JAKARTA – Menyeimbangkan waktu antara pekerjaan dan urusan personal sangat penting bagi yang berpasangan. Namun bagaimana jika memiliki pasangan yang workaholic atau gila kerja?
Karena berbagai kondisi, bekerja perlu dijalani. Dengan tanpa mengurangi porsi salah satunya, kerja dan asmara, ada cara bijak untuk menjaga hubungan tetap mesra dan minim konflik, berikut daftarnya.
1. Agendakan waktu berkualitas
Waktu berkualitas jadi acuan, bukan kuantitas. Sebab banyak pasangan punya banyak waktu tetapi tidak menikmati quality time berdua. Bagi Anda yang punya pasangan workaholic, cobalah bijak dengan mengatur waktu.
Dilansir Huffpost, Senin, 16 Agustus, Katharine Agostino, seorang coach di Silicon Valley, mengatakan bahwa bagi workaholic tidak setiap malam bisa berinteraksi dengan keluarganya. Ia mencontohkan seorang klien dari LinkedIn yang mengalokasikan waktu 10 menit untuk membaca bersama keluarganya.
Waktu yang sebentar tersebut ia manfaatkan untuk bersama keluarganya. Klien yang lain juga benar-benar memilih tidak memegang pekerjaan saat libur.
2. Ambil sisi positifnya
Tutur coach eksekutif, Naz Beheshti, jika pasangan Anda antusias dengan pekerjaan maka energi positif akan tumbuh dalam hubungan Anda. Itu artinya, pasangan Anda tidak menganggap pekerjaan bukan sebagai ‘pekerjaan’.
“Ketika klien saya menyukai apa yang mereka lakukan, kegembiraan dan kepuasan itu mengalir melalui hubungan mereka dan menghasilkan hasil yang positif,” tambah Beheshti.
BACA JUGA:
3. Jauhkan diri dari ponsel selama beberapa saat
Notifikasi pekerjaan mudah diakses dari ponsel, maka jauhkan diri dari ponsel selama beberapa saat. Buatlah kesepakatan dengan pasangan untuk sama-sama meletakkan gawai pintar dan berkomitmen menghabiskan waktu berdua tanpa gangguan.
4. Atur ulang cara menyelesaikan masalah
Cara berkomunikasi yang terbuka dan jujur menjadi landasan untuk mengatur ulang penyelesaian masalah. Saran Agostino, anggaplah diri Anda atau masalah Anda tidak terlalu serius. Cara ini dilakukan untuk mengurangi kritikan pedas, saling menyalahkan, dan menghindari frustasi.
“Ketika Anda merespons dengan jujur dan ingin mendengar dari sisi pasangan Anda, Anda akan mengundang pasangan melakukan hal yang sama,” saran Agostino melengkapi.
5. Rencanakan kegiatan dengan pasangan
Alih-alih meminta pasangan untuk mengurangi pekerjaan yang nantinya malah disalahartikan tidak mendukung pekerjaannya, lebih tepat rencanakan waktu berkualitas bersama di sela waktunya.
Landasan dari pembagian waktu tersebut, kata Beheshti, adalah sama-sama berkomitmen untuk menghidupkan relasi berpasangan.
“Pendekatan ini lebih berorientasi pada solusi, efektif, dan menyenangkan daripada melakukan percakapan serius yang bisa tidak tepat sasaran,” ujar Beheshti.