Bagikan:

JAKARTA - Budaya konsumerisme adalah bagian dari hidup kita sehari-hari. Begitu banyak orang menganggap benda-benda mewah, seperti sport car, smartphone terbaru, tas branded, dan makan malam di restoran fancy, sebagai ukuran kebahagiaan seseorang. 

Saat membeli sneakers limited edition yang harganya puluhan juta, Anda mungkin merasa senang dan bangga. Kemudian, tak lama sepatu tersebut terasa membosankan hingga Anda membeli sepatu-sepatu mahal lain yang berujung menumpuk tak terpakai lagi. Anda membelinya hanya karena mampu. 

Lantas, apakah punya segala kemewahan bisa membuat hidup seorang bahagia? Jawabannya bisa jadi tidak. Sebab ada orang-orang yang menerapkan gaya hidup minimalis dan mereka mengaku bahagia dan merasa cukup. 

Gaya hidup minimalis mengedepankan prinsip less is more. Orang-orang yang menerapkannya akan berusaha mengurangi segala hal yang berlebihan dalam hidup. 

Konsep minimalis akan membuat Anda lebih sadar dalam membuat keputusan dalam hidup tentang apa yang dibutuhkan dan meninggalkan hal-hal kurang bermakna. 

Saat punya banyak barang, secara tidak langsung Anda jadi terikat. Perasaan ini akan meningkatkan rasa takutmu terhadap kehilangan sesuatu. Sedangkan konsep minimalis akan mengajarkan orang untuk merasa bebas dan dengan senang hati melepaskan sesuatu penuh kerelaan. 

Tak ada gunanya menyimpan baju-baju yang sudah tak muat, elektronik mati, serta benda-benda lain yang teronggok di pojokan. Awalnya, Anda mungkin merasa benda-benda itu bisa dipakai lagi nanti. Namun sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, benda tersebut tak pernah disentuh. 

Menerapkan gaya hidup minimalis juga akan menghindarkan Anda dari perilaku konsumtif. Artinya, Anda bisa jauh lebih berhemat. 

Saat memikirkan hidup minimalis, bukan berarti Anda hidup dengan sedikit barang, tinggal di rumah kosong, menggunakan benda jadul yang tak relevan dengan kehidupan saat ini, dan tak boleh belanja sama sekali. 

Apakah Anda boleh belanja? Tentu boleh. Namun, sebelumnya harus dipikirkan matang-matang apakah memang butuh, apakah akan dipakai dalam jangka waktu lama, apakah tidak mengganggu pengeluaran rutin atau tabungan, dan apakah ada alternatif lain? 

Anda harus benar-benar memikirkan apa yang butuh dibeli. Jangan tergiur diskon atau harga murah padahal tak butuh. Gunakan uang dengan baik. Belilah barang-barang berkualitas, meskipun mahal, tetapi bisa dipakai lama, bahkan sampai rusak. 

Misalnya, Anda butuh tas atau sepatu baru yang memang bagus untuk dipakai ke kantor. Coba pertimbangkan, apakah harus beli dari rumah mode ternama yang harganya bisa puluhan juta? Atau, membelinya dari produk lokal yang mungkin harganya hanya Rp500 ribu-Rp2 jutaan tapi kualitasnya pun sama-sama bagus. Ingat lagi, yang Anda butuhkan adalah sepatu atau tas berkualitas, bukan logo brand ternama. 

Konsep minimalis pun bisa dimulai dari decluttering atau menyortir barang-barang yang Anda punya. Ketika masih konsumtif, Anda mungkin sering beli barang-barang yang tak dibutuhkan. Hanya karena lucu dan murah, semua dibeli dan berujung tak terpakai. 

Proses decluttering bisa dilakukan dengan mengeluarkan semua barang, kemudian dipilih mana yang masih dipakai, mana yang akan diperbaiki, dan mana yang akan dijual atau disumbangkan. Setelah barang semakin sedikit, akan lebih mudah untuk menatanya kembali. 

Bila membutuhkan sesuatu, jangan langsung beli! Pertimbangkan untuk meminjam atau menyewa. Misalnya, saat iseng ingin membuat kue, tak perlu membeli mixer dan oven. Coba pinjam teman, terutama bila Anda memang hanya sesekali ingin melakukannya. 

Bahkan, perlengkapan bayi, kendaraan, atau satu set baju pesta dari perancang busana ternama, lengkap dengan tas dan sepatu pun sekarang sudah bisa disewa. 

Pada akhirnya, menjalankan gaya hidup minimalis membuat Anda lebih lega, sehat, hemat, hidup cukup, dan memberikan kebahagiaan. Anda pun akan terbebas dari rasa bersalah akibat terlalu konsumtif. 

Bagaimana, tertarik untuk mencobanya?