YOGYAKARTA – Hubungan transaksional adalah hubungan yang mana setiap orang yang berhubungan melakukan sesuatu untuk pihak lain, dengan harapan mendapatkan sesuatu sebagai balasannya. Sederhananya, dua belah pihak yang menjalin hubungan memiliki pola saling memberi dan menerima dengan sedikit imbalan. Menurut psikolog berlisensi, Nicholas Forlenza, Ph.D., hubungan transaksional merupakan komponen masyarakat yang tak terlakkan dan sering kali diperlukan. Sebab ada kepraktisan dan batasan yang jelas pada hubungan semacam ini. Misalnya dalam konteks bisnis. Tetapi dalam ranah sosial yang lebih kasual, tak aneh dua belah pihak bersepakat menjalin hubungan yang bersifat menguntungkan bagi keduanya.
Hubungan transaksional juga disebut hubungna timbal balik. Tetapi ada aturan formal dan harapan satu sama lain. Bedanya dengan hubungan romantis, hubungan transaksional tidak melakukan hal baik karena peduli, perhatian, atau empati. Motivasi menjalin hubungan transaksional adalah untuk menerima imbalan. Berikut contoh dari hubungan transaksional, melansir VeryWellMind, Senin, 30 September.
1. Hubungan transaksional di tempat kerja
Di tempat kerja, Anda bekerja untuk mendapatkan gaji, atau imbalan. Hubungan antara pelanggan dan penyedia layanan juga bersifat transaksional. Misalnya saat Anda membayar jasa arsitek yang membuat desain bangunan rumah Anda. Hubungan transaksional di tempat kerja, bersifat profesional. Artinya, ada yang menyediakan pekerjaan dan mereka membayar orang yang mengerjakannya.
2. Dalam ranah politik
Dalam politik, kandidat saling memberikan dukungan dari pemilih atas dukungannya terhadap kebijakan dan janji tertentu yang dibuat kandidat selama kampanye. Demikian pula, politisi yang sedang menjabat dapat mendukung rencana kebijakan koleganya sebagai imbalan atas dukungan mereka di kemudian hari. Hal ini juga memengaruhi hubungan politik dalam skala yang jauh lebih besar. Secara internasional, negara-negara sering kali terlibat dalam perjanjian satu sama lain yang didasarkan pada janji saling memberi dan menerima yang dimaksudkan untuk menguntungkan kedua negara.
3. Dalam kehidupan cinta
Hubungan romantis, juga dapat memiliki unsur transaksional meskipun didasarkan pada perilaku timbal-balik dan kepedunial daripada pertukaran profesional. Pada tingkat tertentu, kebanyakan orang berharap mendapatkan perlakuan baik dari pasangannya setelah melakukan hal baik juga. Hal ini wajar dan sehat, karena tanpa “transaksional” justru hubungan bersifat sepihak. Namun penting dicatat, dalam kehidupan cinta ada aspek lain, seperti kepercayaan, keintiman, dan bukan kesepakatan bisnis. Hubungan dalam kehidupan cinta tampaknya didasari ketulusan dan penuh kasih, alih-alih perhitungan untung-rugi.
4. Dalam persahabatan
Persahabatan sering kali memiliki beberapa elemen transaksional, terutama untuk hubungan yang lebih kasual. Meskipun mungkin bukan pertukaran satu lawan satu yang tepat, banyak orang berharap akan ada pengorbanan waktu, dukungan, dan bantuan yang datang dengan persahabatan. Namun, itu tidak berarti bahwa persahabatan murni bersifat transaksional. Setiap orang dapat berkontribusi dengan cara yang berbeda untuk suatu hubungan.
BACA JUGA:
Karena hubungan transaksional rentan memicu aspek emosional, termasuk perasaan, biar enggak baper penting mencatat beberapa hal. Pertama, terbuka pada harapan masing-masing supaya meminimalisir risiko eksalahpahaman dan kekecewaan. Kedua, perlu belajar bernegosiasi secara efektif untuk sama-sama mengetahui apa yang diinginkan dan menguraikan persyaratan serta terbuka pada kompromi. Ketiga, tunjukkan empati karena hubungan transaksional yang sukses mengharuskan setiap pihak yang terlibat untuk saling memahami satu sama lain. Keempat, tetaplah fleksibel dan bersikap adil supaya kedua belah pihak kebutuhannya terpenuhi.
Dalam kacamata psikologi, hubungan transaksional memiliki sisi negatif. Karena hubungan tipe ini interaksinya cenderung dangkal, sehingga tidak memiliki hubungan emosional yang tulus atau memberikan makna berarti kecuali memberi-menerima. Oleh karena itu, kadang orang merasa tidak dihargai, hubungannya cenderung jangka pendek, dan rentan memperlakukan secara tidak adil. Maka dalam ranah bisnis, biasanya disertakan kontrak tertulis. Tetapi untuk hubungan transaksional dalam ranah romantis dan persahabatan, mungkin akan terasa lebih rumit dan rentan bikin baper.