JAKARTA - Nama Eddy Sud tak dapat dilepaskan dari gemerlap panggung hiburan Indonesia. Ia bak paket lengkap seorang penghibur sejati. Dari pelawak hingga aktor. Wajahnya kerap hadir di layar kaca. Pun suaranya menggema di mana-mana lewat radio.
Kariernya kian menanjak kala ia mulai menginisiasi Artis Safari Golkar, kemudian jadi program stasiun televisi milik pemerintah, TVRI bernama Aneka Ria Safari. Ide itu tak saja mengangkat nama artis Indonesia, tapi juga jadi mesin kampanye, pemerintah Orde Baru (Orba) dan Partai Golongan Karya (Golkar).
Eddy Sudihardjo atau yang dikenal sebagai Eddy Sud adalah sosok penghibur legendaris Indonesia. Ia mampu merintis karier di dunia hiburan sedari muda. Kegiatan itu semakin intens kala Eddy Sud tergabung dalam seniman-seniman di bawah naungan Kodam Jaya V era 1960-1961.
Saban hari ia dilibatkan untuk menghibur rakyat Indonesia di seantero negeri. Utamanya, kala militer Indonesia sedang berada di daerah konflik. Langkah itu dianggap siasat untuk mendekatkan rakyat Indonesia dan TNI.
Hasilnya gemilang. Popularitas TNI sebagai pengayom rakyat melejit. Pun popularitas Eddy Sud di panggung hiburan ikutan meningkat. Ragam tawaran beradu peran mendatanginya. Ia jadi sering dipanggi untuk manggung dan main film.
Eksistensi itu kian terekam karena Eddy Sud mulai bergabung dalam grup lawak legendaris S.A.E. Grup itu bukan kelompok lawak biasa. Sebab, Eddy Sud berkomplotan dengan nama besar seperti Bing Slamet dan Atmonadi pada era 1960-an.
Langkah itu membawanya menuju tangga kesuksesan. Sekalipun S.A.E tak bertahan lama. Bing Slamet dan Eddy Sud pun mulai melanggengkan grup lawak baru pada 1967. Kwartet Jaya, namanya. Grup itu diperkuat oleh Bing Slamet, Eddy Sud, Ateng, dan Iskak.
Nama besar itu jadi jaminan mutu anggota Kwartet Jaya kesohor di seantero negeri. Anggota Kwartet Jaya sering berbagi peran dalam satu film. Bing Slamet Dukun Palsu (1973), misalnya. Peran itu membuat penggemarnya bejibun.
Bukti eksistensi Kwartet Jaya terlihat kala mereka manggung pada era 1970-an. Penonton dibuat mereka tertawa terpingkal-pingkal. Barang siapa yang mengundang Kwartet Jaya, pengundangnya takkan kecewa. Pun penontonnya dapat terhibur dan berhasil melupakan sementara segala macam penat kehidupan.
BACA JUGA:
“Lawakan muncul sebagai pengisi jeda untuk acara selanjutnya. Dari balik panggung muncul Eddy Sud, si tukang ‘pancing’ di grupnya. Kwartet Jaya di malam itu berhasil memancing kedua partnernya, Ateng dan Iskak melawak (sekalipun tanpa kehadiran Bing Slamet). Banyolannya yang segar ditambah gerak tubuh slapstick-nya membuat tawa penonton memecah keheningan.”
“Ateng, pelawak pendek dan tambun dengan sindiran-sindiran tajamnya yang ditunjukkan ke Iskak mampu membuat penonton terpingkal-pingkal. Malam itu, Grup Kwartet Jaya berhasil mengocok perut penonton yang hadir memenuhi lapangan yang berada di kompleks perumahan karyawan. Banyak hadirin yang terpaksa mengendurkan ikat pinggang,” terang Andy Achmad Sampurna Jaya yang pernah menyaksikan langsung pertunjukan Kwartet Jaya sebagaimana ditulis Zulfikar Fu'ad dalam buku Simfoni Kehidupan Seorang Bupati (2004).
Artis Safari Golkar
Kepopuleran Eddy Sud membuat pemerintah kepincut. Partai penguasa, Golkar, apalagi. Eddy Sud pun diberikan ruang berkreasi yang seluas-luas pada era 1970-an. Kedekatan itu membuahkan hasil. Sebagai timbal balik, Eddy Sud, Bing Slamet, dan Bucuk Soeharto mendirikan kelompok Artis Safari Golkar (kemudian dikenal sebagai Anera Ria Safari) pada 1971.
Eddy Sud jadi motor penggerak yang mengumpulkan artis-artis Ibu Kota berkeliling kampanye untuk memenangkan Golkar pada Pemilu 1971 dan kontestasi politik lainnya. Eddy Sud dan pengaruhnya menggelegar.
Ia mampu mengumpulkan ratusan artis kenamaan Ibu Kota. Dari pelawak hingga penyanyi. Mereka dilibatkan Eddy Sud untuk mengampanyekan ideologi Golkar ke segala penjuru Nusantara. Empunya kuasa bahkan sampai menyewa khusus pesawat yang membawa artis itu bersafari ke pelosok negeri.
Ramuan itu mampu membuat Golkar jadi jawara pada Pemilu 1971 dan kontestasi Pemilu lainnya. Artis-artis yang ikut mendapatkan banyak manfaat. Bak simbiosis mutualisme. Alih-alih hanya uang pertunjukkan belaka, mereka justru diberikan ruang berkreasi yang lebih luas. Sedang Orba dapat langgeng berkuasa.
Izin pertunjukkan Artis Safari Golkar dipermudah. Mereka kerap mendapatkan panggilan manggung dari pemerintah. Gairah itu membuat Artis Safari Golkar kian bertambah. Pemerintah pun tak ingin memutus hubungan Artis Safari Golkar sesudah Pemilu.
Hubungan akrab antara Artis Safari Golkar tetap dijaga pemerintah Orba dengan cara menghadikan acara Aneka Ria Safari pada 1980-an. Inisiasi itu lagi-lagi digelorakan oleh Eddy Sud. Program yang selalu nangkring di TVRI –televisi satu-satunya—itu terus populer. Karenanya, Aneka Ria Safari dan segala macam artisnya -- kerap diasosiasikan sebagai mesin kampanye pemerintah Orba dan Golkar.
“Eddy Sud terbilang perintis acara komersial TVRI itu. Idenya lahir 10 tahun silam ketika Eddy bertemu dengan Ali Moertopo (kemudian jadi Menteri Penerangan). Dasarnya, keprihatinan pada nasib musik Indonesia yang kalah terus dalam bersaing dengan lagu-lagu Barat. Lalu muncul acara Aneka Ria Safari. Prioritas diberi kepada kelompok Artis Safari Golkar.”
“Namun kelanjutannya memang menjadi sangat lain. Sudah tidak jelas mana yang anggota Artis Safari, mana yang rekanan bisnis. Organisasi Artis Safari dibentuk Eddy Sud tahun 1971 bersama Bing Slamet, Bucuk Soeharto (ketua Departemen Seni dan Budaya DPP Golkar kala itu). Tujuannya, menghimpun artis yang mau diajak keliling daerah untuk berkampanye. Kelompok ini konon punya peran besar bagi kemenangan Golkar,” terang Sry Pudyastuti dan Dwi S. Irianto dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul Dangdut, Bisnis, dan Politik (1993).