5 Cara Bijak Mengatasi Konflik dengan Pasangan
Ilustrasi pasangan sedang berkonflik (Pexels/Vera Arsic)

Bagikan:

JAKARTA – Setiap pasangan pasti mengalami konflik. Oleh sebab itu, konflik di satu sisi bisa mengeratkan hubungan tetapi bisa juga melahirkan jarak, baik fisik maupun emosional. Lantas, bagaimana caranya mengelola konflik agar tidak menyebabkan ‘luka’ pada salah satu pihak?

Konflik dalam sebuah hubungan, dilansir Skills You Need, Kamis, 19 Agustus, didefinisikan sebagai segala jenis ketidaksepakatan. Mulai dari beda pendapat, beda pilihan, hingga beda cara mengelola uang.

Ketidaksepakatan bisa membuat seseorang jadi naik pitam. Maka diperlukan strategi atau kemampuan berikut di bawah untuk mengatasi konflik.

  1. Berkomunikasi daripada marah

Mengelola konflik bagi kedua orang yang berpasangan membutuhkan komitmen dari keduanya. Bicarakanlah dahulu tentang penyebab selisih paham. Kemudian setujui akan saling membantu untuk menyelesaikan masalah.

  1. Mendinginkan emosi marah

Pergi sejenak ketika amarah memuncak merupakan strategi agar tidak meledak dan melukai pasangan Anda. Berdasarkan rekomendasi ahli, membicarakan masalah ketika marah lebih sulit menemukan solusi.

Misalnya, ketika marah katakan “Aku tidak bisa bicara sekarang. Aku terlalu marah. Tolong mari kita bicarakan ini nanti ketika aku sudah tenang.” Kemudian cobalah mencari angin segar atau membuat emosi lebih tenang.

  1. Hindari membahas hal sulit ketika lelah atau lapar

Seseorang akan cenderung jadi pemarah ketika lelah ataupun lapar. Ini merupakan sifat alamiah. Artinya, mencari solusi dari masalah akan sulit pada saat tersebut. Maka cobalah berbagai hal yang bisa menyembuhkan lelah. Baru berbincang dengan pasangan untuk menyelesaikan konflik.

  1. Siap minta maaf

Meskipun Anda yakin berada pada posisi yang benar, tetapi siap minta maaf akan sangat membantu memastikan perasaan pasangan Anda. Dengan mengucapkan maaf, artinya telah menghargai dan memahami kekhawatiran pasangan Anda.

  1. Saling mendengarkan

Cara berkomunikasi sangat berpengaruh pada mengontrol emosi. Ketika komunikasi bersifat asertif, atau sama-sama mengkomunikasikan apa yang Anda dan pasangan butuhkan maka saling mengerti bisa dicapai. Namun, sulitnya saling mendengarkan bisa jadi ganjalan.

Itu berarti, perlu saling mendengarkan supaya dapat membangun kompromi dan mencapai kesepakatan yang bersifat kolaboratif antara Anda dan pasangan.