Bagikan:

JAKARTA – Seorang pelawak atau tukang humor menggunakan narasi satir bahkan menyindir untuk membuat penonton tertawa. Tetapi, bagi si tukang sindir tentu tidak memiliki intensi seperti seorang pelawak.

Dilansir dari Psychology Today, Selasa, 30 Maret, ada 5 kondisi yang melatarbelakangi lahirnya pernyataan sindiran. Yang pasti, dalam ranah struktur bahasa, sindiran berjarak dari kalimat denotatif atau menggunakan kalimat perumpamaan dengan alasan sebagai berikut.

Dipermainkan ekspektasi

Seseorang dalam relasinya dengan dunia luar sulit sekali untuk tidak berekspektasi. Bahkan, pada kenyataan riil yang terjadi pun akan lahir ekspektasi. Si tukang sindir merasa tidak bahagia sebab, terjadi jarak antara ekspektasi dan kenyataan yang dialami.

Mengalami situasi sulit atau canggung

Situasi sulit atau canggung mendorong seseorang memilih mengutarakan sindiran daripada to the point. Menyindir juga bisa jadi satu cara bagi seseorang untuk merespons ketegangan atau perasaan tak nyaman yang digerakkan oleh situasi yang menyedihkan.

Itu artinya, bagi si tukang sindir dengan mengucapkan pernyataan sindiran membuatnya lebih lega.

Tidak memiliki keberanian cukup

Jika cukup berani mengutarakan apa adanya berdasarkan kenyataan, mungkin seseorang tidak akan merespons situasi di sekitarnya dengan sindiran. Faktanya, seseorang yang suka menyindir bergantung pada kepekaan orang disekelilingnya agar memahami apa yang ia maksudkan.

Pada satu sisi, mengemas kalimat membutuhkan kecerdasan. Tetapi di lain sisi dapat membuat orang lain sakit hati dan menimbulkan putusnya hubungan.

Orang yang lebih ramah dan teliti lebih suka to the point

Berdasarkan penelitian, orang yang lebih ramah dan teliti tidak menggunakan bahasa sindiran dan humor sebagai cara untuk meremehkan atau menyinggung orang lain. Meski tidak bisa diukur sebaliknya atau orang yang suka menyindir bukan orang yang ramah dan teliti.

Tetapi yang pasti ada dua kemungkinan, sindiran dipakai untuk menjalin relasi atau dapat menegaskan jarak dengan orang lain.

Kalimat sindiran dipakai untuk mendeteksi radar sosial

Karena tidak memiliki keberanian, dalam posisi sulit, dan tertekan pada kenyataan yang dialami, kalimat sindiran biasa dipakai untuk mendeteksi radar sosial. Ini berarti sindiran dapat dipakai untuk memastikan posisi atau mendeteksi posisi lawan bicara yang disindir.

Apakah lawan bicara yang disindir terhubung atau punya pikiran yang sama atau tidak, maka kalimat-kalimat yang tidak to the point lebih dipilih untuk diucapkan.