Bagikan:

JAKARTA – Meski perayaan Cap Go Meh tahun ini bakal berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya, tetapi semangat menyambut datangnya keberuntungan dapat dirasakan secara meluas.

Nah, mengingat baiknya di rumah saja meski dalam momen perayaan 15 hari setelah Imlek, Anda tetap dapat menikmati sajian khasnya.

Tentu wedang ronde tidak asing bagi Anda yang tinggal di pulau Jawa, khususnya di area Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan sekitarnya. Ternyata, sajian khas saat Cap Go Meh yang disebut dengan tangyuan mirip dengan wedang ronde. Lantas, apa yang membedakan keduanya? Mari simak ulasan dari VOI.

Dilansir dari Shine, Jumat, 26 Februari, pembeli rela mengantri panjang untuk membeli tangyuan di restoran Wang Jia Sha di Distrik Jing’an, Shanghai. Tangyuan merupakan suguhan penting dan paling laris saat Festival Lentera.

Tangyuan adalah bola-bola beras ketan dengan isian manis atau asin. Di restoran yang ada di Shanghai tersebut di atas terdapat berbagai varian tangyuan. Mulai dari isian kepiting rebus hingga kuning telur asin ditambah abon daging.

Bentuknya bulat, sehingga lekat dengan simbol kedekatan dan kebersamaan bersama keluarga. Nah, tangyuan atau disebut juga dengan yuanxiao bertekstur kenyal dan lengket sebab menggunakan bahan tepung beras ketan.

Untuk tangyuan manis, memang memiliki bahan dan cara pembuatan yang sama seperti wedang ronde. Yaitu berbahan tepung ketan dengan isian kacang tanah cincang dan gula putih ditambah sedikit garam. Nah, yang berbeda adalah campuran tambahannya sebelum disajikan.

Tangyuan manis hanya akan menyajikan bulatan-bulatan tepung ketan dan kuah gula merah atau putih. Sedangkan wedang ronde, bulatan tepung ketan akan ditambahkan roti tawar, kolang-kaling, kacang klici, dan sagu mutiara sebelum dimandikan dalam kuah gula merah ditambah jahe.

Dilansir dari Kompas, Jumat, 26 Februari, wedang ronde memang hasil asimilasi budaya Tionghoa di Nusantara. Dimakan saat perayaan Dongzhi dan disantap bersama keluarga setelah sembahyang. Untuk masyarakat Nusantara sendiri, wedang ronde dapat dinikmati ketika pelesir ke kawasan tertentu.

Tak terbatas waktu, wedang ronde dapat dinikmati sebagai hasil dari asimilasi budaya. Lantas mengapa disebut dengan wedang ronde? Wedang merupakan minuman yang disajikan hangat-hangat dan berbahan dari gula.

Sedangkan ronde berasal dari bahasa Belanda rond yang berarti bulat. Kemudian disebut rondje sebab bermakna jamak dan terjadilah penyesuaikan pengucapan menjadi ronde.

wedang ronde resep
Ilustrasi wedang ronde (Twitter/Monouge Coffee)

Jika Anda ingin di rumah saja, dapat mencoba membuat wedang ronde atau tangyuan dengan resep sebagai berikut:

Bahan yang dibutuhkan

¼ kg tepung ketan putih

3 sdm tepung tapioka

250 ml air hangat

Pewarna makanan

Garam secukupnya

Air secukupnya

Bahan isi

100 gram kacang tanah yang sudah dikupas dan disangrai

50 gram gula pasir

30 gram gula merah

Air secukupnya

Bahan kuah

200 gram gula merah sisir halus

800 ml air

Jahe dibakar dan dimemarkan

3 lembar daun pandan, diremas dan dibuat simpul

Bahan pelengkap

Kacang tanah sangrai

Kolang-kaling rebus

Sagu mutiara rebus

Roti tawar, potong kotak-kotak kecil

Cara membuat tangyuan atau wedang ronde

  • Buat isinya terlebih dahulu, cincang kasar kacang tanah. Masak sedikit air. Masukkan kacang tanah dan tambahkan gula pasir sesuai selera.
  •           Buat adonan tangyuan, campurkan tepung ketan tepung dan tapioka ditambah sedikit garam. Tuangkan air hangat sedikit demi sedikit sambil diuleni hingga kalis.
  •           Setelah adonan menyatu, beri pewarna makanan.
  •           Lalu bentuk bulat-bulat sekaligus beri isian.
  •           Rebus air hingga mendidih dan masukkan bulatan-bulatan di dalamnya.
  •           Angkat saat sudah mengambang di permukaan.
  •           Untuk membuat kuah, didihkan air dan masukkan bahan kuah.
  •           Sajikan beberapa bulatan tangyuan dalam mangkuk, tambahkan bahan pelengkap dan terakhir, siram dengan kuah.

Cara membuat wedang ronde atau tangyuan sangat mudah bukan?