Bagikan:

YOGYAKARTA – Muharram tidak hanya spesial bagi umat Islam, namun dianggap keramat bagi sebagian besar orang Jawa. Di bulan tersebut banyak amalan dan ritual yang akan dilaksanakan. Selain itu orang Jawa juga punya pantangan yakni menggelar pernikahan di bulan tersebut. Lalu kenapa orang Jawa melarang menikah di bulan Muharram?

Alasan Kenapa Orang Jawa Melarang Pernikahan saat Muharram

Muharram adalah bulan pertama di kalender Hijriyah. Dalam kebudayaan Jawa, Suro sangat erat berkaitan dengan penyebaran Islam di tanah Jawa. Saat Sultan Agung Hanyakrakusuma memerintah, ia ingin menyatukan Islam dan orang Jawa salah satunya dengan menyatukan penanggalan Islam dan Jawa. Dalam penyatuan tersebut dipilihlah bulan Suro sebagai bulan pertama dalam tahun baru Jawa.

Atas penyatuan tersebut, bulan Muharram yang oleh orang Jawa disebut sebagai bulan Suro, berdampak pada anggapan kesakralan atas bulan tersebut. Salah satu kesakralannya menghasilkan kepercayaan agar tidak melangsungkan pernikahan di momen tersebut.

Ada beberapa alasan kenapa tidak boleh menikah di bulan Muharram di kalangan orang Jawa yakni sebagai berikut.

  1. Simbol Penghormatan Peristiwa Duka

Seperti dijelaskan sebelumnya, bulan Suro adalah perwujudan penyatuan antara Islam dan Jawa yang merepresentasikan bulan Muharram. Dalam sejarah Islam, di bulan tersebut terdapat banyak peristiwa besar salah satunya adalah pembantaian 72 anak keturunan Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya. Salah satu yang gugur adalah Sayyidina Husein yang merupakan cucu Nabi.

Demi menghormati peristiwa yang terjadi di bulan Muharram atau Suro, orang Jawa memilih untuk tidak menggelar pesta pernikahan karena pesta tersebut wujud dari rasa senang-senang. Ada pula yang menganggap bahwa larangan pesta bulan Suro dilakukan karena menghormati duka keluarga Nabi Muhammad SAW atas kematian cucu Nabi.

  1. Dianggap Bulan Keramat

Bulan Suro dianggap cukup keramat bagi orang Jawa. Di bulan tersebut masyarakat akan melakukan berbagai ritual seperti mencuci senjata peninggalan leluhur, menggelar upacara tapa bisu, dan masih banyak lagi. Tradisi-tradisi tersebut diperlukan oleh orang Jawa sebagai simbol membersihkan diri sekaligus momen intropeksi diri.

Karena kepercayaan itu orang Jawa melarang beberapa acara, misalnya menggelar pesta atau bepergian jauh. Orang Jawa lebih menyarankan untuk melakukan ritual pembersihan diri agar suci serta melakukan intropeksi diri.

Perlu ditekankan bahwa kepercayaan masyarakat Jawa terhadap larangan menikah bulan Suro bersifat kepercayaan sehingga perbedaan pendapat akan sangat mungkin terjadi. Di Indonesia kepercayaan tersebut sudah sangat mengakar di benak masyarakat. Bahkan masyarakat Jawa tidak melangsungkan pernikahan bulan Suro sampai saat ini.

Itulah informasi terkait kenapa orang jawa melarang menikah di bulan Muharram. Untuk mendapatkan informasi menarik lain kunjungi VOI.id.