Bagikan:

JAKARTA - Sheila on 7 mampu memberikan warna baru di jagat musik Indonesia. Grup band beraliran pop itu mampu membuktikan bahwa belantika musik Indonesia tak melulu didominasi grup band dari Jakarta-Bandung. Band yang digawangi Duta, Adam, Eross, Sakti, dan Anton membuktikan bahwa band asal Yogyakarta mampu sukses.

Musik mereka mampu diterima oleh segenap penggemar musik di seantero negeri. Namun, Sheila on 7 tak lupa daratan. Mereka pun sowan untuk mendapatkan restu dari Sultan Hamengkubuwono X. Supaya terus eksis di dunia musik, katanya.

Pertaruhan sebuah band daerah adalah terkenal di kandang/wilayahnya sendiri. Popularitas itu biasanya membukakan jalan untuk meraih popularitas lebih luas. Itulah yang dilakukan Duta, Adam, Sakti, Eross, dan Anton.

Anak muda Yogyakarta itu bersepakat membentuk band bernama Sheilagank yang berganti nama jadi Sheila on 7 pada 6 Mei 1996. Band asal Yogyakarta itu mulanya banyak membawa lagu karya musisi luar macam Bon Jovi, Oasis, dan U2.

Aksi grup band Sheila on 7 di atas panggung. (Antara)

Belakangan mereka mulai sadar untuk menciptakan lagu sendiri. Fase itu membuat mereka memeras kreativitas. Lagu berjudul Kita tercipta. Demo lagu itu mulai diedarkan ke radio-radio lokal. Hasilnya gemilang. Lagu Sheila on 7 banyak mendapat respons positif dari para warga Yogyakarta.

Mereka pun mendapatkan panggilan manggung dari mana-mana. Manggung di ulang tahun pun turut dilakoni. Urusan bayaran manggung, mereka tak ambil pusing. Nasi kotak pun jadi. Sheila on 7 pun terus muncul dalam festival-festival musik. Perlahan-lahan mereka jadi idola baru warga Yogyakarta.

Pucuk dicinta ulam tiba. Lagu rekaan Sheila on 7 mendapatkan perhatian dari label besar. Sony Music Indonesia ingin mengontrak mereka. Sheila on 7 pun diminta untuk mengantarkan kaset demonya ke Jakarta. Materi lagu kala itu Kita, Tertatih, J.A.P, For Awhile, First Love, dan Sandra.

Pihak Sony Music Indonesia mengaku suka. Direktur A&R Sony Music Indonesia, Jan Djuhana meminta mereka datang untuk merekam lagu dan menandatangani kontrak. Usaha Sheila on 7 pun terbayar lewat hadirnya album dengan nama band mereka sendiri Sheila on 7 (1999).

Lagu Dan, Kita, hingga Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki kesohor di mana-mana. Album itu mendapatkan respons positif. Sheila on 7 jadi bukti bahwa band sukses tak harus selalu dari Jakarta atau Bandung.

“Padahal, di awal debutnya, mereka biasa menyanyi di acara-acara ulang tahun dengan bayaran sekotak nasi per orang. Kenekatan khas anak muda yang membuat mereka menjadi grup musik fenomenal. Berbekal demo lagu, pada 1999, Eross dan Adam datang ke Jakarta. Saat itu, mereka nyaris tak paham sedikit pun seluk-beluk Kota Jakarta.”

“Setelah kesasar beberapa kali, baru mereka menjumpai kantor Sony. Jan Djuhana, yang mendengar demo itu, langsung terpikat dan meminta Sheila melengkapi lagu untuk materi album perdana. Ketika nasib baik sedang berpihak, seperti kata orang, sisanya adalah sejarah. Menurut Jan, kebersahajaan Sheila, baik dalam bermusik maupun dalam keseharian, adalah kunci sukses. Pangsa pasar Sheila juga luas sekali: 5 hingga 50 tahun,” tertulis Yusi A. Pareanom dan kawan-kawan dalam majalah Tempo berjudul Dari Yogya Menawarkan Cinta (2001).

Tak Lupa Daratan

Kesuksesan Sheila on 7 membuat mereka terkenal di seantero negeri. Album pertama itu mampu berbicara banyak dan mulai digemari banyak orang. Radio-radio lokal di seluruh Indonesia tak henti-hentinya memutarkan lagu mereka.

Namun, Sheila on 7 tak ingin jumawa. Alih-alih memilih total berkarier di Jakarta, Sheila on 7 justru memilih untuk menetap di Yogyakarta. Mereka tak lupa dengan kota yang membesarkannya. Bentuk terima kasih lainnya adalah mencoba minta restu penguasa Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono X.

Pertemuan itu berlangsung pasca perilisan album keduanya, Kisah Klasik untuk Masa Depan (2000). Hamengkubuwono X menyambut baik hal itu. Ia pun bersyukur anak muda Yogyakarta memiliki semangat tinggi dalam bermusik.

Aksi Duta, vokalis Sheila on 7. (Antara)

Pertemuan itu berlangsung pada 2001. Sheila on 7 pun diterima Sultan dengan baik. Shella pun memberikan Sultan CD album pertama dan keduanya. Sultan pun meminta personel Sheila on 7 untuk total dalam bermusik. Mereka bahkan diminta setia berada di jalur musik dan menginspirasi rakyat Yogyakarta. 

“Dibantu oleh Mas Sapto Rahardjo, musisi Yogyakarta yang giat menggelar festival gamelan di kotanya, Sheila on 7 dipertemukan dengan Sri Sultan. Saya merasa terhormat untuk ikut serta sowan beliau. Personel Sheila on 7 mohon doa restu Sri Sultan untuk langkah mereka selanjutnya di dunia musik.”

“Dalam pertemuan itu, Sri Sultan berpesan agar Sheila on 7 total dalam bermusik dan mempunyai komitmen kuat, serta setia pada pilihan hidup mereka di jalur musik,” ungkap Jan Dhuhana ditulis Frans Sartono dalam buku Di Balik Bintang (2022).