JAKARTA - Foto dengan komposisi tertentu bisa dinilai menarik. Meski setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda-beda dalam menilai sebuah foto. Tetapi apa yang digambarkan dalam frame adalah hal yang bernilai dari foto.
Foto yang menarik itu seperti apa?
Pertama, foto menarik memiliki daya tarik emosional. Misalnya, ada peristiwa yang tertangkap dengan lensa dan membangkitkan sisi emosional dari tiga pihak. Yaitu dari pihak subyek yang dibekukan dalam frame, fotografer dan pihak yang melihat foto.
Artinya, momen tertentu bisa merangsang fotografer menekan shutter. Menyimpan hingga mempublikasikan dan merangsang emosi penontonnya.
Lebih lanjut lagi, foto yang bagus bisa dianggap sebagai satu memori. Richard H. Smith Ph.D di Psychology Today mengungkapkan bahwa foto menarik bukan berdasarkan subyeknya yang menarik.
Menurut Smith, kehebatan fotografer bukan dibuktikan lewat memontret subyek yang bagus.
Dalam menganalisis foto karya Frank Döring, Smith memaparkan bahwa kemampuan fotografer dibuktikan lewat tertangkapnya ekspresi subyek dengan kamera.
Misal, kekhasan ekspresi wajah anak-anak yang berlarian mengajar seekor babi dalam foto Döring. Khususnya wajah tujuh anak yang ceria mengarah ke satu fokus, ke arah babi yang berlari.
Momen adalah kunci untuk membangun aspek emosional dari sebuah foto.
Ketepatan momen juga menjadi satu kehebatan fotografer untuk membuat foto menarik. Selanjutnya, meski foto bersifat statis tetapi menggambarkan hal yang sebaliknya, yaitu dinamika juga menjadikan satu foto terasa ‘hidup’.
BACA JUGA:
Kedua, otak manusia memproses hal yang paling sederhana. Itu sebabnya kesinambungan dari yang tergambarkan dalam sebuah foto menjadikannya terasa lebih hidup.
Gambar background dan yang menjadi fokus tentu berkaitan satu sama lain.
Contohnya masih foto Döring, background kerumunan orang tidak terlihat jelas mendukung fokus yang dipotret olehnya. Foto anak-anak berlarian tentu jadi kurang seru jika tidak didukung latar belakang banyak orang.
Ketiga, foto menarik memiliki narasi gambar yang jelas. Meski dilihat oleh berbagai kepala, namun foto bisa membangun indikator-indikator dan seolah mengarahkan penonton pada satu statement yang sama.
Narasi, secara terminologis adalah usaha untuk memberi tahu tentang suatu peristiwa. Ini juga menjadi cara fotografer untuk memberitahu penonton fotonya tentang peristiwa apa yang diberitahukan.
Keempat, foto tidak bisa lepas dari kerja otak kiri dan otak kanan, antara logika dan imajinasi. Foto yang bagus adalah foto yang mempertimbangkan logika framing dan mengolah peristiwa berdasarkan imajinasi.
Di sini, foto dengan komposisi yang pas sehingga memanjakan imajinasi bisa dikatakan sebagai satu gambar menarik. Pada akhirnya, ketepatan momen, komposisi, peristiwa dan narasi terangkum dalam satu foto yang dinilai menarik.