Bagikan:

JAKARTA - Dipukul oleh anak balita bisa sebabkan orang tua merasa kesal, malu, bahkan marah. Orang tua khawatir kalau agresivitas balita menandakan mereka telah gagal sebagai orang tua. 

Namun, sebagian besar balita pernah memukul. Cara Anda menanggapi pukulan anak adalah kunci menghentikannya sejak awal. Berikut ini hal-hal yang perlu diketahui tentang kebiasaan memukul balita, termasuk alasan anak suka memukul dan cara menghadapinya, melansir Parents, Senin, 30 Desember.

Ada beberapa alasan mengapa anak memukul orang tuanya, antara lain:

1. Anak tidak tahu bagaimana mengelola perasaan atau mengekspresikannya dengan cara yang lebih dapat diterima secara sosial.

2. Anak tidak memiliki keterampilan bahasa atau kendali impuls untuk mengatasi emosi.

3. Anak ingin kebutuhan mereka terpenuhi, sering kali tanpa memikirkan konsekuensinya.

4. Anak menggunakan kekerasan untuk mencoba mendapatkan apa yang mereka inginkan. Seorang anak yang memukul orang tuanya ketika mereka berkata tidak mungkin berharap bahwa kekerasan tersebut akan mengubah pikiran orang tuanya.

Cara Anda menanggapi pukulan akan memengaruhi kemungkinan anak memukul lagi. Baca kiat-kiat berikut untuk menanggapi saat balita memukul.

Tetapkan aturan

Buat aturan rumah yang menjunjung rasa hormat. Jelaskan bahwa memukul, menendang, menggigit, atau melakukan tindakan agresi fisik tidak diperbolehkan di rumah Anda. Buatlah aturan dengan cara yang positif jika memungkinkan. Daripada mengatakan, "Jangan pukul," katakan, "Gunakan sentuhan yang sopan." Bicaralah kepada anak tentang aturan tersebut untuk memastikan mereka memahami konsekuensi dari pelanggarannya.

Bila anak memukul Anda, katakan dengan tegas, “Jangan memukul. Memukul itu menyakitkan.” Pastikan pesan Anda konsisten untuk mengajarkan anak bahwa memukul itu tidak boleh dan Anda tidak akan menoleransinya.

Gunakan konsekuensi untuk menegakkan aturan

Jika anak mengetahui aturan tetapi terus memukul, gunakan beberapa konsekuensi berikut untuk mencegah mereka memukul lagi.

1. Time out: Bagi sebagian anak, time out dapat menjadi cara paling efektif mencegah mereka memukul lagi. Time out mengajarkan balita cara menenangkan diri dan menjauhkan mereka dari lingkungan. Penting untuk mengajarkan mereka cara mengatur diri selama waktu tenang ini.

2. Kehilangan hak istimewa: Anak-anak lain mungkin memerlukan konsekuensi tambahan. Mencabut hak istimewa dapat menjadi strategi disiplin yang efektif. Batasi akses balita ke perangkat elektronik atau mainan tertentu. Semakin muda anak, semakin sedikit waktu yang mereka butuhkan untuk menjauh dari suatu objek.

3. Ganti rugi: Minta anak melakukan tugas tambahan atau minta mereka menggambar untuk Anda sebagai cara menebus kesalahan.

Akui perilaku positif

Memperkuat perilaku baik dengan konsekuensi positif dapat mendorong balita berhenti memukul. Perhatikan saat anak bersikap baik. Perhatikan saat-saat ketika anak menunjukkan perilaku yang ingin Anda lihat dan pujilah mereka saat Anda melihatnya. Ini akan memperkuat perilaku tersebut dan membuat mereka lebih mungkin melakukan perilaku tersebut di masa mendatang. Misalnya, puji atau beri hadiah kepada anak karena menggunakan "sentuhan lembut".

Ajarkan perilaku yang tepat

Hindari memberi tahu anak-anak, "Jangan pukul." Sebaliknya, katakan hal-hal seperti "gunakan tangan yang lembut" atau "ungkapkan perasaanmu." Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih efektif menyatakan perintah dalam bentuk positif daripada negatif.

Ajarkan juga keterampilan mengelola amarah kepada anak. Saat mereka merasa marah atau kesal, dorong anak melihat buku yang sesuai dengan usianya, menggambar, menarik napas dalam-dalam, atau pergi ke kamar mereka.

Dan, bicarakan dengan anak tentang perasaan, seperti kesedihan dan frustrasi. Diskusikan pentingnya menangani perasaan ini dengan cara tepat dan bantu anak menemukan strategi mengatasi emosi mereka dengan aman.

Hindari hukuman fisik

Jika Anda menggunakan pukulan sebagai hukuman, anak akan bingung tentang mengapa Anda boleh memukul dan mereka tidak boleh. Alih-alih mengajarkan pengendalian diri, pukulan dapat meningkatkan agresivitas anak.

Anak-anak belajar lebih banyak tentang perilaku dari apa yang mereka lihat orang tuanya lakukan, daripada apa yang mereka dengar orang tua katakan. Jadilah teladan perilaku yang ingin Anda lihat pada anak. Tunjukkan kepada mereka cara menghadapi kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan dengan cara yang sesuai secara sosial.

Jika Anda memiliki anak yang lebih besar yang suka memukul atau Anda memiliki anak prasekolah atau balita yang sangat agresif, carilah bantuan profesional. Bicarakan dengan dokter anak tentang kekhawatiran Anda. Mereka mungkin akan merujuk anak menjalani evaluasi guna membantu menentukan penyebab agresi dan membuat rencana mengatasinya.

Terkadang, masalah yang mendasarinya dapat menyebabkan agresi pada anak-anak. Misalnya, anak-anak dengan gangguan hiperaktivitas defisit perhatian (ADHD) atau gangguan pembangkangan oposisional lebih mungkin untuk memukul. Di waktu lain, anak-anak dengan keterlambatan kognitif atau perkembangan akan memukul karena mereka tidak memiliki kemampuan menggunakan kata-kata atau mengelola impuls mereka.