YOGYAKARTA – Kesulitan berkomunikasi dalam hubungan berpasangan, bisa memperumit masalah. Karena komunikasi adalah kunci hubungan berpasangan yang sehat, maka setiap orang yang berpasangan perlu mengenali penyebabnya. Lantas apa yang menyebabkan komunikasi dalam hubungan berpasangan terasa sangat menantang? Banyak faktor yang menyebabkan komunikasi dalam hubungan kurang. Namun secara umum, faktor tersebut bisa disebabkan faktor berikut ini.
1. Pola komunikasi yang berbeda
Setiap orang itu unik, makanya dalam hubungan romantis, tantangan pertama adalah membangun keselarasan dan kesepakatan dalam pola berkomunikasi. Terdapat empat gaya dasar komunikasi, yaitu pasif, agresif, pasif-agresif, dan asertif. Jika Anda atau pasangan tidak saling memahami gaya komunikasi masing-masing, maka bisa mengalami masalah yang sama secara berulang.
Idealnya, setiap pasangan harus berusaha untuk komunikasi secara asertif. Asertif berarti bersikap tegas, mampu mengekspresikan diri dengan berani, sekaligus memberi ruang kepada pasangan untuk melakukan hal yang sama. Ini juga melibatkan rasa hormat terhadap perasaan dan kekhawatiran pasangan Anda. Jadi, penyebab pertama kenapa terjadi kurangnya komunikasi dalam hubungan berpasangan, karena mungkin memiliki gaya komunikasi yang berbeda. Karena itu, perlu mengevaluasi dan berpikiran terbuka untuk membangun komunikasi secara sehat dan terbuka.

2. Memiliki kebutuhan yang berbeda
Memiliki kebutuhan berbeda dapat mendorong terjadinya konflik yang sama dan berulang. Seperti lorong yang tak usai, kebutuhan dalam berpasangan yang tidak diungkapkan secara terbuka bisa karena kurang komunikasi. Pengabaian, rasa takut, dan terlalu sering dikritik bisa membuat pasangan jarang komunikasi.
3. Kebutuhan tidak terpenuhi
Mungkin ada saat-saat dalam satu hubungan, dimana salah satu pasangan tidak mendapatkan apa yang dibutuhkan atau diinginkan dari yang lain. Sayangnya, tidak semua orang dapat dengan jelas mengungkapkan kapan hal ini terjadi dan tidak semua orang dapat mengungkapkannya dengan cara yang sehat. Melansir Well Marriage Center, Senin, 20 Januari, karena setiap orang menerima komunikasi secara berbeda, pasangannya mungkin tidak memahaminya secara jelas. Dengan demikian, penting untuk berkomunikasi secara “jelas”.
Perlu dipahami, orang tidak dapat membaca pikiran. Tidak bisa juga berpijak dari asumsi. Maka bekomunikasi secara terbuka didasari rasa saling hormat, merupakan langkah terbaik. Apabila masih mengalami kesulitan, biasanya karena harga diri rendah atau pernah pengalami kejadian traumatis sehingga penting untuk mencari cara penanganan didampingi profesional, psikolog, atau ahli hubungan.
BACA JUGA:
4. Mengalami stres eksternal
Hidup memiliki tantangan yang tidak terduga. Sekuat apapun seseorang, ada hal-hal eksternal atau di luar diri yang enggak bisa dikontrol. Hal eksternal ini bisa jadi pemicu stres yang dapat mempengaruhi hubungan, termasuk hubungan berpasangan. Idealnya, ketika satu orang dalam pasangan mengalami kesulitan, dukungan hadir dari pasangannya. Sayangnya, hal itu tak mudah karena stres dapat mengaburkan penilaian kita dan membuat kita lebih reaktif. Itu bisa menambah hubungan jadi tegang.
Ketika berjuang dalam hidup, sebaiknya berkonsultasi dengan terapis. Namun selain menjaga hubungan berpasangan tetap sehat, selain memastikan berkomunikasi secara asertif, penting juga menjaga kesejahteraan diri sendiri.