Menurut Sains, Kurang Tidur Bisa Berpotensi Mengganggu Keharmonisan Hubungan
Ilustrasi kurang tidur mengganggu keharmonisan hubungan (Unsplash/Damir Spanic)

Bagikan:

JAKARTA – Meskipun tidur dilakukan setelah pekerjaan selesai, tetapi aktivitas wajib yang dilakukan setiap hari ini membantu otak memproses emosi dan ingatan dengan lebih baik keesokan harinya. Jika Anda istirahat cukup, kondisi mental akan lebih stabil untuk melukiskan pengalaman baru.

Dilansir Time, Jumat, 21 Mei, kurang tidur bisa menimbulkan efek nyemplung ke sungai sedingin es. Menurut W. Christopher Winter, ahli saraf yang berbasis di Charlottesville dan penulis The Sleep Solution, tubuh berhenti sirkulasi ke pelengkap dan mencoba untuk menjaga inti tetap hangat.

Ini merupakan cara alami tubuh untuk bertahan hidup. Saat tidur tidak nyenyak, kemampuan otak untuk melakukan sesuatu juga menurun. Mungkin Anda jadi enggak fokus saat makan, buang air, dan melewati hari.

Aktivitas-aktivitas yang membangun kemesraan bersama pasangan seperti bercakap-cakap, memberikan sedikit perhatian pada pasangan, dan melakukan dry cleaning pun bisa jadi luput.

“Semua hal yang diperlukan untuk membuat suatu hubungan berhasil mungkin benar-benar hancur karena kurang tidur,” tutur Winter.

Sejatinya, apa yang terjadi pada tubuh apabila kurang tidur?

Pertama, emosi rusak yang disebabkan amigdala –bagian otak yang berfungsi mengikat emosi ke ingatan- tidak berfungsi dengan baik.

Amigdala akan melepaskan lebih banyak atau lebih sedikit neurotransmiter sehingga dapat membuat seseorang bereaksi berlebihan atau tidak memperhatikan emosi orang lain.

Pada studi tahun  2013 yang diterbitkan dalam jurnal Psychosomatic Medicine menemukan bahwa aktivias amigdala pada orang yang kurang tidur diprediksi terjadi gejala depresi dan stres.

Secara singkat, kurang tidur membuat kita bereaksi berlebihan pada situasi yang biasanya tidak membuat goyah. Kata Jennifer L. Martin, psikolog klinis dan spesialis pengobatan dan perilaku tidur di UCLA, ini dapat memicu lebih banyak konflik dan hubungan jadi kurang memuaskan.

Martin mengambil contoh kecil yang terjadi pada anak usia 2 tahun. Ketika anak-anak tidak tidur siang, kekacauan emosi pada orang dewasa kurang lebih sama terjadi pada orang dewasa yang jam tidurnya kurang.

“Masalah kecil jadi diperbesar. Reaksi kita diperkuat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang lebih cendering merasa sedih, depresi, atau cemas jika mereka tidak tidur nyenyak atau jika mereka kurang tidur,” terang Winter.

Tips yang direkomendasikan oleh Martin, apabila akan membicarakan hal penting dengan pasangan, pastikan memilih hari ketika Anda lebih banyak istirahat.

Winter berkata bahwa tidur lebih nyenyak membuat kita tidak terlalu rentan terhadap perilaku berisiko. Kita akan membuat keputusan lebih baik, cenderung lebih sabar, dan memiliki kemampuan mendengarkan serta lebih konsentrasi ketika punya waktu istirahat cukup.

Rekomendasi selanjutnya dari Winter, pasangan disarankan untuk berbagi Google Kalender atau jadwal masing-masing untuk membantu menyusun rencana ke depan. Terutama bagi pasangan yang memiliki jadwal tidak sama antara jam kerja dan istirahat di rumah.