Bagikan:

JAKARTA – Memijat bayi memiliki banyak manfaat, tidak hanya untuk si bayi tapi juga orangtua. Namun, dokter spesialis anak mengingatkan, memijat bayi harus dilakukan dengan teknik pijat yang benar.

Pijat bayi merupakan salah satu tradisi yang masih sering ditemukan di Indonesia. Pijatan merupakan rangsangan paling awal yang dapat diberikan orangtua kepada bayi. Tidak hanya memiliki dampak positif pada kesehatan bayi, memijat juga merupakan salah satu cara mempererat bonding atau ikatan antara orangtua dan anak.

Mengutip laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), stimulasi pijat merupakan kombinasi bentuk stimulasi multi modal, yaitu raba (taktil) dan gerak (kinestetik) yang dilakukan oleh orangtua, tenaga kesehatan atau anggota keluarga lainnya. Lebih jauh lagi, pada saat yang sama orangtua juga melakukan stimulasi auditory (pendengaran, dengan mengajak bayi bicara saat dipijat), stimulasi visual (penglihatan, dengan mengadakan kontak mata saat memijat), dan lainnya.

Membangun Bonding Orangtua dan Anak

Terapi pijat sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Maka tak heran jika pijat disebut sebagai terapi tertua dan terpopuler. Di Cina, terapi pijat dikenal sejak 3000 tahun sebelum Masehi dan kemudian menyebar ke negara lain. Sementara Hippocrates, ahli pengobatan Yunani mangatakan bahwa pijat merupakan metode pengobatan.

Di Indonesia sendiri terapi memijat dilakukan secara turun temurun. Pijat bayi dapat dimulai sejak sedini mungkin, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan. Saat itu, detak jantung ibu mampu menggerakkan air ketuban hingga menyentuh kulit janin. Dengan demikian, indera sentuh atau rada sudah terbentuk sejak dini.

Tapi memijat bayi bukan hanya tentang usapan lembut di kulit, melainkan bentuk stimulasi yang dapat membantu perkembangan bayi secara optimal. Stimulasi ini memberikan manfaat kesehatan fisik, serta membangun ikatan atau bonding antara orangtua dan anak.

Pijatan merupakan rangsangan paling awal yang dapat diberikan orangtua kepada bayi. (Unsplash)

Pada praktiknya, menstimulasi bayi melalui pijatan tidak bisa dilakukan sembarangan. Dokter spesialis anak konsultan Dr.dr.Fitri Hartanto, Sp.A(K) mengatakan, stimulai pijat bayi harus melibatkan tiga jenis rangsangan yaitu visual, pendengaran, dan sentuhan.

"Rangsangan itu sangat memengaruhi perkembangan anak dalam komunikasi maupun aspek kognitif," jelas dr.Fitri dalam diskusi daring bersama Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (PP IDAI), Selasa (5/3/2024).

Stimulasi pijat bayi juga dianjurkan sebagai implementasi Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.

Di Indonesia sendiri, pijat seringkali dikaitkan sebagai salah satu teknik pengobatan atau yang lebih dikenal dengan urut tradisional. Pada prinsipnya, yang dimaksud dengan pijat dan urut memiliki kesamaan, yaitu sama-sama bentuk manipulasi pada jaringan lunak secara manual dengan memegang, menggerakkan, dan atau memberikan penekanan pada tubuh untuk memberi pengaruh positif.

Pijat bayi dapat dilakukan sedini mungkin bahkan sejak masih dalam kandungan. Pijat bayi juga dapat membangun ikatan antara orangtua dan anak. (Unsplash)

Namun, ada hal lain yang secara prinsip berbeda. Urut seringkali dikaitkan dengan istilah dukun pijat atau paraji yang melakukan pijatan untuk menyembuhkan penyakit. Padahal, dr.Fitri menjelaskan, konsep pijat adalah upaya promotif dan preventif dalam layanan kesehatan anak, lebih tepatnya memberikan stimulasi dan bukan terapi walaupun secara tidak langsung bisa berdampak mengobati.

“Orangtua yang menyerahkan sepenuhnya pijat ke dukun pijat justru melenceng dari tujuan awal,” kata dr.Fitri.

“Ketika kegiatan ini diberikan kepada dukun pijat, maka tidak ada interaksi antara dia dan bayi. Padahal, tujuan pijat salah satunya adalah bonding atau menjalin ikatan. Selain itu, teknik pemijatan yang dilakukan dukun pijat juga sangat berisiko,” imbuhnya.

Membantu Perbaikan Gizi Anak

Di antara sederet manfaat pijat bayi, salah satunya adalah dapat membantu mengatasi masalah status gizi. Dikutip dari laman Kemenkes, salah satu penyebab gizi buruk pada anak adalah kurangnya nutrisi selama berada dalam kandungan, namun hal ini dapat diupayakan sebelum anak berusia dua tahun, salah satunya dengan intervensi pijat bayi. Stimulai pijat bayi dapat membantu meningkatkan status gizi anak dan menstimulai pertumbuhan dan perkembangan anak.

Menurut penelitian yang dilakukan Siti Muawanah pada 2020, terhadap hubungan antara pijat bayi dengan perbaikan status gizi pada bayi di bawah dua tahun.

Penelitian tersebut menggunakan sampel 45 bayi di bawah usia tahun dan hasilnya menunjukkan ditemukan 24 bayi yang mendapat pijatan secara rutin memiliki kualitas gizi baik sebanyak 19 orang. Berdasarkan hasil penelitian itu, diharapkan para orangtua lebih memperhatikan kualitas gizi bayi melalui pijat secara rutin.

“Gerakan memijat dari ujung kepala hingga ujung kaki membuat tubuh lebih mudah dalam menyalurkan nutrisi pembuluh darah, melancarkan peredaran darah, meningkatkan fungsi kognitif anak, hingga membuat bayi terhindar dari masalah gizi,” demikian hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pati, Pekalongan.