JAKARTA - Sepanjang kariernya di dunia keaktoran, Ajil Ditto sudah membintangi puluhan judul, mulai film layar lebar, series, film televisi hingga sinetron. Berbagai jenis genre juga sudah ia mainkan.
Dalam bulan Juni ini saja, Ajil membintangi dua judul film layar lebar, Kutukan Sembilan Setan yang tayang sejak 8 Juni lalu dan Onde Mande yang akan tayang 22 Juni mendatang. Kedua judul tersebut memiliki genre berbeda, tentunya dengan karakter dan cerita berbeda pula.
Namun begitu, Ajil Ditto mengaku tidak mempermasalahkan genre apa yang ia mainkan. Ia merasa tidak kesulitan untuk bermain dengan genre horor maupun drama. Baginya, setiap genre punya karakternya masing-masing
“Sebenarnya semua produksi itu sama. Dari segi prosesnya ya kita harus reading dulu, terus ada workshop juga kalau ada adegan berat, dan kemudian proses syuting,” ujar Ajil Ditto saat mengunjungi kantor VOI di Tanah Abang, Jakarta Pusat baru-baru ini.
“Proses syutingnya sih nggak jauh beda, dan nggak beda juga sama genre lain juga kok. Paling yang membedakan cerita, pemain, waktu syuting berapa lama dan kendala-kendalanya,” sambungnya.
Apa yang dikatakan Ajil nampak lebih matang dibanding usianya saat ini. Namun, hal tersebut dapat dimaklumi, mengingat di usianya yang masih 21 tahun, dia sudah punya catatan filmografi yang cukup panjang.
Sejak tahun 2012, Ajil sudah mencatatkan namanya sebagai salah satu aktor anak di film televisi berjudul Best Friend Forever. Sejak saat itu, Ajil selalu hadir dalam karya-karya baru setiap tahunnya. Bahkan, sejak tahun 2019, ia tampil paling sedikit di enam judul berbeda.
Ajil Ditto yang lahir pada 8 November 2001 di Medan, memulai kariernya bukan sebagai aktor. Di kota kelahirannya, Ajil yang masih berumur 6 tahun memulai dari panggung fashion show.
“Pertama kali aku mengawali karier sebagai model. Dulu di Medan sering ikut fashion show. Dari umur 6 tahun, sekitar dua tahun ikut lomba model gitu, akhirnya ke Jakarta untuk mencoba dunia entertain, yang sebenarnya niatnya nemenin kakak yang mau masuk pramugari, tapi di tengah perjalanan nggak jadi,” kisah Ajil.
Mendapat saran dari salah satu gurunya di Medan untuk menjajal dunia entertain di Jakarta, Ajil yang ditemani sang ibu mencoba menjadi model anak di ibu kota.
Kemudian, ia menjalani casting pertamanya untuk tampil dalam sebuah iklan produk penyedap rasa. Keberhasilannya itu dilanjutkan dengan bergabung dengan boyband Super7 pada tahun 2011.
“Ikut casting pertama kali itu iklan bumbu penyedap, alhamdulillah pertama kali langsung dapat. Dari situ ya dimulai lah awal karierku, sampai aku masuk boy band. Boy band udah selesai dan aku full time as an actor sekarang,” tuturnya.
Bukan tanpa alasan jika Ajil memilih akting sebagai prioritasnya ketimbang karier lain seperti modeling dan bernyanyi, ia mengaku jatuh cinta dengan dunia keaktoran yang disebutnya sebagai cara untuk mengekspresikan diri.
“Satu-satunya alasan kenapa aku milih akting karena aku cinta akting. Aku memang suka memberikan emosi, memberikan apa yang aku rasa ke penonton,” ucap Ajil.
“Dan akting sendiri menurutku adalah media yang paling tepat, entah itu film, series, FTV, sinetron adalah media yang paling tepat untuk mengungkapkan apa yang kita rasakan,” imbuhnya.
Kecintaan pada akting membuat Ajil kecil hingga remaja bisa menjalani karier sebagai aktor berbarengan dengan pendidikannya dengan baik. Sang aktor juga bersyukur memiliki lingkungan pendidikan dan pertemanan yang mendukungnya berkarier di dunia entertain.
BACA JUGA:
Disibukkan dengan pekerjaan sejak remaja, Ajil juga tidak kehilangan kehidupannya sebagai seorang anak. Kembali mengingat masa-masa awal kariernya, Ajil mengaku punya quality time yang cukup dengan keluarganya.
“Mama emang dari dulu itu nemenin aku. Sekarang mungkin mulai kakak yang banyak nemenin karena mama udah mulai istirahat di rumah, tapi ya dari dulu memang selalu sama mama. Jadi, sambil kerja, kalaukan ada waktu sebentar ya kita berdua atau sama keluarga makan bareng. Karena memang aku, selama perjalanan karierku ditemani keluarga. Jadi ya alhamdulillah lumayan banyak quality time sama keluarga,” katanya.
Meski begitu, bukan berarti Ajil tak menemui kesulitan. Ada momen dimana ia merasa lelah harus bekerja sambil sekolah. Namun, Ajil yang mengatakan jika kesenangannya sebagai anak tidak pernah terbatasi, menyebut apa yang dijalaninya sangat menyenangkan.
“Kesulitan sih pasti ada, apalagi aku juga cuma manusia biasa yang pasti ada masa capeknya juga. Itu ada semua, tapi balik lagi, aku enjoy sih. Karena aku enjoy, jadi aku nggak terlalu mikirin hal itu dan nggak terlalu diambil pusing. Yang penting, selama aku tidak diganggu, selama kesenanganku nggak diganggu, aku akan ngerasa hidup aku akan baik-baik aja,” bebernya.
Ingin Terus Berakting dan Bermimpi Bisa Go International
Dua belas tahun berkarier di dunia keaktoran tidak membuat Ajil Ditto berpuas diri atau bosan dengan pekerjaannya. Ia ingin terus berakting selama masih punya kesempatan. Baginya, menjadi seorang aktor adalah terus-menerus belajar hal baru.
“Kalau aku sih berharapnya bisa terus-terusan ada (di dunia perfilman). Balik lagi, karena aku cinta sama dunia entertain, terutama akting, aku memang sayang banget sama dunia akting. Kalau misalnya aku dikasih kesempatan berkarier sampai aku umur 50, 60, 70 nanti ya why not. Aku akan tetap berkarier, aku akan tetap belajar di dunia akting,” katanya.
Ajil yang belakangan menyukai serial drama Korea tentang dunia kedokteran berharap ia mendapat kesempatan memainkan karakter seorang dokter. Dari serial drama yang ditontonnya itu, ia terpukau bagaimana seorang aktor bisa membuat penonton yakin bahwa karakter yang dimainkannya adalah seorang dokter profesional.
Tidak hanya itu, Ajil juga ingin bermain dalam film action seperti The Raid. Ia melihat proses dalam film dengan adegan full action yang menuntut persiapan selama berbulan-bulan sebagai tantangan tersendiri sebagai seorang aktor.
“Kalau action, kayaknya hampir setiap orang yang mau main action, salah satu pemantiknya adalah film The Raid. Dari film The Raid itu terbuka mata banyak orang, salah satunya aku, kalau kita orang-orang Indonesia nggak kekurangan sumber daya yang bisa kita manfaatkan untuk membuat film action jadi sangat baik, bahkan membuat film action jadi salah satu yang bisa bersaing di dunia internasional,” tutur Ajil.
Terlepas dari itu, Ajil mengatakan jika ia ingin terus berakting untuk membuat banyak orang bahagia. Mengaku sebagai ‘banci kamera’ sejak kecil, sang aktor senang jika ia bisa membuat orang bisa bereaksi dengan apa yang dilakukannya.
“Aku pengin orang bahagia sama yang aku berikan. Dari segi perfilman, aku ingin menyenangkan orang-orang. Prosesnya seperti apa, selama itu halal, selama itu baik ya aku menjalani semuanya. Yang penting bisa bikin orang nyaman, bisa bikin orang suka dan sekaligus bisa jadi tontonan yang memberikan tuntunan juga,” katanya.
Ajil juga tak memungkiri punya mimpi untuk bisa go international. Baginya, wajar jika setiap orang ingin karyanya dilihat lebih banyak orang. Namun bukan hanya bagi dirinya sendiri, ia berharap perfilman Indonesia bisa dilihat masyarakat dunia suatu saat nanti.
“Aku penginnya selain bisa main di luar negeri, tapi pengin juga film Indonesia dengan genre apapun bisa disebarluaskan ke luar negeri, dan orang luar negeri tahu kalau kita Indonesia punya sumber daya dan punya aktor-aktor yang hebat,” ucap Ajil.
“Yang bisa kita lihat sekarang, banyak teman-teman aku yang main di film yang memang kualitasnya sangat luar biasa. Pengin orang luar melek kalau kita orang Indonesia juga keren-keren,” sambungnya.
Ajil optimis dengan mimpinya itu. Ia melihat banyak pelaku di industri film nasional yang berkualitas. Ia yakin bahwa produser, sutradara, penulis skenario dan aktor Indonesia bisa dilirik industri film dunia.
“Kalau potensi Indonesia sendiri aku sangat yakin dengan kualitasnya. Dengan makin banyak orang-orang yang cukup idealis dalam memilih cerita, banyak juga produser dan sutradara yang makin lama makin berkembang. Penulis-penulis muda yang seumuran aku, mereka otaknya encer banget, udah bisa nulis cerita-cerita yang out of the box tapi masih diterima oleh akal. Melihat aktor-aktor, dari yang seumuran aku, atau yang lebih mudah dan lebih tua, banyak dari mereka yang kualitasnya nggak usah diragukan lagi,” katanya.
Ajil juga melihat baik jika seorang aktor memulai kariernya sejak dini. Ia berharap para orang tua yang melihat anaknya punya minat berakting bisa memberi dukungan. Ia melihat akting sebagai salah satu cara yang baik bagi seorang anak mengekspresikan apa yang dirasa dan dipikirkan. Lebih dari itu, Ajil melihat akting sebagai hal yang positif.
Terhadap anak-anak dan remaja yang bermimpi menjadi seorang aktor, Ajil Ditto berpesan agar mereka mau belajar dari banyak orang dan tidak berpuas diri.
“Pesanku buat adik-adik yang ingin memulai dunia keaktoran, jangan pernah berhenti buat belajar. Kita bisa belajar dari siapapun, lebih tua atau lebih muda, tetap down to earth dan jangan anggap kita itu yang terbaik, karena di atas kita itu masih banyak banget orang yang lebih baik dari kita. Attitude juga dijaga dan jangan pernah berhenti belajar,” pungkas Ajil Ditto.