Bagikan:

JAKARTA - Pengorbanan besar dibutuhkan untuk membangun perusahaan rintisan (Startup). Dari waktu, uang, tenaga, dan keluarga. Itulah yang dialami oleh pemuda asal India, Ritesh Agarwal. Kegagalan jadi hal biasa baginya. Ia terus mencoba hingga secara tak sengaja melihat celah bisnis baru. Celah itu adalah dunia perhotelan. Pengalamannya mengamati hotel sederhana di India dengan pelayanan amburadul menjelma sebagai ilham. Ia membangun kerajaan bisnis sendiri. Kerajaan itu dinamakan OYO Rooms.

Ritesh Agarwal tumbuh dalam keluarga yang sangat mementingkan pendidikan. Bagi keluarganya, pendidikan adalah jendela mulus menuju kesuksesan. Segala hal terkait pendidikan Ritesh Agarwal diperhatikan dengan baik. Kebetulan Ritesh sendiri kerap berprestasi dalam bidang akademis. Aura orang sukses mulai terasa. Karenanya, kegiatan-kegiatan yang mulai mengganggu pendidikan sang anak mulai direduksi. Ritesh pun bersiasat. Tiap waktu luang yang didapat kerap dimanfaatkan untuk mendalami kehidupan sebagai pengusaha.

Perlahan-lahan, Ritesh Agarwal mulai melihat ia tampak berbeda dengan anak-anak sebayanya. Kala anak-anak lain memimpikan ingin menjadi insinyur ataupun dokter, pria kelahiran Bissam Cuttack, India, 16 November 1993 justru memilih jadi pengusaha. Pengalaman usaha Ritesh Agarwal pertama kali dilakukannya pada usia 13 tahun. Ia mulai menjual SIM Card untuk telepon genggam. Ia giat dalam berbisnis.

“Orang tua saya sangat mementingkan pendidikan formal. Saya berprestasi di bidang akademis dan menghabiskan waktu luang saya untuk mengembangkan impian saya sebagai pengusaha. Saya pindah ke Delhi untuk kelulusan saya, namun saya segera memiliki dorongan kuat untuk mulai membangun bisnis yang selalu saya inginkan dan saya tidak sabar untuk memulai.”

“Jadi kuliah tidak tampak seperti penggunaan terbaik waktu saya. Pun saya percaya pada apa yang Mark Twain (novelis) katakan tentang tidak membiarkan sekolah, dan dalam kasus saya kuliah, mengganggu minat anda. Ini bukan untuk meremehkan pentingnya pendidikan formal, tetapi hanya saja itu bukan jalan saya,” ungkap Ritest Agarwal sebagaimana ditulis Devir Singh Bhandari dalam buku Yuva Bharat: The Heroes of Today (2021).

Ritesh Agarwal (Foto: twitter @riteshagar)

Masa mengenyam pendidikan kuliah jadi fase yang menentukan dalam hidup Ritesh Agarwal. Fase itu penuh pergolakan batin baginya. Sebab, ia kemudian memilih keputusan menegangkan antara melanjutkan kuliah atau mengambil beasiswa. Tanpa pikir panjang, Ratesh Agarwal milih putus sekolah dibanding tidak mendapatkan beasiswa usaha.

Ia pun mengalami kegagalan berkali-kali. Ia tak menyerah. Dalam kegagalan, Ritesh Agarwal selalu belajar banyak hal. Bahkan, pembelajaran bukan cuma dari serap dari kegagalan, tapi juga pengalaman. Seperti saat dirinya berusia 18 tahun. Pada suatu malam Ritesh Agarwal ingin menikmati suasana malam di Kota Delhi. Keputusan itu nyatanya membawa Ritesh Agarwal ke dalam kesukaran.

Ketika pulang ke apartemennya, lubang kunci pintu masuk rusak. Akibatnya ia tak bisa masuk dalam apartemen.  Tiada opsi lain selain dirinya memesan kamar hotel yang ada di Delhi untuk beristirahat. Ia merasakan pengalaman menginap di hotel-hotel India kelas sederhana (standar) begitu tak menyenangkan. Penerima tamu dalam kondisi tidur, kamar tidur berantakan, dan kamar mandi yang kotor. Ia pun mendapatkan ide cemerlang setelahnya.

“Beberapa waktu berselang, ia bertekad merintis bisnis perhotelan. Lantas, ia berkeliling India untuk obeservasi. Hotel pertamanya terletak di Gurgaon, di dekat Delhi. Ia mengawalinya dengan modal 900 dolar per bulan pada Juni 2013. Ia menjadi manajer, tukang listrik, penerima tamu, sekaligus karyawan yang mengirim pesanan ke kamar,” tulis Dicky Sumarsono dalam buku Winning Competition (2019).

Ritesh Agarwal (Foto: twitter @riteshagar)

Kerajaan bisnis OYO Rooms berdiri

Ritesh Agarwal menjalankan bisnis di dunia perhotelan dengan cekatan. Ia bersedia turun tangan sendiri dalam melayani tamu. Di samping itu, ia juga giat membangun sebuah tim yang solid. Tim itu yang kemudian mengembangkan aplikasi OYO Rooms.

Keberadaan tim membuatnya dapat bekerja secara totalitas. Ia pun bisa menciptakan tempat tinggal bagi para pelancong dengan melanggengkan jargon menciptakan tempat berkualitas. Karenanya, orang-orang merasa nyaman menginap di hotel dengan pelayanan maksimal. Lebih lagi, dengan harga yang relatif murah.

Perkembangan OYO Rooms lalu membuat investor berdatangan kepada Ritesh Agarwal. Banyak hotel-hotel kecil lainnya bergabung dengan skema OYO Rooms, sekalipun tak sedikit pula yang menolak manajemen OYO Rooms. Tapi, ketika OYO Rooms mulai sukses besar, banyak di antara mereka bergabung.

Apalagi setelah melihat bagaimana OYO mengoperasikan hotel, mengelolah pendapatan, dan mencari pelanggan lebih efesien lewat aplikasi OYO. Setelahnya, ia merevolusi skema akomodasi di India, kemudian dunia. Lantaran itu sukses di usia muda bukan lagi menjadi impian.

“Jika anda berpikir anda terlalu muda untuk memulai suatu usaha maka anda harus memikirkan Mark Zuckerberg dan Ritesh Agarwal dari OYO Rooms. Mereka semua memulai bisnis pada usia yang sangat muda. Ada banyak keuntungan memulai bisnis di usia muda.”

“Anda tidak harus mengurus istri dan anak-anak. Jika gagal, maka bisa segera bangkit dan memulai pekerjaan. Anda selalu bisa mencoba sesuatu yang baru. Atau Anda bisa pergi ke sekolah B untuk mengasah kemampuanmu dan mulai dari awal lagi,” terang Mahesh Danannavar dalam buku Let’s Startup (2017).

OYO Rooms berkembang sangat cepat. Dalam beberapa tahun saja, mereka telah memiliki lebih dari 44 ribu hotel, 1,2 juta kamar, 800 kota, 80 negara. Keberhasilan itu membuat Ritesh Agarwal melirik Indonesia. Bumi Nusantara dianggapnya sebagai pasar yang potensial bagi OYO Rooms. Terutama, karena Indonesia menjadi salah satu destinasi tujuan wisata dunia.

OYO Rooms awalnya harus bersaing dengan aplikasi serupa Zen Rooms, RedDoorz, hingga Airy Rooms. Namun, Ritesh Agarwal tak gentar. Ia mampu menggoyang pesaingnya. Karena itu, hotel-hotel yang tak memiliki nama besar, lalu beralih menjadi bagian dari OYO Rooms. Hotel-hotel yang bergabung mulai dari Pulau Sumatra hingga Sulawesi.

“Jika dilihat secara konsep bisnis OYO, sales didefinisikan sebagai kemampuan dan kecepatan business development dalam mengakuisisi hotel, sedangkan operation adalah supporting untuk membantu percepatan bisnis seperti transformation, OTA (Online Travel Agent), dan pricing.”

“OYO dalam menjalankan bisnisnya mengadopsi konsep mancis (manajemen dan franchise) dimana OYO berperan dalam mengatur manajemen hotel secara penuh seperti standarisasi hotel, standarisasi untuk karyawan, full control harga, serta pengaturan saluran penjualan kamar hotel. Tujuan akhir dari bisnis perhotelan adalah occupancy dan revenue,” tutup Johhny Widodo dkk dalam buku Membangun Negeri Melalui Startup (2020).

*Baca Informasi lain soal SEJARAH atau baca tulisan menarik lain dari Detha Arya Tifada.

MEMORI Lainnya