Bagikan:

JAKARTA - Penjara Guantanamo milik Amerika Serikat (AS) kerap dipandang sebagai salah satu kamp tahanan terkejam di dunia. Tiada HAM dan keadilan dalam penjara yang berada di wilayah milik Kuba. Barang siapa yang dituduh sebagai teroris kelas kakap, niscaya akan ditahan di sana.

Mereka disiksa secara fisik hingga mental. Banyak juga tahanan yang ditahan tanpa bukti yang kuat. Narasi itu mencoreng nama AS yang kerap bertindak sebagai polisi dunia. Dunia pun menuntut Penjara Guantanamo yang dijuluki Nereka di Bumi ditutup.

Hubungan Kuba dan Negeri Paman Sam pernah harmonis. Kondisi itu terjadi karena AS pernah ikut campur membantu Kuba melawan penjajah Spanyol. Keharmonisan itu kian terlihat di era 1900-an. Pemerintah Kuba memperbolehkan AS menyewa wilayah Teluk Guantanamo pada 1903.

Pendudukan mereka di Teluk Guantanamo dianggap menguntungkan. Wilayah itu dijadikan sebagai pangkalan militer Angkatan Laut AS. Pangkalan itu juga menyediakan dua lapangan terbang. Tiada yang menganggu eksistensi AS di Guantanamo. Namun, revolusi Kuba era Fidel Castro pernah jadi gangguan besar.

Hubungan Kuba-AS kian memburuk pada 1959. Kuba ingin mengusir AS dari Teluk Guantanamo. AS bak menantang. Mereka membalas dengan tak mau membayar sewa tahan ke Kuba. Mereka seraya klaim sendiri Teluk Guantanamo sebagai wilayahnya.

Dokumentasi saat awal Guantanamo digunakan sebagai Pangkalan Militer Angkatan Laut AS awal 1900-an. (Wikimedia Commons)

Belakangan Teluk Guantanamo digunakan sebagai tempat penampuan para pengungsi di era 1990-an. Kamp-kamp pengungsi segera dibuat. Ambil contoh Guantanamo pernah menampung puluhan ribu imigran gelap Haiti dan Kuba.

Kaum imigran gelap kemudian di tempatkan di dalam kamp-kamp pengungsian dengan fasilitas seadanya sambil menunggu untuk dipulangkan. Namun, tragedi 11 September 2001 mengubah segalanya.

AS mulai menggelorakan perang lawan terorisme. Semenjak itu AS melihat potensi lain dari Guantanamo. Pemerintahan George W. Bush mulai menganggap Guantanamo sebagai lokasi penjara yang pas bagi mereka yang dicurigai teroris dan terlibat dalam jaringan Al Qaeda atau Taliban.

Pembuatan penjara mulai disiapkan hingga rangkum pada 2002. Penjara Guantanamo lalu dianggap salah satu penjara terkejam di dunia.

“Guantanamo, meski sebetulnya layak menjadi tempat kita selonjor menikmati matahari, sesungguhnya lebih mirip tempat yang tak akan pernah terbayangkan. Bak menyaksikan sebuah film Hollywood, kini kita hanya bisa membayangkan bagaimana Guantanamo telah disulap menjadi sebuah penjara yang terisolasi dari dunia.”

“Belum pernah ada wartawan yang diperbolehkan meliput; belum pernah ada keluarga tahanan yang boleh menyentuh atau menghubungi para tahanan; dan belum ada pengacara yang diizinkan mendampingi—apalagi membela—600 tahanan Taliban dan Afganistan yang disekap di sana atas nama perang melawan teror dan keamanan nasional,” tertulis dalam laporan majalah Tempo berjudul Guantanamo dan 600 Penghuninya (2004).

Penjara Kejam

Kehadiran Penjara Guantanamo bak aib besar dalam sejarah AS. Namun, Presiden Bush memandangnya berbeda. Ia bergerak menahan siapa saja yang dicurigai sebagai teroris kelas kakap ke Guantanamo. Upaya itu dilakukan untuk menyelamatkan martabat AS.

Perkaranya tahanan di Guantanamo ditangkap tanpa bukti kesalahan yang jelas tak dipedulikan. AS terus saja melakukan pelanggaran HAM di Guantanamo. Penyiksaan seakan jadi makanan sehari-hari bagi para tahanan untuk buka suara terkait kejahatan mereka.

Mereka disiksa secara fisik hingga mental. Interogasi panjang sering digelar. Mereka dimasukan dalam sel isolasi. Aktivitas para tahanan untuk beribadah juga diganggu. Kitab suci Al Quran milik tahanan sering dilecehkan.

Mereka yang ditahan merasa tiada HAM di dalam Penjara Guantanamo. Tiada pula keadilan. Padahal, AS sendiri bak bertindak sebagai polisi dunia. AS tak jarang mengutuk negara yang melanggar HAM berat. Padahal, mereka sendiri melanggar HAM di Guantanamo.

Gema pelanggaran HAM di Penjara Guantanamo kesohor di seantero dunia. Banyak pula organisasi kemanusiaan bergerak mengecam AS. Warga dunia tak mau ketinggalan memberikan kecaman. Mereka meminta tahanan diperlakukan secara manusiawi dan segera menutup Penjara Guantanamo.

Opsi AS mempertahankan Guantanamo justru dianggap tak masuk akal. Jika dihitung AS menahan mereka yang dituduh teroris di Guantanamo justru mengeluarkan dana cukup besar. Padahal jika tahanan dipindah ke penjara biasa di AS pengeluaran jadi lebih kecil. Namun, pemerintah tak mau mendengar.

Rencana penutupan Penjara Guantanamo sempat bergema kala Barack Obama jadi orang nomor satu AS pada 2009. Namun, keinginan itu tak pernah terwujud. Pemimpin setelahnya tak benar-benar ingin menutup Penjara Guantanamo.

Perlahan-lahan tahanan Penjara Guantanamo mulai banyak berkurang karena dipindahkan ke penjara negara lain. Beberapa di antara tahanan juga mulai buka suara terkait kejamnya Penjara Guantanamo. Dunia pun menjuluki Guantanamo sebagai sebagai Neraka di Bumi.

Potret kala tahanan di bawa ke Penjara Guantanamo. (Wikimedia Commons)

“Kami telah menginvestasikan sekitar 6,5 miliar dolar AS untuk penahanan di Guantanamo dan apa yang kami dapatkan? Kami telah membuang-buang uang. Orang-orang ini dapat ditempatkan di penjara federal dengan biaya yang jauh lebih murah.”

“Kami memiliki lebih dari seribu pasukan yang didedikasikan untuk operasi penahanan yang dapat digunakan di tempat lain. Kami telah menyia-nyiakan kredibilitas kami di seluruh dunia dalam persidangan ini,” ujar mantan Kepala Jaksa Komisi Militer AS, Morris Davis sebagaimana dikutip laman The Guardian berjudul Guantanamo: Bush-Era Officials Warn Keeping Prison Open may be $6bn Error (2018).