Termasuk Zoonosis, Begini Cara Penyebaran Virus Nipah dari Kelelawar ke Manusia
Kelelawar sebagai salah satu penular virus nipa (Todd Cravens/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Para ahli kesehatan saat ini tengah mewaspadai kemuculan virus Nipah (NiV). NiV termasuk golongan virus zoonosis yang bisa menular dari hewan --seperti babi dan kelelawar-- ke manusia. Para ahli khawatir virus ini dapat menjadi pandemi baru setelah COVID-19.

Orang yang terinfeksi virus nipah dapat mengalami berbagai penyakit asimtomatik hingga gangguan pernapasan akut dan ensefalitis yang fatal.  Dikutip VOI dari WHO, Kamis, 28 Januari, virus nipah dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi gigitan kelelawar yang kemudian dikonsumsi manusia.

Selain itu, penyebaran virus nipah juga diduga berasal dari babi yang sakit usai memakan sisa buah yang sudah digigit oleh kelelawar buah dari famili pteropodidae. Berdasarkan laporan WHO, wabah nipah pertama kali muncul di Malaysia pada 1999.

Saat itu banyak ditemukan infeksi yang disebabkan kontak langsung manusia dengan babi yang sakit tanpa menggunakan pelindung. Diketahui, masa inkubasi virus nipah pada babi berlangsung selama empat sampai 14 hari.

Babi yang terinfeksi virus tidak memiliki gejala apapun. Tak hanya itu. WHO juga mencatat temuan pada kurma atau sari kurma yang terkontaminasi dengan urin atau air liur kelelawar. Buah yang terkontaminasi merupakan sumber infeksi paling memungkinkan menyebar kepada manusia.

Virus Nipah yang notabene adalah virus zoonosis juga dapat menginfeksi hewan peliharaan lainnya, seperti kuda, domba, kambing, kucing, dan anjing. 

Upaya pencegahan virus Nipah dapat dilakukan dengan membersihkan buah dan merebus sari kurma hingga matang, agar terhindar dari kontaminasi air liur serta urin yang berasal dari kelelawar. 

Selain ditransmisikan melalui hewan, virus Nipah juga dapat menyebar dari manusia ke manusia. 

Menurut catatan WHO, selama virus ini mewabah di Bangladesh dan India, virus Nipah juga dilaporkan menyebar melalui kontak erat dari manusia ke manusia. 

Sampai saat ini, para peneliti sedang berusaha keras agar virus Nipah tidak menjadi pandemi berikutnya setelah virus corona SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19 menyebar dengan sangat cepat ke seluruh dunia.