Otoritas Kerala India Tutup Sejumlah Sekolah hingga Transportasi Umum untuk Mengekang Virus Nipah
Ilustrasi terminal bus di Kerala, India. (Wikimedia Commons/Ranjithsiji)

Bagikan:

JAKARYA - Otoritas Negara Bagian Kerala di India selatan menutup beberapa sekolah, kantor dan transportasi umum, kata pihak berwenang pada hari Rabu, ketika mereka berupaya mengendalikan penyebaran virus Nipah yang langka, merusak otak dan mematikan.

Seorang dewasa dan seorang anak masih terinfeksi di rumah sakit. Sementara, lebih dari 130 orang telah dites virus tersebut. Virus Nipah menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh kelelawar, babi atau manusia yang terinfeksi, kata seorang pejabat kesehatan negara bagian.

"Kami fokus pada pelacakan kontak orang-orang yang terinfeksi sejak dini dan mengisolasi siapa pun yang memiliki gejala," kata Menteri Kesehatan Negara Bagian Kerala Veena George, menambahkan jenis virus tersebut tengah diperiksa, melansir Reuters 13 September.

"Pergerakan masyarakat telah dibatasi di beberapa wilayah negara bagian, untuk mengatasi krisis medis," lanjutnya.

Sebelumnya, dua orang yang terinfeksi virus tersebut meninggal pada 30 Agustus dalam wabah virus keempat di negara bagian tersebut sejak tahun 2018, sehingga memaksa pihak berwenang untuk mengumumkan zona isolasi di setidaknya tujuh desa di Distrik Kozhikode.

Aturan isolasi ketat diterapkan, dengan staf medis dikarantina setelah kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.

Korban pertama adalah seorang pemilik tanah di Desa Marutonkara di distrik tersebut, kata seorang pejabat pemerintah.

Anak perempuan dan saudara ipar korban, keduanya terinfeksi, berada di ruang isolasi. Sementara anggota keluarga dan tetangga lainnya sedang menjalani tes.

Kematian kedua terjadi setelah kontak di rumah sakit dengan korban pertama, berdasarkan penyelidikan awal dokter, namun keduanya tidak ada hubungannya, tambah pejabat tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Terpisah, tiga tim federal, termasuk para ahli dari Institut Virologi Nasional, dijadwalkan tiba pada Rabu ini untuk melakukan tes lebih lanjut, kata pejabat itu.

Diketahui, Virus Nipah pertama kali diidentifikasi pada tahun 1999, ketika terjadi wabah penyakit di kalangan peternak babi dan orang lain yang melakukan kontak dekat dengan hewan tersebut di Malaysia dan Singapura.

Dalam wabah Nipah pertama di Kerala, 21 dari 23 orang yang terinfeksi meninggal. Sementara wabah pada tahun 2019 dan 2021 merenggut dua nyawa lagi.

Investigasi Reuters pada bulan Mei mengidentifikasi, beberapa wilayah Kerala menjadi salah satu tempat yang paling berisiko secara global terhadap wabah virus kelelawar. Deforestasi dan urbanisasi yang luas telah mendekatkan manusia dan satwa liar.