Bagikan:

JAKARTA - Film LAFRAN siap dirilis pada tahun 2024. Di bulan Pahlawan November 2023 ini, KAHMI merilis trailer dan poster resmi film Lafran untuk menandai enam tahun, sejak 2017, penetapan Lafran Pane sebagai Pahlawan Nasional. 

Film yang dibintangi Dimas Anggara ini diharapkan bisa menjadi inspirasi  dalam upaya terus menerus menyatukan seluruh komponen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 

Lafran, telah ditinggal dua perempuan tercinta. Ibunya meninggal saat Lafran berusia 2 tahun, selang beberapa tahun kemudian neneknya, meninggal. Kehilangan ‘dua’ ibu baginya, adalah seperti kehilangan kemudi. Ayahnya, Sutan Pangurabaan -- tokoh pergerakan di Sumatera Utara -- terlalu sering berpergian hingga Lafran harus tinggal Bersama kakaknya. 

Di usia muda itulah, Lafran jadi pemberontak terhadap kondisi ketidakadian yang menuntut ia harus pindah ke berbagai sekolah. Lafran bahkan sempat jadi petinju jalanan. Kakaknya-lah, Sanusi dan Armijn Pane, yang mendorong Lafran agar energi pemberontakkannya diubah dalam bentuk karya. Perjalanan Lafran dari Tapanuli Selatan ke Jakarta hingga Yogyakarta mewarnai perubahan cara pandang Lafran dalam berjuang. 

Idealismenya menguat, prinsip hidup harus ditegakkan menjadikan Lafran Pane punya visi besar dalam memperjuangkan keindonesiaan. Saat pendudukan Jepang, Lafran sempat ditahan karena membela para peternak sapi. Dia dibebaskan, setelah ayahnya menebus dengan menyerahkan bus Sibual-buali kepada tentara Jepang. 

Sejak itu, Lafran begitu antusias terlibat dalam berbagai arus gerakan kemerdekaan termasuk  para pemuda yang mendorong Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI.

Semasa kuliah di Yogyakarta, Lafran gundah oleh keberadaan kaum muslim terpelajar yang terlalu larut dalam pemikiran sekular. Mereka sering melupakan ibadah utama. Maka, muncullah gagasan mendirikan Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), yang berjuang dalam bingkai keislaman, keindonesiaan. 

Awalnya tidak ada yang mudah, dalam arus politik aliran yang sangat kencang saat itu, keberadaan HMI justru ditentang oleh organisasi massa Islam yang sudah ada. Apalagi resistensi yang diakukan gerakan kelompok sosialis. Dari semua pertentangan dan gesekan yang dihadapi, Lafran berketepatan hati menegakkan HMI.

"Saya Lillahi Taala untuk Indonesia…" Ucapan Lafran Pane yang punya daya magis kuat ini menjadi perekat HMI. 

Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) bersama rumah produksi Reborn Intiatives mengangkat kisah perjuangan Lafran Pane dalam memprakarsai pendirian organisasi mahasiswa yang berazaskan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan dalam menghadapi dinamika sosial politik di masa awal kemerdekaan.

"Ide pembuatan  film Lafran ini berawal dari Bang Akbar Tandjung, tentang pentingnya peran HMI dan organ-organ pendukungnya kembali memperjuangkan cita-cita dan gagasan Lafran Pane tentang keindonesiaan yang menyatukan. Dan siapapun itu mereka yang pernah merasa sebagai kader HMI mesti menyaksikan film  Lafran ini," ungkap  Dr. Arief Rosyid Hasan, Produser Eksekutif film Lafran dalam keterangan media yang diterima Selasa, 21 November.

Oleh karenanya keluarga besar KAHMI, akan melakukan nonton bareng film LAFRAN di berbagai bioskop Indonesia.

“Kepahlawanan itu harus disampikan kepada publik. Meskipun nama Lafran tidaklah sepopuler para pendiri bangsa. Tapi paling tidak, ada sisi keteladanan yang bisa diajarkan Lafran kepada anak muda. Dan kami sadar untuk menjadikan sebuah film biografi yang sangat kuat pesannya tidaklah mudah. Butuh empat generasi kepemimpinan Kahmi untuk menuntaskan film Lafran. Jaga HMI sama juga menjaga Indonesia,” tegas Ahmad Doli Kurnia, Koordinator Presidium Majelis Nasional KAHMI, sekaligus Produser Eksekutif film Lafran.