YOGYAKARTA – Limerence adalah kondisi mental berupa kegilaan pada seseorang yang ditandai dengan kerinduan obsesif pada orang tersebut. Kondisi ini berbeda dengan cinta romantis yang sederhana. Karena ditandai dengan obsesi yang mendalam serta pengalaman antara euphoria hingga keputusasaan.
Limerence, istilah yang dicetuskan oleh psikolog Dorothy Tennov pada tahun 1970-an. Menurut terapis hubungan Eliza Boquin, LMFT., istilah ini merujuk pada perasaan menyenangkan yang dirasakan ketika pertama kali bertemu seseorang. Selama perjumpaan ini, seseorang dengan limerence sering kali hanya menginginkan lebih dari orang tersebut. Karena ingin menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya dipenuhi bunga-bunga kasih sayang.
Kondisi ini adalah gairah emosional intens yang mendambakan orang lain. Sekilas, limerence tidak jauh berbeda dengan jatuh cinta. Tetapi limerence menurut terapis pasangan Silva Depanian, LMFT. dilansir mbg, Senin, 5 Agustus, dapat dianggap sebagai cinta palsu. Sekilas tampak berkilau tetapi tidak memiliki substansi yang nyata.
Cinta dan limerence sama-sama dimulai dari dorongan aliran dopamin. Makanya membedakan keduanya cukup membingungkan. Limerence bersifat sementara dan bersyarat. Sedangkan cinta sejati, bersifat cair dan tanpa syarat. Ketika Anda benar-benar mencintai seseorang, Anda ingin mereka bahagia terlepas dari apa yang dapat ia berikan kepada Anda. Cinta lebih membumi, sedangkan limerence membuat kita berada di awang-awang, mengabaikan red flag, koneksi tidak berkelanjutan, berakar pada kepemilikan, obsesi, kecemburuan, dan delusi. Lebih lengkap lagi, ini tanda seseorang mengalami limerence.
1. Kurang jelas tentang siapa dia
Limerence didasarkan pada sifat dan pengalaman mana yang Anda pilih berkaitan dengan objek kasih sayang. Kemudian membentuk cerita lebih besar tentang siapa mereka. Karena dalam keutuhan diri seseorang tidak melulu soal indah, baik, ramah, sabar, dan tampan atau cantik. Maka karena pandangan yang dipilih tersebut membuat seseorang yang mengalami limerence tidak sepenuhnya dapat menghargai siapa orang yang dicintai.
"Versi yang mungkin Anda bangun tentang orang tersebut hanyalah fantasi yang diagungkan dan dilebih-lebihkan yang dibuat khusus untuk mewakili pemenuhan kebutuhan [Anda] yang tidak terpenuhi,” jelas Depanian.
2. Pikiran yang mengganggu tentang dia menghabiskan energi Anda
Apakah pikiran terganggu tentangnya dan bikin energi Anda habis seharian? Seseorang dengan limerence ditandai dengan seringnya menciptakan momen-momen yang tidak penting untuk direnungkan.
"Anda akan berfantasi dan terkadang terobsesi secara tidak sengaja bahkan pada interaksi terpendek dan paling tidak penting yang pernah Anda alami dengan objek limerent. Anda membayangkan masa depan bersama meskipun tidak ada hubungan yang sebenarnya," terang Depanian.
3. Kehidupan nyata dikesampingkan
Masa-masa jatuh cinta bisa sangat menantang. Sebab untuk fokus pada hal lain selain orang yang ditaksir, sulit sekali. Teman-teman Anda mungkin mengeluh ketika melihat Anda terobsesi dengan orang yang membuat Anda jatuh cinta atau objek limarent. Pekerjaan tertunda karena sibuk menghabiskan waktu bersamanya. Kehidupan nyata hanya terasa seperti gangguan ketika mengalami limerance.
4. Kondisi emosional bergantung pada reaksi sekecil apapun darinya
"Tanda limerence lainnya adalah ketergantungan emosional pada objek limerent. Jika Anda mengalami kerinduan yang kuat, akan terus-menerus berupaya agar mereka membalas perasaan Anda," kata Depanian. Sederhananya, limerence ditandai ketika Anda berlebihan menginterpretasikan makna tindakan dan perilaku orang yang Anda taksir.
BACA JUGA:
5. Mencari validasi hingga putus asa
Seseorang dengan limerence cenderung menafsirkan perilaku dalam pemikiran semua-atau-tidak sama sekali. Orang dengan cinta yang obsesif haus akan validasi tetapi sebagian besar bersifat sepihak.
Selain tanda limerence yang perlu dikenali, penting juga memahami tahapannya. Pada tahap pertama, disebut infatuation atau tergila-gila, yang mirip dengan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tahap kedua, kristalisasi, disinilah sinilah limerence mulai menghadapi tantangan, kekecewaan, dan menyeleksi sifat serta perilaku sesuai dengan yang diharapkan. Ketiga, disebut fase kemunduran, alih-alih menguat, hubungan justru hancur. Kemungkinan besar pada tahan ketiga ini sudah putus asa, kehilangan minat pada diri sendiri, dan ia tidak seperti yang dibayangkan diawal.
Setelah mengenali tanda dan tahapan limerence, Depanian memberi saran. Menurutnya, penting mencintai seseorang berpijak kehidupan nyata, bukan fantasi.