Virus Nipah Beberapa Kali Mewabah di India dengan Tingkat Kematian 100 Persen
Ilustrasi. (National Cancer Institute/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Indonesia saat ini tengah mewaspadai adanya virus nipah (NiV). Virus ini diduga berasal dari Malaysia sekitar tahun 1998-1999 dan berhasil menyebar ke beberapa negara, salah satunya India.

Pada dini hari 17 Mei 2018, Seorang pasien yang kritis dibawa ke Baby Memorial Hospital di negara bagian Kerala, India. Dikutip VOI dari situs resmi WHO, para dokter saat itu memutuskan untuk mengirimkan sampel ke pusat penelitian virus Manipal Karnataka lantaran curiga adanya kemunculan virus baru. Dari hasil penelitian, National Institute of Virology (NIV), Pune mengonfirmasi adanya NiV.

Lalu pada 19 Mei 2018, wabah NiV kembali dilaporkan dari distrik Kozhikode di Kerala, India. Ada 17 kematian dari 18 kasus yang dikonfirmasi per 1 Juni 2018 dengan dua distrik yang terdampak, yakni Kozhikode dan Mallapuram.

Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC) India yang ada di Kerala kemudian menanggapi wabah tersebut. WHO juga memberikan dukungan teknis India untuk menangani virus tersebut. Namun WHO tak merekomendasikan adanya pembatasan perjalanan atau perdagangan terkait virus tersebut. 

Laporan adanya Nipah di distrik Kozhikode dan Malappuram adalah laporan ketiga dari wabah NiV di India. Virus tersebut pertama kali dilaporkan pada Februari 2001, di Siliguri, India dengan jumlah 65 kasus dan 45 orang meninggal dengan presentase kematian sebanyak 68 persen.

Lalu pada April 2007, NiV kembali menyebar di Nadia, India. Sebanyak lima kasus infeksi dan semuanya meninggal. Artinya, tingkat kematian sebesar 100 persen.

Virus Nipah di Indonesia

Meski belum ada laporan keberadaan virus nipah di Indonesia, Kementrian Kesehatan (Kemenkes) tetap mewaspadai adanya potensi penyebaran virus ini. NiV tersebesar melalui kontak langsung hewan ternak babi dan kelelawar pemakan buah. 

"Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah," ujar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Didik Budijanto, dikutip dari Antara, Rabu, 27 Januari.

Didik mengatakan bahwa Indonesia harus selalu waspada adanya potensi penularan virus tersebut. Dari beberapa penelitian, kelelawar buah ternyata bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera, terutama di Sumatera Utara yang wilayahnya berdekatan dengan Malaysia. 

"Sehingga ada kemungkinan penyebaran virus nipah melalui kelelawar atau melalui perdagangan babi yang ilegal dari Malaysia ke Indonesia," ujar Didik lagi.