Jatuhnya Japan Airlines 123: Kecelakaan Pesawat Terparah dalam Sejarah yang Menyisakan Empat Orang
Pesawat Japan Airlines satu tahun sebelum kecelakaan (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Insiden penerbangan Japan Airlines (JAL) 123 yang terjadi hari ini 12 Agustus 35 tahun lalu atau pada 1985 menjadi salah satu kecelakaan pesawat tunggal paling mematikan dalam sejarah. Kecelakaan yang terjadi di selatan Gumma, Jepang arah barat laut Tokyo, menewaskan 520 orang. Ajaibnya ada empat orang yang berhasil lolos dari maut. 

Seperti dirangkum Britannica JAL 123 berangkat dari bandara Haneda Tokyo pada 18.12 dan dijadwalkan mendarat di Osaka satu jam kemudian. Kursi Boeing 747 sudah dipesan penuh. Pasalnya malam itu merupakan hari libur Jepang dan banyak orang akan pulang kampung atau pergi berlibur. 

Ketika pesawat sudah mengudara setinggi 7.300 meter di langit Tokyo panggilan darurat pertama datang dari pilot pesawat. Mulanya pengumuman itu memberitahu telah terjadi kehilangan informasi ketinggian dan melaporkan kesulitan mengendalikan pesawat. 

Pasawat lalu melandai di sekitar 3.000 meter.  Pilot terus mengirim panggilan darurat dan meminta dialihkan ke bandara Tokyo. Tapi sekitar 45 menit setelah lepas landas, pesawat itu jatuh ke Gunung Takamagahara dekat Gunung Osutaka. 

Upaya penyelamatan menjadi sulit karena lokasi kecelakaan terpencil dan berbahaya. Butuh waktu 14 jam setelah kecelakaan untuk kru penyelamat darurat sampai di tempat kejadian. Beberapa regu penyelamat mencapai daerah terpencil dengan berjalan kaki. 

Kecelakaan itu dikaitkan dengan hilangnya sirip ekor pesawat. Kemungkinan bagian tersebut telah melemah karena sudah sering mendarat dan lepas landas. 

Sementara menurut hasil penyelidikan mengungkapkan penyebab kecelakaan yakni salah satu penyeimbang pesawat tidak diperbaiki dengan benar selama tujuh tahun sebelumnya. Namun pihak maskapai tak pernah bertanggung jawab atas musibah tersebut.

Puing-puing pesawat (Sumber: Wikimedia Commons)

Lolos dari maut

Banyak ahli penerbangan memuji pilot karena dapat mempertahankan pesawat yang rusak di udara selama hampir setengah jam. Agaknya upaya kuat pilot untuk menyelamatkan pesawat menjadi salah satu faktor selamatnya empat dari 524 orang dari maut. 

Menurut Vintage News, keempat korban selamat yakni Yumi Ochiai (26), lalu ada seorang pramugari yang sedang tidak bertugas saat kecelakaan, Keiko Kawakami (12) serta sepasang ibu dan anak perempuannya, Hiroki Yoshizaki dan Mikiko Yoshizaki.

Keempat orang tersebut duduk di satu barisan sebelah kiri bagian belakang pesawat. Mereka beruntung karena itu ini bagian pesawat yang masih utuh. 

Kendati demikian, Keiko ditemukan di bawah puing-puing pesawat. Ia terlempar dari kursinya dan mendarat di semak-semak saat pesawat menghantam gunung. 

Butuh tiga bulan bagi Keiko untuk bisa sembuh dari luka parah yang ia derita. Setelahnya ia pulih total dan kembali melanjutkan hidup. 

Namun insiden itu telah mengubah hidupnya. Pasalnya kedua orangtua Keiko dan adik perempuannya meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.

Monumen kecelakaan pesawat Japan Airlines 123 (Sumber: Wikimedia Commons)