Nasib Buruk Indonesia di Piala AFF Pertama 1996
Kurniawan Dwi Julianto (Sumber: AFF)

Bagikan:

JAKARTA - Piala AFF pertama kali dihelat di Singapura.Indonesia harus angkat koper tanpa piala. Saat itu AFF masih bernama Piala Tiger.

Indonesia memiliki andil besar bagi sepak bola di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Lewat Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), Indonesia bersama enam negara lainnya berperan atas kelahiran Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF) pada 1984.

Bersama Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand, Indonesia turut mendirikan AFF sebagai organisasi yang menaungi semua induk sepak bola di Asia Tenggara. AFF memiliki fungsi melanggengkan perkembangan sepak bola di Asia Tenggara.

Selain itu AFF juga didirikan dengan tujuan supaya negara-negara di Asia Tenggara dapat bersaing dengan tim sepak bola kuat dari seluruh pelosok dunia. Ketua PSSI periode 1983-1991 Marsekal Madya (purn.) Kardono pun dipilih sebagai presiden AFF pertama.

Ia mendapatkan dukungan penuh dari induk Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). Namun, agendanya hanya mendorong kompetisi di level klub semata. Perihal kompetisi untuk negara-negara Asia Tenggara belum menjadi fokusnya.

Baru pada 1996 atau 12 tahun setelah terbentuknya AFF, kompetisi antar negara ASEAN dihelat. Kompetisi itu diberi nama Piala Tiger. Sesuai nama dari perusahaan minuman keras yang menjadi sponsor utama.

“AFF atau Asean Football Federation adalah bagian bagian dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC), yang terdiri dari negara-negara kawasan Asia Tenggara. Asean adalah kepanjangan dari Association of South East Asian Nation. AFF didirikan pada tahun 1984 oleh Thailand, Filipina, Brunei, Singapura, Malaysia, Indonesia, Vietnam, Kamboja, Laos, dan Myanmar.”

“Pada tahun 1996, AFF menyelenggarakan kejuaraan Sepak Bola ASEAN pertama (waktu itu bernama Piala Tiger), dan sejak saat itu diselenggarakan secara rutin setiap dua tahun sekali. Saat ini, AFF masih terus berkembang dengan bergabungnya Timor Leste pada tahun 2004 dan Australia, menjadi undangan setelah bergabung dengan dengan AFC pada tanggal 1 Januari 2006 (namun hingga saat ini kesempatan ikut Piala AFF belum diambil),” ungkap Lutfi Avianto dalam buku Mengenal Sepak Bola (2012).

Indonesia perkasa di fase grup

Kurniawan Dwi Yulianto (Sumber: AFF)

Inisiasi turnamen untuk negara-negara ASEAN bernama Piala Tiger benar-benar terwujud pada 1996. Turnamen itu diselenggarakan di Singapura dari tanggal 1 hingga 15 September. Peserta yang berjumlah 10 negara dibagi ke dalam dua grup.

Grup A dihuni oleh Indonesia, Laos, Vietnam, Myanmar, dan Kamboja. Sisanya, grup B dihuni oleh Thailand, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Semua tim kemudian membawa skuad terbaiknya untuk berlaga. Termasuk Indonesia.

Nama-nama pemain sepak bola Tanah Air yang pernah mengenyam pendidikan di PSSI Primavera dan Baretti dilibatkan. Setelahnya, mereka yang bersinar di level klub diangkut ke Singapura.

Pesepakbola itu adalah Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandy, Aples Tecuari, Bima Sakti, dan Yeyen Tumena. Nama lain yang tengah bersinar di level klub adalah Peri Sandria, Widodo C. Putro, Hendro Kartiko, Robby Darwis, dan lainnya.

Total, pelatih Indonesia, Danurwindo membawa 22 pemain. Targetnya jelas. Membawa pulang Piala Tiger pertama ke Indonesia, katanya. Target itu tak muluk-muluk. Skuad Indonesia diisi oleh nama-nama besar yang tengah bersinar di level klub jadi musababnya.

Di atas kertas, mimpi Indonesia untuk berjaya di Piala Tiger adalah hal yang memungkinkan. Ambisi itu terlihat ketika Indonesia berjalan mulus-mulus saja, bahkan hampir sempurna menggilas lawan-lawannya di fase grup Piala Tiger.

Indonesia berhasil menang melawan Laos 5-1. Kemudian, Kamboja 3-0, lalu Myanmar 6-1. Hasil imbang hanya didapat Indonesia ketika melawan Vietnam 1-1.

Torehan sepuluh poin itu membuat Indonesia didaulat sebagai juara grup sekaligus jadi tiket Indonesia untuk segera melaju ke semifinal melawan runner up Grup B, Malaysia. Pun runner up Grup A, Vietnam harus menantang juara grup B, Thailand.

"Ketika melawan Vietnam, Indonesia sudah pasti lolos. Kalau tidak kalah atau mendapatkan hasil imbang saja, kami menjadi juara grup dan lolos ke semifinal, karena selisih gol kami lebih bagus," ujar Mantan Gelandang Tim Nasional Indonesia saat Piala Tiger 1996, Ansyari Lubis sebagaimana ditulis skor.id.

Indonesia tersingkir, Thailand juara

Thailand juara Piala Tiger 1996 (Sumber: AFF)

Kepercayaan diri pemain Indonesia meningkat kala menyambut semi-final Piala Tiger 1996. Mereka akan menghadapi Malaysia untuk memperebutkan satu tiket menuju final. Namun, Indonesia justru menelan kekalahan di Stadion Nasional Kallang. Indonesia dihajar Malaysia 3-1.

Karenanya, mimpi Indonesia menjuarai Piala Tiger harus pupus. Indonesia lalu berpeluang memperebutkan gelar juara tiga. Tapi kesempatan itu jsutru berakhir dengan kekalahan. Vietnam tampil perkasa. Indonesia menelan kekalahan tipis 3-2. Artinya, Indonesia harus angkat koper tanpa membawa piala.

Nasib Thailand justru berbanding terbalik dengan Indonesia. Tim yang berjuluk Gajah Perang itu melaju ke semi-final Piala Tiger sebagai jawara dari Grup B. Vietnam harus berhadapan dengan Vietnam. Materi pemain dan stategi yang unggul dari Thailand membuat Vietnam harus bertekuk lutut 4-2.

Thailand lalu melaju ke Final berhadapan dengan Harimau Malaya, Malaysia. Dalam pertandingan sengit di Stadion Nasional, Kallang, Malaysia harus mengakui keungulan Thailand 1-0. Kemenangan itu jadi peneas dominasi Thailand sebagai tim kuat dalam gelaran Piala Tiger pada tahun-tahun mendatang.

“Bagi Timnas Indonesia, kenangan buruk itu adalah timnas Thailand. The War Elephant sudah kadung menjadi sisi gelap dalam ingatan kolektif penggila sepak bola Tanah Air. Di Piala AFF, sudah tiga kali Thailand mengalahkan timnas Indonesia di final. Pertama terjadi pada Piala AFF tahun 2000. Indoensia menyerah dengan skor 1-4 dari Thailand. Bima Sakti dan Kurniawan Dwi yulianto, yang kini menjadi pelatih timnas, paham betul kenangan buruk itu.”

“Timnas Indonesia bukannya tidak pernah menang atas Thailand. Di AFF, timnas Indonesia pernah menang adu penalti 5-4 pada perebutan tempat ketiga pada tahun 1998. Timnas Indonesia juga pernah menang 2-1 pada fase grup piala AFF tahun 2010, dilanjutkan dengan kemenangan 2-1 pada final leg pertama tahun 2016. Namun kemenangan-kemenangan itu tetap tidak bisa menghapus status Thailand sebagai momok bagi timnas Indonesia,” tutup Luthfie Febrianto dalam buku Luar Dalam Sepak Bola (2019).

*Baca Informasi lain soal SEPAK BOLA atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.

MEMORI Lainnya