JAKARTA - Indonesia memeliki keanekaragaman hayati dan budaya yang perlu dilestarikan, salah satunya kuliner. Kuliner Indonesia memiliki beragam cita rasa, dan sumber daya yang melimpah.
Hal inilah yang menginspirasi Apurva Kempinski Bali mempersembahkan Majapahit Imperial Dining hasil kolaborasi dengan Javara Indonesia. Sebuah perjalanan kuliner yang dipandu oleh kearifan Jawa kuno Mitreka Satata untuk hubungan harmonis antara manusia dan alam.
“Kami sangat senang mempersembahkan ‘Majapahit Imperial Dining’ di The Apurva Kempinski Bali. Perjalanan kuliner ini merupakan bukti komitmen kami dalam melestarikan dan menghormati warisan budaya Indonesia. Terima kasih sebesar-besarnya kepada key partner yang merupakan para ahli yang memiliki visi serupa dalam melestarikan Budaya dan warisan Indonesia," kata Vincent Guironnet, General Manager The Apurva Kempinski Bali dalam jumpa pers virtual, Sabtu, 28 Oktober.
Makam malam ini menjadi simbol sebuah perayaan gastronomi di seluruh nusantara yang pernah menghiasi meja-meja raja-raja Majapahit. Makan malam disajikan dengan dekorasi artisanal yang ramah lingkungan dan pertunjukan tarian yang mempesona untuk meningkatkan perjalanan pengalaman menarik yang di masa kerajaaan.
Kerajaan Majapahit terkenal dengan jamuan makan dan pestanya yang mewah, di mana masakan dibuat dengan presentasi yang rumit dan dekoratif untuk acara-acara khusus, upacara, dan ritual keagamaan. Masakan tersebut merupakan mosaik pengaruh masakan Indonesia, India, Cina, dan Arab, yang mencerminkan perdagangan dan pertukaran budaya pada masanya.
Kerajaan ini, yang berkembang pesat dari akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-16, terkenal karena praktik pertaniannya yang canggih di mana bahan-bahannya dibagi menjadi lima teknik penanaman utama termasuk 'Pala Pendhem' (ditanam di bawah tanah), 'Pala Kesimpar' (ditanam dari tanaman merambat) , 'Pala Gumantung' (bergelantungan di pohon), 'Palawijo' (panen serba guna), dan 'Pala Kitri' (korps berumur panjang).
Nasi diubah menjadi makanan pokok, sedangkan rempah-rempah seperti cengkeh, pala, serai, lengkuas, kelapa, dan merica tidak hanya sekedar penambah rasa tetapi juga simbol kemewahan kerajaan. Selain itu, metode pengawetan makanan seperti pengeringan dan penggaraman sangat populer di era ini, selain pengasapan dan fermentasi.
Salah satu hidangan teladan yang menonjolkan penguasaan teknik ini adalah hidangan ikan asin. Menu yang dikurasi khusus untuk Majapahit Imperial Dining menampilkan 'Urap Hayuyu' yang melambangkan harmoni dengan biji-bijian yang tidak biasa seperti Jewawut (Foxtail Millet atau Setaria Italica), 'Rawon Lembu' yang diperkaya dengan Kluwek (Pangium) karena kuahnya yang gelap, 'Botok Iwak' menghormati setiap bagian dari kelapa, 'Manuk Urang Manggar' dengan rasa jeruk dan pedas dari Lada Andaliman, dan 'Jadah Tape' sebagai penghormatan terhadap tradisi jajanan kaki lima Tape Uli di Betawi.
Inti dari menu set adalah Nasi Melik Parijatha yang luar biasa – nasi unik yang tumbuh di lereng Gunung Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur, dan dikenal secara eksklusif disajikan kepada raja-raja Majapahit. Setiap hidangan disiapkan menggunakan teknik memanggang, memanggang, mengukus, dan menggoreng yang telah lama ada, yang mewujudkan evolusi rasa dan keahlian kuliner sambil menceritakan kisah cita rasa kuno.
Sustainability adalah inti dari setiap campaign yang dijalankanDi The Apurva Kempinski Bali. Bersama Javara Indonesia, yang merupakan sebuah perusahaan sosial ternama yang didirikan oleh Helianti Hilman, berkomitmen untuk melestarikan dan mempromosikan kekayaan warisan budaya dan kuliner Indonesia. Bahan-bahan untuk santapan kekaisaran ini diambil dengan cermat dari pertanian organik dan nelayan terampil, memastikan setiap elemen mematuhi prinsip budidaya organik dan praktik berkelanjutan.
BACA JUGA:
Selain itu, Majapahit Imperial Dining lebih dari sekedar perayaan kuliner, namun merupakan pengembaraan yang menghidupkan warisan Majapahit. Para perajin dari mitra dekorasi 'Sustainable Wedding' menciptakan dekorasi megah yang semakin menghidupkan nuansa era Majapahit untuk makan malam tersebut.
Terakhir, pertunjukan tari dramatis menambah sensasi malam itu dengan koreografi yang dikurasi khusus oleh Kitapoleng, menceritakan kisah Tribhuwana Tunggadewi, Ratu Majapahit dan ibunda Raja Hayam Wuruk.
"Melalui program ini, kami mengundang para tamu untuk menikmati pengalaman tak terlupakan yang menggabungkan sejarah, cita rasa, dan tradisi sambil menikmati esensi masa lalu Indonesia yang ditinggikan dengan pertunjukan unik. Ke depannya, menampilkan dan melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia akan terus dilakukan,” kata Vincent Guironnet, General Manager The Apurva Kempinski Bali dalam jumpa pers virtual, Sabtu, 28 Oktober.
“Dengan rasa syukur yang sebesar-besarnya, kami berterima kasih kepada The Apurva Kempinski Bali yang telah bermitra dengan kami dalam melestarikan kekayaan warisan kuliner dan keanekaragaman hayati Indonesia. ‘Majapahit Imperial Dining’ lebih dari sekadar hidangan, namun merupakan penghormatan terhadap sejarah dan cita rasa kami yang diwariskan dari generasi ke generasi. Melalui pesta ini, kami menghormati masa lalu kami dan memastikan warisan budaya kami terus berkembang. Apresiasi kami yang sebesar-besarnya kepada The Apurva Kempinski Bali dan semua yang bergabung dengan kami, menikmati esensi Indonesia yang Kuat," ujar Helianti Hilman, Pendiri Javara Indonesia.
Majapahit Imperial Dining tersedia untuk minimal 10 tamu dengan reservasi terlebih dahulu ke Culinary Concierge resor, mulai dari Rp 2.000.000++ per orang.