Bagikan:

JAKARTA - Penyakit diabetes adalah salah satu masalah kesehatan terbesar yang dihadapi dunia saat ini, dengan prevalensi yang terus meningkat. Rupanya, orang Asia lebih mudah terkena penyakit diabetes, walau tak obesitas.

Dilansir VOI dari laman CNA pada Kamis, 14 November 2024, orang Asia memang memiliki risiko lebih besar terhadap diabetes meskipun tidak obesitas. Di Singapura, satu dari tiga orang berisiko terkena diabetes seumur hidup. Sementara hampir satu dari sepuluh orang dewasa mengidap diabetes.

Salah besar orang Asia menganggap diabetes tipe 2 hanya terkait dengan kelebihan berat badan, seperti yang sering digambarkan di luar Asia. Namun, penelitian menunjukkan bahwa orang Asia cenderung lebih mudah terkena diabetes pada indeks massa tubuh (IMT) yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lain.

Hal ini terjadi meskipun ambang batas IMT mereka rendah pada orang Asia, obesitas didefinisikan sebagai obesitas di atas atau sama dengan 27,5 kg/m². Sementara untuk orang non-Asia, batasnya adalah 30 kg/m². Meskipun IMT telah lama digunakan untuk memperkirakan risiko diabetes dan kondisi metabolik lainnya, angka ini tidak selalu menggambarkan gambaran yang lengkap.

Salah satu alasan utamanya adalah orang Asia cenderung memiliki distribusi lemak tubuh yang berbeda dibandingkan dengan orang non-Asia. Seseorang yang langsing mungkin memiliki lebih banyak lemak viseral, jenis lemak yang disimpan di sekitar organ dalam yang jauh lebih berbahaya daripada lemak subkutan, jenis lemak yang bisa dapat dijepit.

Lemak viseral meningkatkan resistensi insulin. Jadi, meskipun seseorang Asia terlihat memiliki berat badan yang sehat, mereka mungkin tetap memiliki cukup lemak viseral yang mengganggu pengaturan glukosa normal, sehingga meningkatkan risiko diabetes tipe 2.

Komunitas medis semakin beralih dari hanya mengandalkan IMT sebagai ukuran kesehatan. Pendekatan yang lebih holistik mencakup pengukuran lain seperti lingkar pinggang, persentase lemak tubuh, dan kadar lemak viseral untuk mendapatkan pemahaman yang lebih menyeluruh tentang kesehatan metabolik seseorang.

Apa Penyebabnya?

Di Singapura, hanya 71,1% orang dewasa yang memenuhi pedoman aktivitas fisik pada tahun 2021. Mengikuti pedoman ini sangat penting untuk menjaga massa otot yang sehat dan mengatur kadar gula darah.

Bahkan kebiasaan yang bermaksud baik, seperti menekankan kesuksesan akademis dan mengorbankan aktivitas fisik yang memadai pada anak-anak, dapat menciptakan kondisi yang meningkatkan risiko diabetes di kemudian hari.

Pola makan juga menjadi faktor utama yang meningkatkan risiko diabetes pada orang Asia. Beras dan karbohidrat olahan lainnya, seperti roti dan kue telah menjadi makanan pokok selama beberapa generasi.

Di zaman sekarang ini, banyak orang memiliki pekerjaan yang kurang bergerak dan tidak terlibat dalam aktivitas fisik yang berat di luar olahraga, bergantung pada makanan dengan indeks glikemik tinggi (GI) yang dapat berbahaya.

Makanan-makanan ini menyebabkan lonjakan kadar gula darah yang cepat. Jika digabungkan dengan kecenderungan genetik terhadap resistensi insulin, dapat merusak kemampuan tubuh untuk mengelola insulin secara efektif.