Bagikan:

JAKARTA - Komunikasi yang sehat antara orangtua dan remaja merupakan pondasi penting dalam mendukung perkembangan emosional dan mental anak.

Hubungan yang harmonis ini membantu menciptakan kepercayaan, memperkuat hubungan keluarga, dan memungkinkan remaja untuk merasa didengar serta dipahami.

Orangtua perlu menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi terbuka, di mana anak merasa aman untuk menyampaikan pendapat, perasaan, dan kekhawatiran mereka.

Kepala Divisi Psikiatri Anak dan Remaja dari Departemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Prof. Dr. dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ(K), menegaskan bahwa komunikasi yang aktif dan saling menghargai adalah kunci utama dalam membangun hubungan yang kuat antara orang tua dan remaja.

"Komunikasi yang aktif berarti kedua belah pihak dapat saling mendengarkan dan menghargai sudut pandang masing-masing," ujar Prof. Tjhin seperti dikutip ANTARA.

Ia menekankan pentingnya sikap orang tua yang terbuka dan tidak cepat menghakimi saat mendengar pendapat anak. Hal ini memungkinkan remaja merasa lebih nyaman untuk berbicara, terutama tentang masalah yang mereka hadapi.

Di sisi lain, kemampuan orangtua untuk mengontrol emosi dan tetap tenang saat terjadi perbedaan pandangan juga menjadi faktor penting dalam menjaga komunikasi tetap positif.

Menurut Prof. Tjhin, refleksi diri atas pola komunikasi yang berlangsung dapat membantu orang tua memperbaiki cara mereka berinteraksi dengan anak. Masa remaja adalah periode di mana anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan belajar memahami dunia secara lebih kompleks.

Oleh karena itu, orangtua disarankan untuk memanfaatkan momen ini dengan menjalin komunikasi yang lebih mendalam dan bermakna.

"Orangtua perlu memiliki hubungan yang erat dengan anak sejak dini agar dapat membaca tanda-tanda ketidaknyamanan yang mungkin mereka tunjukkan," tambahnya.

Selain membangun komunikasi yang baik, Prof. Tjhin juga menyoroti tantangan dalam membantu remaja membuat keputusan yang bijak, terutama ketika mereka dihadapkan pada pilihan sulit atau pengaruh negatif dari lingkungan. Pendidikan moral yang ditanamkan sejak dini menjadi salah satu cara efektif untuk membimbing anak dalam membedakan perilaku yang baik dan buruk.

“Pendidikan moral yang dimulai sejak usia balita dan terus dilanjutkan hingga masa remaja menjadi bekal penting untuk membantu anak memahami nilai-nilai yang benar,” jelasnya.

Prof. Tjhin menekankan bahwa peran orang tua sebagai pendamping aktif dalam proses pengambilan keputusan anak sangatlah penting. Dengan memberikan arahan melalui diskusi yang membangun, orang tua dapat membantu anak memahami konsekuensi dari pilihan mereka. Lingkungan keluarga dan sekolah juga harus mendukung pembentukan nilai-nilai moral ini secara konsisten.

"Sekolah dan rumah adalah tempat utama untuk menanamkan pendidikan moral. Orang tua perlu terus mendampingi anak agar mereka dapat membuat pilihan yang tepat untuk diri mereka sendiri," tutupnya.