Sejarah Hari Ini: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Lahir 5 Februari 1947, Bercita-cita Jadi Corong Perjuangan
Logo Himpunan Mahasiswa Islam. (Dok. HMI)

Bagikan:

JAKARTA - Hari ini 75 tahun yang lalu, atau tepatnya 5 Februari 1947, organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) lahir di Yogyakarta. Lafran Fane jadi salah satu tokoh yang bergerak melahirkan HMI. Ia menginginkan HMI menjelma sebagai corong utama mahasiswa Islam berjuang.

Semuanya demi menggapai mimpi sebagai nasionalis-muslim terpelajar. Karenanya, HMI dapat hadir mengawal kemerdekaan dan menjawab tantangan zaman. cita-cita itu tak muluk-muluk. HMI pun dianggap pelopor organisasi yang mewadahi mahasiswa Islam.

Proklamasi kemerdekaan adalah momentum yang ditunggu oleh segenap bangsa Indonesia. Kemerdekaan atas belenggu penjajahan jadi fokus utamanya. Namun, kemerdekaan itu dianggap sepi saja oleh Belanda. Negeri Belanda justru menganggap proklamasi sebagai momentum tepat untuk menguasai Indonesia kali kedua.

Demi menguasai Nusantara, Belanda menurunkan kekuatan penuh. Mereka menurunkan pasukan dalam jumlah bejibun. Tujuannya untuk melanggengkan teror. Lebih lagi untuk dapat memukul mundur para pejuang kemerdekaan.

Sikap Belanda pun memantik perlawanan. Utamanya dari kaum muda. Mereka tak ingin bangsa Indonesia kembali dijadikan “sapi perah” oleh Belanda. organisasi pemuda dan mahasiswa pun bermunculan. Himpunan Mahasiswa Indonesia, salah satunya. Organisasi ini lahir atas prakarsa 15 mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (kini: menjadi Universitas Islam Indonesia) di Yogyakarta pada 1947.

Melansir laman HMI (https://komsas-malang.hmi.or.id/read/1374/kehmian/sejarah-berdirinya-hmi-himpunan-mahasiswa-islam-pertama-kali-di-indonesia.html), salah satu pencetusnya adalah Lefran Pane. Baginya, makna kemerdekaan yang sesungguhnya adalah bangga dengan ajaran agama Islam. ia ingin supaya HMI menjadi corong perjuangan. Yang mana, perjuangan itu untuk menyebarkan nilai-nilai Islam. Apalagi Islam adalah agama yang dapat menyesuaikan diri dengan zaman.

Alam pikir itulah yang dapat memerdekaan intelektual muslim untuk menelurkan inovasi di segala bidang. Kemudian, sikap konsisten HMI dalam menciptakan intektual muslim membuat banyak tokoh politik nasional lahir dari rahimnya.

 “HMI hadir salah satunya adalah dalam usaha menjawab reaitas masyarakat muslim awal kemerdekaan, di mana banyak kaum pelajar yang menganut agama Islam malu mengaku secara terus terang bahwa ia beragama Islam. Dianggapnya Agama Islam itu lebih rendah. Sebaliknya orang Barat serta Agama Kristen jauh lebih tinggi derajatnya. Hal ini terjadi --menurut Lafran Pane-- karena agama Islam itu belum dipelajari secara mendalam.”

“Padahal menurut al quran dán penyelidikan, yang kolot itu bukan agama Islam, melainkan penganutnya. Hakikat agama Islam itu tidak dapat diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Agama Islam itu dapat memenuhi beragam keperluan manusia di semua waktu dan tempat, artinya mampu menyelaraskan diri dengan keadaan dan keperluan masyarakat di manapun juga,” tutup MHD. Zakiul Fikri dalam buku Di Bawah Naungan Khittah Perjuangan HMI (2018).

*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.