JAKARTA - Cerita film Berhenti di Kamu diangkat dari novel berjudul sama yang ditulis Gia Pratama Putra. Sementara naskahnya digarap Bagus Bramanti dan diarahkan sutradara Indra Gunawan. Film #BerhentidiKamu dibintangi pasangan Roger Danuarta dan Cut Meyriska sebagai pemeran utama.
Film hasil produksi Mizan Production dan Max Pictures ini dibintangi Roger Danuarta dan Cut Meyriska nantinya akan didukung penampilan Salshabilla Adriani, Claudy Putri, Wanda Hamidah, Roy Marten, Unang, juga Onadio Leonardo. Film Berhenti di Kamu berkisah tentang Dokter Gia Pratama (Roger Danuarta) yang merasa sudah waktunya untuk mencari pasangan. Saat umroh, ia berdoa di depan Ka'bah agar segera dipertemukan dengan jodohnya.
Tak lama kemudian, sosok Elsa (Salshabilla Adriani) hadir di hidupnya. Gia yakin kalau Elsa adalah wanita yang dikirimkan Tuhan untuknya. Ia lantas melakukan berbagai cara agar Elsa menerimanya. Gia bahkan mau membiayai liburan bersama dengan Elsa dan keluarganya di Eropa. Sayang, beberapa hari menjelang keberangkatan, Elsa mulai berubah.
Liburan di pegunungan bersalju yang seharusnya menjadi momen indah, berubah menjadi mimpi buruk bagi Gia karena Elsa menolak cintanya. Tak lama kemudian, Gia tak sengaja bertemu dengan Syafira (Cut Meyriska), yang juga sedang patah hati karena gagal menikah.
Menyaksikan film ini tanpa ekspektasi sama sekali membuat perasaan menonton jadi enak. Apalagi cerita film tentang mencari pasangan alias jodoh itu sudah jamak. Yang menarik adalah, film ini mengalir seperti kehidupan sehari-hari sejak menit pertama. Sederhana dan tak berlebihan. Termasuk untuk urusan wadrobe, nampaknya film ini sangat memperhatikan detail penampilan karakter yang dibuat tak berjarak dengan penonton kebanyakan.
Bagaimana Gia jadi bucin, tergila-gila pada Elsa. Salah tingkah ketika mau ketemuan, bingung memilih baju, setiap adegannya serasa nyata karena mungkin setiap orang yang nonton pernah mengalami hal yang sama.
Kehangatan keluarga yang ditampilkan dalam film ini juga jadi bumbu penyedap yang pas. Masing-masing keluarga memberikan peran dalam membentuk cerita cinta Gia. Ada canda, tawa, tangis, tragedi, kepercayaan, pegorbanan, dan cinta yang ditampilkan secara silih berganti. Tanpa menggurui tapi bisa dirasakan dengan mudah.
Kunci terkuat dari film ini adalah skenario yang apik. Juga editan yang ciamik. Seperti keyakinan bahwa Tuhan memberi manusia cobaan untuk sebuah alasan tertentu, adegan-adegan di film ini tampil dengan alasan-alasan yang dimunculkan pada waktu yang tepat. Tak ada yang kececer, setiap adegan menunjukkan fungsi yang tepat.
Empat lagu yang membantu untuk menggiring emosi penonton juga memudahkan penonton Berhenti di Kamu untuk ganti mood. Apalagi ditambah akting Roger Danuarta yang mampu menampilkan ekspresi yang tepat di saat yang tepat tanpa kata-kata berbicara. Nampaknya sutradara Indra Gunawan harus masuk dalam jajaran sutradara yang layak ditunggu filmnya.
BACA JUGA:
Sebenarnya, untuk gaya humor dalam film ini terasa garing dan janggal di beberapa adegan. Terutama untuk adegan-adegan medis di ruang IGD yang dilebih-lebihkan rasanya bikin tidak nyaman. Sebagai dokter, Rogar nampak keteter karena stetoskop dokter lebih banyak hanya sebagai pajangan di leher, hanya dengan menebak lalu bisa mendiagnosa dengan tepat. Hanya saja karena profesi ini cuma jadi pelantar kisah pencarian jodoh, kesalahan minor itu bisa diterima dan dilupakan karena adegan yang terus mengalir.
Lucunya, setelah nonton separuh durasi saya baru ingat film ini diadaptasi dari tweet Dr Gia tentang Bisul Membawa Cinta yang kemudian dijadikan novel. Saya jarang puas ketika nonton film adaptasi cerita. Tapi di akhir film ini, saya mendapatkan perasaan yang sama ketika saya selesai membaca tweet dr Gia dulu. Tapi, jangan kuatir, menikmati film tanpa membaca bukunya tidak akan merusak suasana.
Agak berlebihan mungkin bagi saya untuk menyandingkan film ini dengan drama fenomenal dari Korea, It's Ok That Love. Ketika orang-orang yang terluka saling menemukan, saling menyembuhkan, membentuk hati yang baru, keyakinan cinta akan sangat kuat terasa. Perasaan itu menempel erat usai nonton It's Ok That's Love dan saya dapatkan kembali usai nonton Berhenti di Kamu. Bahkan jika diulang-ulang menontonnya pun tak akan bosan.