YOGYAKARTA - Sholawat Burdah berasal dari kata bur’ah yang berarti syifa atau kesembuhan. Al-Burdah, menurut etimologi, banyak mengandung arti yaitu antara lain baju (jubah) kebesaran khalifah yang menjadi salah satu atribut khalifah. Sholawat Burdah dikarang oleh Syarafuddin Abu Abdillah Muhammad bin Zaid Al-Bushiri atau Imam Al-Bushiri (610 H-695 H/1213 M-1296 H). Berikut adalah teks sholawat Burdah full lengkap.
Sholawat Burdah adalah adalah sholawat yang berisi pujian dan sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW, pesan moral, nilai-nilai spiritual dan semangat perjuangan. Al-Bushiri juga menulis beberapa qasidah lain, di antaranya adalah Al-Qashidah Al-Mudhariyah dan Al-Qasidah Al-Hamziyah.
Teks Sholawat Burdah Full Lengkap
Berikut adalah teks Sholawat Burdah full lengkap:
BAB I: Bercumbu dan Pengaduan Cinta
Maulâya shalli wa sallim dâ'iman abadan, ‘alâ ḫabîbika khairil-khalqi kullihimi.
Ya Tuhanku, limpahkanlah selalu rahmat takzim dan keselamatan atas kekasih-Mu yang terbaik di antara seluruh makhluk.
Amin tadzakkuri jîrânin bidzî salami, mazajta dam‘an jarâ min muqlatin bidami.
Apakah karena mengingat para kekasih di Dzi Salam sana, Engkau deraikan air mata dengan darah duka.
Am habbatir-rîḫu min tilqâ'i kâdzimatin, wa aumadlal-barqu fidl-dhalmâ'i min idlami.
Ataukah karena embusan angin terarah lurus berjumpa di Kadhimah. Dan kilatan cahaya gulita malam dari kedalaman jurang idham.
Fa mâ li ‘ainaika in qultak-fufâ hamatâ, wa mâ liqalbika in qultas-tafiq yahimi.
Mengapa kedua air matamu tetap meneteskan air mata? Padahal engkau telah berusaha membendungnya. Apa yang terjadi dengan hatimu? Padahal engkau telah berusaha menghiburnya.
Ayaḫsabush-shabbu annal-ḫubba munkatimun, mâ baina mun sajimin minhu wa mudltharimi.
Apakah diri yang dirundung nestapa karena cinta mengira bahwa api cinta dapat disembunyikan darinya. Di antara tetesan air mata dan hati yang terbakar membara.
Lau lâl-hawâ lam turiq dam‘an ‘alâ thalalin, wa lâ ariqta lidzikril-bâni wal-‘alami.
Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu. Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon al-ban dan gunung yang kau rindu.
Fakaifa tunkiru ḫubban ba‘da mâ syahidat, bihi ‘alaika ‘udûlud-dam‘i was-saqami.
Bagaimana kaudapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya. Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara.
Wa atsbatal-wajdu khaththai ‘abratin wa dlanan, mitslal-bahâri ‘alâ khaddaika wal-‘anami.
Duka nestapa telah membentuk dua garisnya isak tangis dan sakit lemah tak berdaya. Bagai mawar kuning dan merah yang melekat pada dua pipi.
Na‘am sarâ thaifu man ahwâ fa arraqanî, wal-ḫubbu ya‘taridlul-ladzdzâti bil-alami.
Memang benar bayangan orang yang kucinta selalu hadir membangunkan tidurku untuk terjaga. Dan memang cinta sebagai penghalang bagi siempunya antara dirinya dan kelezatan cinta yang berakhir derita.
Yâ lâ'imî fil-hawâl-‘udzriyyi ma‘dziratan, minnî ilaika wa lau anshafta lam talumi.
Wahai pencaci derita cinta kata maaf kusampaikan padamu. Aku yakin andai kaurasakan derita cinta ini, tak mungkin engkau mencaci maki.
‘Adatka ḫâliya lâ sirrî bimustatirin, ‘anil-wusyâti wa lâ dâ'î bimunḫasimi.
BACA JUGA:
Kini kautahu keadaanku, tiada lagi rahasiaku yang tersimpan darimu. Dari orang yang suka mengadu domba dan derita cintaku tiada kunjung sirna.
Maḫḫadltanî-nushḫa lakin lastu asma‘uhu ۞ innal-muḫibba ‘anil-‘udzdzâli fî shamami.
Begitu tulus nasihatmu, tapi aku tak mampu mendengar semua itu. Karena sesungguhnya orang yang dimabuk cinta tuli dan tak menggubris cacian pencela.
Innît tahamtu nashîḫasy-syaibi fî ‘adzalin ۞ wasy-syaibu ab‘adu fî nushḫin ‘anit-tuhami.
Aku curiga ubanku pun turut mencelaku. Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.
Demikianlah ulasan tentang teks Sholawat Burdah full lengkap. Semoga ulasan ini bermanfaat. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya