JAKARTA – Dalam kondisi mental yang baik dan menikmati hidup diingini hampir semua orang. Namun berbeda kondisi setiap orang juga akan memengaruhi bagaimana caranya menikmati hidup. Termasuk bagi seseorang yang mulai menurun keinginannya bahkan melakukan hal yang dulunya ia senangi.
Anhedonia, dilansir Psychology Today, Rabu, 9 Juni, merujuk pada berkurangnya keinginan dan motivasi seseorang untuk melakukan apapun. Setiap orang memiliki gejala yang berbeda, seperti ada yang merasa senang jika tidak bersama orang lain, ada juga yang merasa kesepian tetapi ingin sendiri.
Berto Goldsmith, Ph.D., seorang terapis psikologis dan penulis, menganggap bahwa ditengah keputusasaan selalu ada celah untuk masuk hawa segar. Artinya, ada harapan dari dalam diri yang bisa mengatasi anhedonia.
Goldsmith menyarankan mengatasi ‘mati rasa’ atau anhedonia, dengan melakukan hal-hal kecil. Seperti mencoba menikmati alam lewat jendela kamar, makan makanan secara khidmat, menghirup udara segar.
Terdapat dua jenis anhedonia, yaitu anhedonia sosial dan anhedonia fisik. Anhedonia sosial ditandai dengan tidak inginnya menghabiskan waktu dengan orang lain.
Sedangkan anhedonia fisik, tidak menikmati sensasi fisik, merasa kosong, makanan terasa hambar, bercengkerama dengan pasangan tak lagi menarik.
BACA JUGA:
Menurut sejumlah ilmuwan, anhedonia tidak selalu hitam-putih. Bisa jadi Anda tidak lagi merasakan emosi positif karena alasan yang tidak dapat dijelaskan. Yang dulunya suka mendengarkan musik jazz tetapi sekarang lebih suka aliran musik lain. Atau lebih suka menikmati kopi dibanding dulu.
Ilmuwan juga berpikir bahwa anhedonia dipengaruhi perubahan aktivitas otak. Seperti bermasalah memproduksi dopamin. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa neuron dopamin di otak mungkin terlalu aktif pada orang dengan anhedonia.
Penyebab anhedonia yang paling umum adalah mengalami depresi. Tetapi, berdasarkan rekomendasi Goldsmith, melakukan hal-hal kecil sangat membantu.
Untuk memastikan diagnosa, perlu berkonsultasi langsung dengan ahlinya. Sebab membutuhkan penelusuran yang bisa memicu, apakah karena pengaruh lingkungan, depresi, atau karena produksi dopamin.