Bagikan:

JAKARTA - Rumah produksi MVP Pictures kembali merilis film horor terbaru mereka yang berjudul Pusaka. Film yang disutradarai oleh Rizal Mantovani ini menggandeng beberapa aktor Indonesia seperti Susan Sameh, Shareefa Daanis, Ajil Ditto hingga Sahila Hisyam.

Secara garis besar, film Pusaka bercerita mengenai tim pekerja yang dipimpin oleh Nina (Shareefa Daanish) di mana tim itu terdiri dari Hanna (Susan Sameh), David (Ajil Ditto), Sandra (Ully Triani), dan Ade (Ikhsan Samiaji).

Kelima orang ini diminta oleh keluarga anak Risang Wisangko (Slamet Rahardjo) yaitu Randi (Bukie B. Mansyur dan Bian Wisangko (Shofia Shireen) untuk mengubah rumah villa mereka yang berisikan benda pusaka peninggalan sang ayah menjadi sebuah museum.

Tak disangka, saat melakukan survei di rubahan rumah itu, tanpa sengaja Sandra menyentuh salah satu benda pusaka berbentuk keris yang membuat ia kerasukan hantu jahat dan mulai mengancam semua nyawa di dalam rumah itu.

Sejak awal, Rizal Mantovani mencoba membangun ketegangan dari awal film ini dengan menceritakan film secara pelan-pelan agar penonton bisa memahami setiap maksud dari cerita yang disampaikan.

Meski pelan-pelan, namun Rizal seakan tidak ingin terlalu lama dalam menceritakan latar belakang kisah ini dan langsung kepada konflik dalam cerita tersebut sehingga penonton tidak terlalu bosan dengan narasi yang terlalu lama dan bertele-tele.

Bukan hanya itu, secara keseluruhan jalan cerita yang diambil oleh film ini terlihat sangat masuk akal sehingga penonton tidak harus bertanya-tanya terkait setiap kejadian yang ada di dalam film ini.

Setelah masuk ke dalam konflik, salah satu hal yang menarik perhatian dalam film ini ialah wujud dari hantu yang ditampilkan di mana terlihat sangat menyeramkan dan realistis sehingga menambah rasa takut pada penonton.

Permainan Ully Triani sebagai Sandra yang berubah menjadi hantu patut diacungi jempol karena berhasil membangun citra hantu yang sangat menyeramkan dan berhasil membuat penonton menahan nafas selama menonton film ini.

Bukan hanya Ully, pemain lainnya juga bisa saling mengimbangi satu sama lain sehingga semua pemain di film ini bisa menonjolkan karakter masing-masing secara maksimal namun tetap berimbang.

Hal ini yang akhirnya membuat perasaan takut yang dirasakan oleh para pemain di dalam film juga bisa dirasakan oleh penonton.

Dialog yang digunakan oleh para pemain juga terdengar natural karena menggunakan bahasa sehari-hari namun tetap sopan sehingga mudah dipahami oleh penonton.

Untuk visual sendiri, Rizal Mantovani banyak memasukan adegan-adegan yang bisa dikatakan lumayan sadis dan diperlihatkan dengan jelas kepada penonton di sepanjang film. Meski sadis, namun bisa dibilang tidak membuat penonton merasa jijik.

Meski akhir dari film ini bisa ditebak dengan mudah dan tidak ada plot twist yang diberikan, penonton bisa puas dengan penutup yang diberikan oleh film ini.