YOGYAKARTA - Prasasti Kudadu merupakan prasasti berangka tahun 1294 yang dikeluarkan oleh Raden Wijaya, raja pertama Kerajaan Majapahit. Mungkin nama prasasti ini kurang begitu terkenal, tetapi memuat salah satu hal penting terkait masa awal Kerajaan Majapahit.
Prasasti Kudadu berisi informasi mengenai penetapan Desa Kudadu sebagai daerah perdikan bagi rama atau pejabat desa di Desa Kudadu.
Isi Prasasti Kudadu dan Kisah Awal Majapahit
Pada bagian sambandha, bagian yang menjelaskan alasan pemberian anugerah, dijelaskan bahwa rama di Desa Kudadu telah berjasa memberikan tempat persembunyian bagi Raja Kertarajasa sebelum menjadi raja Majapahit. Nama Raja Kertarajasa ketika itu adalah Nararya Sanggramawijaya, dikutip dari berbagai sumber.
Pihak yang melakukan pengejaran terhadap Raja Kertarajasa atau Raden Wijaya adalah Jayakatwang. Dia adalah sosok yang telah membunuh Raja Kertanegara, raja terakhir Singasari.
Mengenai Singasari, kerajaan ini runtuh pada tahun 1292 M akibat pemberontakan Jayakatwang (Adipati Gelanggelang, saat ini sebagian eks-Karesidenan Madiun). Ketika itu, pasukan Kerajaan Singasari sedang dikerahkan untuk melakukan Ekspedisi Pamelayu guna menghadapi serangan pasukan Mongol. Mongol melakukan penyerangan ke Jawa karena Meng Chi, utusan Khubilai Khan, dicederai saat datang ke Singasari pada 1289 untuk meminta Raja Kertanegara tunduk kepada Kekaisaran Mongol.
Pertahanan Singasari akhirnya melemah karena sebagian besar pasukannya dikirim guna menghadang pasukan Mongol. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Jayakatwang untuk melakukan penyerangan. Dia menyerang Kerajaan Singasari karena kerajaan leluhurnya, yaitu Kerajaan Kediri, pernah dihancurkan oleh leluhur Raja Kertanegara, Sri Rajasa (Ken Arok).
Kekuatan Singasari akhirnya hancur dan Raja Kertanegara pun terbunuh. Setelah berdiri pada tahun 1222 M, sejarah kejayaan Kerajaan Singasari berakhir akibat peristiwa tersebut.
Wijaya, menantu Raja Kertanegara, kemudian pergi ke Terung (suatu daerah di utara Singasari). Namun, karena dia terus dikejar oleh musuh, Wijaya kembali bergerak ke arah timur. Dia berhasil menyeberangi Selat Madura untuk bertemu dengan Arya Wiraraja, Adipati Sungenep (Sumenep), karena mendapatkan bantuan dari Kepala Desa Kudadu.
Ketika Arya Wiraraja masih muda, dia pernah mengabdi kepada Narasingamurti yang merupakan kakek Wijaya. Oleh sebab itu, Arya menyambut baik kedatangan Wijaya beserta para pengikutnya.
Wijaya dan Arya kemudian membuat siasat untuk merebut kembali tahta kerajaan dari tangan Jayakatwang. Wijaya berjanji memberikan setengah daerah kekuasannya kepada Arya Wiraraja setelah berhasil menundukkan Jayakatwang.
Dengan bantuan Arya Wiraraja, Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang alasan akan mengabdi kepada Kerajaan Kediri. Demi membuktikan kesetiaan Wijaya, Jayakatwang memerintahnya membuka Hutan Tarik, kemudian disebut Wilwatikta, sebagai kawasan wisata berburu untuk Jayakatwang sekaligus tempat bermukim Wijaya.
Saat Wijaya membuka Hutan Tarik, Arya Wiraraja mengirimkan orang-orang Sungenep untuk membantu Wijaya melaksanakan tugas tersebut. Dikutip dari laman resmi Kabupaten Lumajang, Kidung Panji Wijayakrama, salah satu orang dari Sungenep, menemukan buah maja yang pahit. Wijaya kemudian memberi nama desa tersebut dengan nama Majapahit.
BACA JUGA:
Penyerangan Jayakatwang
Dalam catatan Dinasti Yuan, berdasarkan Naskah Yuan Shi, dijelaskan bahwa pada 1293 M pasukan Mongol diberangkatkan dari pelabuhan Chuan Chou menuju Jawadwipa (Jawa) untuk menghukum Raja Kertanegara terkait kasus Meng Chi. Pada sekitar bulan Januari 1293 M, pasukan Mongol tiba di Pulau Belitung dan mempersiapkan penyerangan ke Jawa.
Penyerbuan oleh pasukan Mongol ke Jawa juga tertulis dalam Kidung Harsawijaya dan Kidung Ranggalawe. Setelah mendapatkan saran dari Arya Wiraraja, Wijaya memanfaatkan pasukan Mongol untuk menyerang Jayakatwang yang telah menjadi Raja Kediri usai menghancurkan Kerajaan Singasari.
Pasukan Mongol yang dibantu oleh pasukan Wijaya dan pasukan Arya Wiraraja berhasil menghancurkan kerajaan Kediri. Dalam penyerangan tersebut, turut serta pula Lembu Sora dan Ranggalawe.
Saat pasukan gabungan tersebut merayakan kemenangannya, tiba-tiba pasukan Wijya dan pasukan Arya berbalik melakukan menyerang pasukan Mongol. Hasilnya, sebagian besar pasukan Mongol tewas, sisanya melarikan diri ke pantai Ujunggaluh untuk kembali ke negerinya.
Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit dan mengangkat dirinya sebagai Raja Majapahit pertama. Menurut Kidung Harsa Wijaya, penobatan Raden Wijaya sebagai Raja Majapahit bergelar Sri Kertarajasa Jayawardhana, yaitu pada 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka atau 12 Nopember 1293 M. Mahapatih pertamanya adalah Nambi.
Prasasti Kudadu tidak berisi semua alur kisah tadi, terutama terkait Mongol. Namun, beberapa sumber sejarah lain, yang juga telah disebutkan di atas, memberikan penjelasan terkait hal tersebut.