Bagikan:

JAKARTA – Sex positivity, bisa dimaknai sebagai cara dan bersikap positif tentang seks, baik secara internal maupun menghormati preferensi seksual orang lain.

Dilansir Flo, Senin, 2 Agustus, sex positivity juga tentang perasaan nyaman dengan identitas seksual Anda sendiri. Apabila seks pernah dianggap sebagai pembahasan yang tabu selama ribuan tahun di banyak budaya, dalam beberapa tahun terakhir masyarakat memiliki pengetahuan tentang seks serta memahami bahwa memiliki hasrat seksual adalah perihal normal dalam kehidupan manusia.

Selama kedua belah pihak menyetujui aktivitas seksual dan menikmatinya, seks positif bisa dimaknai sebagai aktivitas konsensual yang pada dasarnya sehat dan menyenangkan.

Dalam praktik keseharian, seks positif ini bisa termasuk sikap-sikap berikut ini:

  • Bersikap terbuka untuk mendiskusikan preferensi dan ketidaksesuaian seksual Anda dan pasangan.
  • Memahami dan merasa nyaman dengan kenyataan, misalnya ketika pasangan tidak ingin berhubungan seks ketika Anda menginginkannya.
  • Melakukan tes untuk infeksi menular seksual kapanpun ketika dibutuhkan.
  • Mempraktikkan seks yang aman, menggunakan kondom, dan memperhitungkan kesiapan untuk kehamilan.
  • Menerika preferensi seksual orang lain.
  • Belajar lebih banyak tentang tubuh kita sendiri, cara kerjanya, cara menjaganya agar tetap aman saat berhubungan seks, dan saling berinisiatif memberikan kenikmatan sensual.
  • Menemukan apa yang memberi Anda kesenangan dan terbuka untuk mencoba hal-hal baru.
  • Mengembangkan keterampilan komunikasi yang memastikan bahwa Anda dan pasangan mendapatkan apa yang diinginkan dari seks.
  • Mengadvokasi pendidikan seks yang komprehensif sehingga bagaimana melakukan hubungan seks yang aman, pentingnya consent atau persetujuan, dan memahami bahwa berhubungan seks adalah bagian alami dari kehidupan.

Yang menjadi kunci dari sex positivity adalah pendidikan seks. Ketika setiap individu perlu mendapatkan pendidikan seks yang komprehensif serta mengetahui bagaimana seks yang aman, maka bisa dibilang telah bersikap positif pada seks.

Pemberian pendidikan seks dan kesehatan reproduksi juga merupakan satu cara untuk mengurangi wilayah ‘tabu’ terhadap seks. Meskipun ada lawan dari positif, yaitu negatif seks, tetapi ada hal-hal yang penting untuk diketahui tentang dua sudut pandang ini tentang seks.

Berbeda dengan sex positivity, sex negativity beranggapan pada keyakinan bahwa seks itu merusak kecuali dipraktikkan secara ketat dalam batas-batas pernikahan heteroseksual.

Penelitian menunjukkan bahwa remaja yang telah mendiskusikan seks secara terbuka dengan orang tuanya lebih mungkin bersikap bijak untuk mengejar kehidupan seks yang aktif. Artinya, pengetahuan seks pada remaja bisa mengarahkan mana yang bisa dan belum bisa dilakukan karena risikonya.