JAKARTA - Dokter spesialis anak William Jayadi Iskandar Sp.A mengatakan kekurangan vitamin D pada anak bisa menyebabkan kelainan bentuk pertumbuhan tulang.
"Yang paling khas adalah rakitis atau kelainan bentuk pertumbuhan tulang khsususnya tulang panjang seperti kakinya bengkok huruf X atau O atau gampang rapuh," ucap William dalam diskusi mengenai kekurangan vitamin D pada anak yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Selain itu, gejala awal yang bisa diamati ketika anak kekurangan vitamin D adalah mudah lelah ketika beraktivitas dan mudah sakit karena imunitas terganggu. Mengacu pada angka kecukupan gizi yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, untuk anak usia nol sampai 12 tahun kebutuhan vitamin D sebesar 400 unit per hari. Ukuran ini berlaku sampai remaja dan meningkat hingga 600 unit per hari, sedangkan pada lansia dibutuhkan vitamin D sebesar 800 unit per hari.
Namun untuk mengetahui kadar vitamin D dalam tubuh, William menyarankan untuk melakukan cek darah pada fasilitas kesehatan.
"Kalau ragu kurang vitamin D periksa ke fasilitas kesehatan dan ambil darah karena tidak bisa menyatakan kurang vitamin D tanpa bukti periksa kadarnya dalam darah," ucapnya.
Kadar vitamin D dalam darah yang dikatakan normal, kata William, adalah di atas 30 unit. Jika kurang dari 20 maka bisa dikatakan defisiensi vitamin D.
Vitamin D adalah salah satu vitamin yang larut dalam lemak. William mengatakan sejak pandemi banyak praktisi kesehatan menganjurkan konsumsi vitamin D karena bermanfaat mencegah penyakit autoimun, infeksi dan penyakit keganasan. Salah satu sumber vitamin D yang mudah didapatkan adalah dengan berjemur.
BACA JUGA:
"Di tubuh kita bisa menghasilkan vitamin D dengan berjemur, vitamin itu dibentuk dari kulit melalui sinar matahari UV B, tapi UV B bisa menyebabkan kanker kulit jadi tidak boleh lama-lama," ucap dokter dari Rumah Sakit Pondok Indah itu.
Untuk menghindari kanker kulit, William menyarankan berjemur sebelum pukul sepuluh pagi atau sore hari dengan waktu kurang lebih 15 sampai 20 menit. Selain berjemur, konsumsi makanan kaya vitamin D dan tinggi lemak juga dianjurkan seperti ikan salmon, ikan makarel, hati ayam, hati sapi dan jamur.
Terkait dengan masih adanya larangan obat anak dalam sediaan sirop termasuk suplemen vitamin D oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), William menyarankan jangan mengonsumsi vitamin D dalam bentuk sirop atau drops secara sembarangan dan tetap usahakan memenuhi kebutuhan vitamin D dari makanan dan berjemur.
"Selama masih menunggu investigasi dari BPOM stop semua obat sirop atau drops, coba usahakan dari sumber makanan atau berjemur," ucapnya.