JAKARTA - Saat ini, India khususnya di negara bagian Kerala sedang berjuang melawan wabah virus Nipah yang menewaskan dua warganya, seorang pria berusia 49 tahun dari Desa Maruthonkara, pada 30 Agustus 2023 dan seorang pria usia 40 tahun asal Ayancheru Kerala, pada 11 September 2023.
Sebelum meninggal, keduanya mengalami sakit dengan gejala mirip flu, meliputi sakit kepala, demam, batuk, gangguan pernapasan akut, serta kejang. Tenaga medis pun lantas melakukan tes virus Nipah dan keduanya dipastikan meninggal dunia karena terinfeksi virus tersebut.
Lalu, apa sebenarnya virus Nipah, bagaimana caranya menular, gejala yang timbul, serta langkah pencegahannya?
Disadur dari laman Control Disease Centre (CDC), Senin, 18 September, virus Nipah (NiV) pertama kali ditemukan pada tahun 1999 setelah wabah penyakit pada babi dan manusia di Malaysia dan Singapura. Wabah ini mengakibatkan hampir 300 kasus pada manusia dengan angka kematian lebih dari 100 jiwa. Serta menimbulkan dampak ekonomi yang besar karena lebih dari 1 juta babi dibunuh untuk membantu mengendalikan wabah tersebut.
Meski tidak ada wabah NiV lagi di Malaysia dan Singapura sejak tahun 1999, ternyata wabah ini telah tercatat terjadi hampir setiap tahun di beberapa wilayah Asia sejak saat itu, terutama di Bangladesh dan India. Virus ini terbukti menyebar dari orang ke orang, sehingga meningkatkan kekhawatiran mengenai potensi NiV menyebabkan pandemi global.
NiV adalah anggota keluarga Paramyxoviridae, genus Henipavirus. Ini adalah virus zoonosis, artinya virus ini awalnya menyebar antara hewan dan manusia. Hewan inang reservoir NiV adalah kelelawar buah (genus Pteropus), yang juga dikenal dengan nama Flying Fox.
Kelelawar buah yang terinfeksi dapat menyebarkan penyakit ini ke manusia atau hewan lain, seperti babi. Orang dapat terinfeksi jika mereka melakukan kontak dekat dengan hewan yang terinfeksi atau cairan tubuhnya (seperti air liur atau urin). Penyebaran awal dari hewan ke manusia ini dikenal sebagai peristiwa limpahan. Begitu virus ini menyebar ke manusia, penyebaran NiV dari orang ke orang juga dapat terjadi.
Gejala infeksi NiV berkisar dari ringan hingga berat. Gejala virus Nipah biasanya muncul dalam 4-14 hari setelah terpapar virus. Penyakit ini awalnya muncul sebagai demam dan sakit kepala selama 3-14 hari. Dan sering kali disertai tanda-tanda penyakit pernapasan, seperti batuk, sakit tenggorokan, dan kesulitan bernapas.
Fase pembengkakan otak (ensefalitis) bisa terjadi, dengan gejala yang meliputi kantuk, disorientasi, dan kebingungan mental, yang dapat berkembang cepat menjadi koma dalam waktu 24-48 jam.
BACA JUGA:
Persentase kematian akibat virus ini cukup besar yakni sekitar 40-75 persen. Efek samping jangka panjang pun ditemukan pada penyintas infeksi virus Nipah, termasuk kejang terus-menerus dan perubahan kepribadian.
Infeksi yang menimbulkan gejala dan terkadang kematian jauh setelah terpapar (dikenal sebagai infeksi tidak aktif atau laten) juga telah dilaporkan berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terpapar.
Untuk pencegahannya, tiap orang wajib melakukan upaya-upaya seperti:
- Membiasakan cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air
- Hindari kontak dengan kelelawar atau babi yang sakit
- Hindari area di mana kelelawar biasanya bertengger
- Hindari makan atau minum produk yang dapat terkontaminasi oleh kelelawar, seperti getah kurma mentah, buah mentah, atau buah yang jatuh di tanah
- Hindari kontak dengan darah atau cairan tubuh orang yang diketahui terinfeksi NiV
Meski saat ini kejadiannya di India, tidak menutup kemungkinan penyakit ini berkembang di negara lain. Lokasi geografis, seperti wilayah tempat tinggal kelelawar buah sangat berpengaruh besar. Kelelawar buah saat ini ditemukan di Kamboja, Indonesia, Madagaskar, Filipina, dan Thailand.
Orang-orang yang tinggal di atau mengunjungi daerah-daerah tersebut harus mempertimbangkan tindakan pencegahan yang sama seperti mereka yang tinggal di daerah-daerah di mana wabah telah terjadi.