YOGYAKARTA – Penyakit flu Singapura kerap disamakan dengan sariawan karena sama-sama menyebabkan lesi di mulut. Penyakit lain yang sering disamakan dengan Flu Singapura adalah cacar. Berikut perbedaan flu Singapura dengan sariawan dan cacar.
Perlu diketahui, kasus flu Singapura atau Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) sedang marah di Indonesia. Penyakit ini banyak dialami anak-anak yang berusia di bawah 5 tahun.
Flu Singapura dapat memunculkan gejala seperti demam, ruam, hingga lesi. Lesi yang muncul di mulut akibat flu Singapura sangat mirip dengan sariawan yang biasa terjadi.
Perbedaan Flu Singapura dengan Sariawan dan Cacar
Perbedaan flu Singapura dengan sariawan dan cacar diungkap oleh dokter spesialis anak konsultan infeksi Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo Sp.A(K).
Dia mengatakan, perbedaan flu Singapura dengan sariawan dapat dikenali dari lokasi munculnya lesi.
Pada flu Singapura, lesi dan lentingan bisa muncul di sekitar mulut bagian luar dan bibir, telapak kaki, serta tangan. Sementara lesi yang disebabkan oleh sariawan hanya muncul di mulut saja.
“Sariawan biasanya hanya di mulut, wujudnya hampir sama, maka kadang-kadang orang tua ke dokter anaknya nggak mau makan pas dilihat karena ada lesi di mulutnya,” ujar Edi, dikutip VOI dari Antara, Sabtu, 6 April 2024.
Dia menambahkan, lesi di mulut pada kasus HFMD terlihat sama seperti sariawan. Kondisi ini bisa membuat anak malas makan dan kesulitan menelan.
Berikutnya, Edi menjelaskan perbedaan flu Singapura dengan cacar air. Kedua penyakit ini juga bisa dibedakan dari lokasi munculnya lesi.
“Cacar air, lesinya di badan baru keluar, lesi lentingan tepi kulitnya merah. Kalau flu Singapura tidak, dari lokasinya, flu Singapura paling sering di telapak kaki, telapak tangan dan mulut, kalua cacar jarang di telapk tangan,” terang dokter Edi.
Perbedaan lainnya, pada flu Singapura, lesi atau luka pada kulit akan hilang dengan sendirinya tanpa menyebabkan bekas. Sementara pada kasus cacar air, lesi bisa membekas di kulit.
Lesi lentingan pada flu Singapura tidak membekas lantaran kedalamannya tidak seperti cacar yang bisa menembus hingga lapisan kedua jaringan kulit.
Lebih lanjut, flu Singapura tidak menyebabkan kekebalan dan bisa terjangkit lagi bla daya tahan tubuh menurun. Hal ini berbeda dengan cacar, yang jika sudah terkena maka tubuh bisa membentuk kekebalan sehingga jarang cacar bisa terkena Kembali di kemudian hair.
“Virus ini (flu Singapura) tidak menyebabkan kekebalan, beda dengan cacar atau campak bisa kebal tapi virus ini nggak, kalua musim ini kena besoknya bisa kena lagi kalua dia da kontak, jadi masih bisa kena,” ucap Edi.
BACA JUGA:
Di lain sisi, Edi menyampaikan bahwa kasus flu Singapura pada anak usia di bawah 6 tahun tercacat cukup tinggi. Kurangnya kepekaan orang tua terhadap penyakit ini menjadi penyebab tingginya kasus flu Singapura di Indonesia.
Seringkali ketika anak demam, sulit makan, dan muncul bintik merah, orang tua tetap menyekolahkan anak dan tidak diisolasi di rumah, sehingga penyebaran pada anak sangat tinggi dan cepat.
Kendati tergolong penyakit ringan yang bisa sembuh dalam tujuh hari, Edi berharap orang tua bisa mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran flu Singapura. Anak yang terkena penyakit ini bisa diisolasi secara mandiri di rumah bila muncul gejala seperti demam dan muncul bitnik merah pada telapak kaki, tangan, dan mulut.
“Kalau anak kena flu Singapura diisolasi dengan cegah kontak dengan anak lain karena ini menular, masa infeksius 3-5 hari, 7 hari dia sudah tidak menular walaupun lesinya dalam tahap penyembuhan tapi tidak menular,” papar Edi.
Demikian informasi tentang perbedaan flu Singapura dengan sariawan dan cacar. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan para pembaca setia VOI.ID.