Bagikan:

YOGYAKARTA – Memiliki pasangan cerdas, secara praksis paling segera dibayangkan adalah berprestasi akademis, sukses di tempat kerja, bahkan memiliki penghasilan ekonomi lebih tinggi. Namun menurut penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Individual Differences mengaitkan kecerdasan, perilaku positif, dan hubungan berpasangan.

Peneliti dari Oakland University mensurvei lebih dari 200 pria heteroseksual berusia antara 18-65 tahun yang tengah menjalin hubungan romantis setidaknya selama enam bulan atau lebih. Pria-pria ini menyelesaikan tes International Cognitive Ability Resource untuk menilai kecerdasan umum mereka. Dalam tes ini, mereka menyelesaikan soal penalaran dengan lancar dalam menilai kemampuan untuk menanggapi masalah baru. Partisipan juga menyelesaikan beberapa tes untuk mengukur nilai konstruk, seperti kecemburuan, agresi terhadap pasangan mereka, pemaksaan seksual, disfungsi seksual, dan investasi dalam hubungan mereka.

kecerdasan pria berkaitan dengan perilaku positif dalam hubungan berpasangan
Ilustrasi kecerdasan pria berkaitan dengan perilaku positif dalam hubungan berpasangan (Freepik)

Peneliti menemukan, kecerdasan pria secara umum, dan kinerja mereka pada tugas penalaran lancar khususnya, dikaitkan dengan lebih sedikit perilaku negatif terhadap pasangan romantis mereka. Melansir Psychology Today, Senin, 11 November, pria yang cerdas cenderung tidak melaporkan penghinaan terhadap pasangan mereka atau menggunakan teknik pemaksaan untuk menekan pasangan mereka agar berhubungan seks.

Pria cerdas dalam penelitian ini, juga melaporkan perlakuan yang lebih baik terhadap pasangan mereka. Misalnya, pria yang mendapatkan skor tinggi pada ukuran kecerdasan cair melaporkan lebih terlibat dan berkomitmen pada pasangan mereka saat ini. Menurut laporan peneliti, skor kecerdasan cair yang lebih tinggi dikaitkan dengan peningkatan kemampuan untuk memahami emosi orang lain dan mengelola emosi sendiri. Peneliti berspekulasi bahwa kecerdasan cair yang lebih tinggi lebih mungkin mengendalikan dorongan perilaku negatif secara lebih efektif atau menanggapi kebutuhan pasangan mereka dengan lebih tepat.

Meskipun menemukan hal yang berkontribusi reflektif dalam hubungan berpasangan, tetapi penelitian ini masih memiliki keterbatasan. Desain penelitian bersifat korelasional, sehingga para peneliti tidak dapat menarik kesimpulan kausal tentang dampak kecerdasan pria pada kualitas hubungna mereka. Keterbatasan lain dari penelitian ini, peserta yang memberikan laporan atau keterangan tentang perilaku terhadap pasangannya. Artinya, masih membutuhkan verifikasi dari pasangan partisipan.