aljupri mengkritik pendirian partai baru beserta para penggagasnya.

"Melihat pemetaan individu yang menyatakan akan bergabung dengan partai baru bentukan Amien Rais, DPP PAN menilai ini tidak lebih dari sekelompok orang yang tidak dapat menerima kekalahan karena jagoan mereka kalah dalam Kongres PAN di Kendari," tutur Rizky.

"Kami justru bersyukur, karena saat ini PAN dapat lepas dari orang-orang yang memiliki karakter Sengkuni," kata Rizki.

Kini Amien Rais telah berdiri bersama partai barunya, Partai Ummat. Dalam deklarasi, partai yang diketuai menantu Amin Rais, Ridho Rahmadi itu juga mengumumkan jajaran pengurus Majelis Syuro dan Dewan Pengurus Pusat (DPP).

Kepengurusan Partai Ummat

Amien Rais dalam Deklarasi Partai Ummat (Sumber: Istimewa)

Majelis Syuro Partai Ummat

Ketua Majelis Syuro: Amien Rais

Wakil Ketua 1: MS Kaban

Wakil Ketua 2: Thalib Sagaf Aldjufri

Sekretaris: Ansufri Idrus Sambo

DPP Partai Ummat​​​​​​​

Ketua Umum: Ridho Rahmadi

Sekretaris Jenderal: Ahmad Muhadjir Sodrudin

Bendaraha Umum: Benny Suharto

Wakil Ketua Umum 1: Agung Mozin

Wakil Ketua Umum 2: Sugeng

Wakil Ketua Umum 3: Chandra Tirta Wijaya.

*Baca Informasi lain soal PARTAI UMMAT atau baca tulisan menarik lain dari Nailin In Saroh juga Yudhistira Mahabharata.

BERNAS Lainnya

Terkait