Bagikan:

YOGYAKARTA – Hemofilia dan buta warna merupakan penyakit keturunan yang lebih sering terjadi pada laki-laki ketimbang wanita. Lantas, mengapa hemofilia dan buta warna sering diwariskan kepada anak laki-laki?

Artikel ini membahas:

-          Apa itu hemofilia

-          Apa itu buta warna

-          Mengapa hemofilia sering diwariskan kepada anak laki-laki

-          Mengapa buta warna sering diwariskan kepada anak laki-laki

Apa itu Hemofilia

Dikutip dari AI-Care, hemofilia adalah penyakit keturunan yang mengganggu proses pembekuan darah. Penderita hemofilia bisa mengalami perdarahan spontan setelah cedera atau operasi.

Hemofilia dapat terjadi ketika darah kekurangan protein pembentuk faktor pembekuan. Kondisi ini bisa membuat darah penderita hemofilia sukar membeku.

Hemofilia termasuk dalam jenis peyakit yang belum bisa disembuhkan. Penderitanya bisa menjalani hidup normal dengan mencegah terjadinya luka dan melakukan kontrol rutin ke dokter.

Tingkat keparahan hemofilia yang diderita seseorang tergantung dari banyaknya faktor pembekuan di dalam darah. Semakin rendah jumlah faktor pembekuan, semakin besar kemungkinan terjadinya pendarahan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius.

Hemofilia terjadi pada sekitar 1 dari setiap 5000 kelahiran bayi laki-laki. Hemofilia dapat terjadi pada semua orang dengan semua kelompok ras dan etnis. Hemofilia hampir selalu merupakan penyakit genetik atau keturunan. Pada kasus yang sangat langka, seseorang dapat mengalami hemofilia di kemudian hari.

Apa itu Buta Warna?

Sedangkan yang dimaksud dengan buta warna adalah sebuah kondisi di mana seseorang kesulitan membedakan warna.

Sama dengan hemofilia, buta warna juga termasuk penyakit keturunan yang biasanya sudah dialami sejak penderitanya lahir. Kondisi ini bisa menyebabkan mata sulit membedakan warna tertentu (buta warna parsial) atau bahkan seluruh warna (buta warna total), sebab sel saraf yang bereaksi terhadap pigmen warna tidak berfungsi.

Penyakit buta warna lebih sering ditemukan pada jenis kelamin laki-laki. Akan tetapi, pada beberapa kasus, jenis kelamin perempuan juga memiliki peluang mengalami penyakit ini.

Mengapa Hemofilia dan Buta Warna Sering Diwariskan Kepada Anak Laki-Laki?

Berikut ini adalah alasan mengapa sebagian besar penyandang hemofilia dan buta warna berjenis kelamin laki-laki.

  1. Alasan Hemofilia Sering Diwariskan kepada Anak Laki-Laki Hemofilia

ilustrasi penderita hemofilia

Ilustrasi (foto: Pixabay/Michellegordon2)

Pada kasus hemofilia, perempuan hanya bersifat sebagai pembawa dan penerus gen hemofilia. Hal ini terjadi karena hemofilia termasuk penyakit yang melekat pada kromosom X dan diturunkan secara genetik.

Menyadur AI-Care, kromosom pria terdiri dari satu kromosom X dan satu kromosom Y (XY). sementara, wanita memiliki dua kromosom X (XX). Kromosom X memiliki banyak materi genetik yang tidak ada pada kromosom Y.  

Jika kromosom X yang diturunkan dari ibu mengalami kelainan, maka bayi laki-laki yang dilahirkan akan menderita hemofilia.

Pada kelahiran bayi wanita, jika satu kromosom X dari ibu mengalami kelainan, masih ada kromosom X lain yang sehat. Hal ini menjadikan wanita hanya sebagai pembawa penyakit hemofilia.

Dengan demikian, wanita hanya menurunkan penyakit hemofilia jika nantinya memiliki anak, namun ia sendiri tidak menderita penyakit tersebut.

  1. Alasan Penyakit Buta warna Sering Diwariskan Kepada Anak Laki-Laki

ilustrasi penderita buta warna
Ilustrasi penderita buta warna (Pixabay/@Vic_B)

Menukil laman Colour Blind Awareness, penyakit buta warna diturunkan pada kromosom ke-23. Kromosom ini memiliki dua bagian, kromosom XX untuk perempuan dan kromosom XY untuk laki-laki.

Kelainan genetik yang menyebabkan buta warna hanya ditemukan pada kromosom X. ini artinya laki-laki yang menderita buta warna memiliki kelainan gen hanya pada kromosom X-nya.

Sementara seorang perempuan akan mengalami buta warna jika ada kelainan di kedua kromosom X-nya.

Perempuan yang memiliki gen buta warna di salah satu kromosom X-nya disebut sebagai carier atau pembawa gen buta warna, namun dia tidak mengalami buta warna.

Jika melahirkan bayi laki-laki, mungkin saja ia mengalami buta warna karena sang ibu menurunkan kromosom X yang mengalami kelainan buta warna.

Akan tetapi, bisa juga anak laki-laki itu tidak buta warn jika kromosom X yang diturunkan adalah kromosom normal.

Pada bayi perempuan, buta warna hanya bisa terjadi jika ibu dan ayah sama-sama mengalami buta warna. Hal ini karena dua korosom X yang diturunkan oleh kedua orang tua mengalami kelainan buta warna.

Akan tetapi, jika kromosom sang ayah normal, anak perempuan tersebut hanya akan mendapatkan kromosom X gen buta warna dari ibu. Dengan demikian, anak perempuan ini hanya akan menjadi pembawa gen buta warna.

Demikian jawaban dari pertanyaan mengapa hemofilia dan buta warna lebih sering diwarikan kepada bayi laki-laki. Untuk mendapatkan update berita pilihan lainnya, baca terus VOI.ID.